Bandara Juanda, 24 September 2023. Pesawat Lion air penerbangan 920 yang akan saya tumpangi terjadwal berangkat pada pukul 16.25 waktu setempat. Saya sudah persiapkan dengan baik untuk penerbangan ini. Berangkat dari rumah pukul 14.30. Naik taksi online turun di sebuah masjid di jalan Arief Rahman Hakim untuk mengikuti sholat ashar berjamaah dan masih sempat sholat sunah sebelum iqomah dimulai. Selepas sholat naik taksi yang sama menuju bandara. Sekitar jam 15.30 saya sudah duduk manis di coworking space dekat pintu 9 ruang tunggu. Siap terbang.
Jam 15.55 saat mestinya terjadwal sudah harus masuk pesawat diumumkan bahwa penerbangan tertunda karena alasan operasional. Rencana akan diterbangkan pada pukul 17.25. Pas waktu magrib. Oleh karena itu saya niatkan untuk sholat magrib secara jamak takhir sesampai di Ngurah Rai.
Sekitar jam 17.30 saat pesawat mestinya terbang diumumkan kembali bahwa penerbangan tertunda lagi. Diperkirakan pesawat akan terbang jam 19.55. Dalam menunggu saya meninggalkan coworking space untuk sholat magrib di mushola. Alhamdulillah masih ada jamaah yang bisa saya ikuti. Singkat cerita, saya menunggu kembali dan pesawat kemudian terbang sekitar pukul 8 malam lebih sekian.
Saya masuk pesawat di antrian nyaris paling belakang. Saat berada di tempat duduk yang posisinya di gang, di bangku dekat jendela dan bangku tengah telah duduk dua orang laki-laki perempuan bule. Saya menyangka mereka suami istri. Saya pun menyapa mereka. Senang sekali ternyata sejoli ini ramah sekali. Pembicaraan pun berlangsung gayeng. Sampai pada pembicaraan tentang keterlambatan pesawat. Keterlambatan ini menjadikan mereka sedikit repot karena ini adalah penerbangan transit. Besok pagi mereka akan melanjutkan penerbangan untuk menuju destinasi pulau Komodo.
Malu juga kalau maskapai dengan armada terbanyak di tanah air ini sampai mencitrakan budaya terlambat. Saya pun mencari cara untuk meyakinkan mereka bahwa ini bukan kebiasaan Lion Air. Untung saya pernah membaca data tingkat ketepatan waktu maskapai berlogo singa terbang ini. Seingat saya angkanya sekitar 85%. Tidak jauh berbeda dengan Garuda. Tapi saya tidak terlalu yakin dengan data itu. Maka saya tinggalkan tempat duduk. Saya menuju ruang kru di ekor pesawat. Ada seorang pramugari. Saya tanyakan data itu. Tapi saya tidak beruntung. Pramugari tidak tahu data itu. Saya sampaikan kepadanya bahwa pilot pasti tahu. Tapi dia tidak merasa perlu untuk menanyakannya ke pilot. Padahal saya sudah sampaikan saya butuh data itu untuk menetralisir perasaan ketidaknyamanan penumpang bule di samping saya.
Akhirnya saya andalkan memori saya. Saya sampaikan kepada si bule Jerman itu bahwa angkanya adalah sekitar 85%. Dan mereka tampak lega. Lega bahwa ini memang kejadian yang tidak biasa.
Begitu pesawat mendarat, saya pun segera membuka telepon seluler. Googling data ketepatan waktu maskapai ini. Saya buka data OAG yang diterbitkan Januari 2023. Data adalah untuk sepanjang penerbangan tahun 2022. Lembaga berbasis di UK yang telah mempublikasikan data maskapai sejak tahun 1929 itu menyebut 20 top maskapai dengan tingkat ketepatan waktu (on time performance, OTP). Data yang mempertimbangkan aspek coverage maskapai itu menyebut bahwa ranking 1 nya adalah Garuda Indonesia dengan angka ketepatan waktu 95,63%. Di peringkat ke 20 adalah Emirates dengan OTP 81,13%.

OAG juga memeringkat 20 low cost carrier airline dengan OTP tertinggi. Ranking teratasnya adalah Eurowing dengan OTP 95,26%. Ranking ke 20 adalah Virgin Australia Internasional dengan 64,54%.
Dimana posisi Lion Air? Lion Air masuk top 10 maskapai Asia Pacific berdasar OTP. Ranking pertamanya adalah Garuda dengan skor seperti di atas. Ranking buncit adalah AirDo dengan 85,65%. Thai Lion Air berada pada peringkat ke 9 daftar itu dengan 86,75%.
Bagaimana lion Air Indonesia? Saya googling sumber data lain. Laman resmi Lion air menyebut angka ketepatan waktu 85,97% untuk periode Januari-Maret 2019. Saya belum mendapatkan data tahun 2022 untuk seluruh maskapai Indonesia.
&&&
Pembaca yang baik, dalam pergaulan antar bangsa, seseorang pasti akan bangga jika negeri tumpah darahnya mencatatkan prestasi positif. Dan begitu juga sebaliknya akan tidak enak hati jika negeri tumpah darahnya memiliki aspek negatif. Itulah nasionalisme alamiah. Dan di era ekonomi modern ini prestasi sebuah negara dengan mudah dilihat dari prestasi korporasinya. Mengapa? Karena nyaris semua barang dan jasa yang digunakan oleh masyarakat dunia merupakan produk korporasi. Nasionalisme era modern menempatkan kebanggaan korporasi menjadi pilar utama.

Maka malam itu di depan kawan duduk Jerman itu secara alami nasionalisme saya muncul. Untung saya ingat data terkait maskapai yang saya tumpangi itu. Tidak akurat betul karena murni hanya mengandalkan ingatan. Tapi paling tidak saya sudah melakukannya. Sayang pramugari tidak menyadari pentingnya hal ini. Moga ini bisa menjadi masukan untuk Lion air dan maskapai lain negeri ini. Penting untuk mengedukasi kru kabin tentang kinerja ketepatan waktu. Agar mereka juga terus menyadari untuk terus meningkatkan dan mengevaluasi kinerjanya. Agar kita bisa bangga dengan korporasi Indonesia. Seperti orang Korea yang bangga dengan Hyundai. Orang Jepang yang bangga dengan Toyota. Orang Amerika yang bangga dengan Boeing. Dan sebagainya. Kita bisa!
Artikel ke-422 karya Iman Supriyono ini ditulis di Denpasar pada tanggal 25 September 2023.
Diskusi lebih lanjut? Silakan bergabung Grup Telegram atau Grup WA KORPORATISASI atau hadiri KELAS KORPORATISASI
Anda memahami korporasi? Klik untuk uji kelayakan Anda sebagai insan korporasi
seandainya komunikasi keterlambatan disampaikan dengan baik apa penyebabnya, juga selain diberi kompensasi sesuai ketentuan yang ada juga mungkin ada baiknya memanggil temporary entertainer seperti penyanyi atau standup comedy dadakan agar penumpang terhibur