Kambing Investor Kecil


Minggu pagi selepas idul fitri. Saya dan junior sudah berada di Pasar Hewan Caruban. Tujuannya adalah untuk membeli seekor kambing. Bukan untuk saya, tapi untuk si yunior yang saat ini sedang duduk di bangku TK B. Si yunior membeli kambing dengan uang sendiri.

Anak TK B membeli kambing dengan uang sendiri? Ya betul. Si yunior memiliki uang yang cukup untuk membeli seekor kambing hasil uang “ang pao” hari raya pemberian om tante pakde bude kakek nenek dan handai taulan lainnya. Uang itu dikumpulkannya dan nilanya cukup untuk membeli seekor kambing betina.

Untuk apa kambing itu? Kambing kemudian dipelihara dan diperanakkan. Pemeliharaan tentu saja tidak dilakukan oleh si yunior. Melainkan dititipkan pada orang lain yang memang berprofesi sebagai pemelihara kambing. Lokasinya pada jarak sekitar 30 menit perjalanan bermobil atau bermotor dari lokasi pasar hewan.

Penitipan kambing dilakukan dengan skema bagi hasil. Dalam istilah setempat disebut paron. Paron berasal dari kata paro dalam bahasa jawa yang artinya dibagi dua. Dengan skema itu, setiap ada keuntungan dari kambing yang dipelihara akan dibagi dua. Separuh untuk pemilik kambing. Separuh untuk pemelihara.

Keuntungan dalam pemeliharaan kambing ada dua. Kenaikan harga kambing karena pertumbuhan dan lahirnya anak kambing. Kedua sumber keuntungan itu hasilnya dibagi dua antara pemelihara dan pemilik kambing. Sebuah sistem sederhana yang sudah berjalan turun temurun di kawasan Caruban dan sekitarnya, lokasi rumah orang tua saya.

Pada umumnya, seekor kambing betina akan beranak dua kali dalam setahun dengan masing-masing dua ekor. Dengan demikian, berdasarkan kebiasaan itu, seekor kambing indukan akan menghasilkan 4 anakan dalam setahun. Dua ekor hak pemilik indukan dan 2 ekor lainnya hak si pemelihara. Jika segala sesuatunya berjalan sesuai kebiasaan dan harapan, maka dalam waktu satu tahun seekor indukan kambing yang dibeli oleh si yunior akan berkembang menjadi 3 ekor.

&&&

Bank terbesar di negeri ini adalah Bank Mandiri. Laporan keuangan teraudit 2023 menyebut posisi aset pada akhir tahun adalah Rp 2 174 triliun. Sebagian besar dana itu digunakan untuk memenuhi kebutuhan modal para pelaku bisnis dengan skema utang piutang.

Perusahaan investasi terbesar di tanah air adalah Saratoga. Laporan keuangan teraudit 2023 menyebut posisi aset pada akhir tahun adalah Rp 50,9 triliun. Sebagian besar aset itu adalah berupa saham pada berbagai perusahaan. Dana diterima oleh para pelaku bisnis dengan skema investasi ekuitas.

Bank dan perusahaan investasi keduanya memberi suntikan dana kepada perusahaan-perusahaan untuk modal ekspansi bisnis. Yang membedakan adalah skemanya. Bank dengan skema utang piutang. Perusahaan investasi melalui skema investasi ekuitas. Data di atas menunjukkan bahwa kekuatan pemasok dana utang piutang jauh lebih besar dibanding pemasok dana investasi ekuitas. Aset Bank Mandiri sekitar 40 kali lipat dibanding aset Saratoga. Hal ini mengakibatkan rasio utang dibanding ekuitas perusahaan cenderung tinggi. Risikonya juga tinggi.

Si kecil perlu belajar menjadi investor sejak dini.

Maka, dibutuhkan edukasi investor. Yang saya lakukan dengan si yunior di Pasar Hewan Caruban adalah dalam rangka itu. Si yunior belajar mengalokasikan uang kas  untuk investasi. Karena masih berumur 6 tahun maka saya berpikir tentang pendidikan investasi yang menarik bagi anak seusianya. Kambing adalah solusinya. Si yunior bergembira ria memilih, membeli dan kemudian memberi makan kambing. Apalagi nanti ketika kambing itu beranak. Tentu dia akan sangat gembira melihat anak-anak kambing yang lucu.

Secara finansial, kambing memberikan pelajaran tentang investasi dalam bentuk fisik kepada anak-anak. Perkembangan jumlah kambing dari satu ekor menjadi tiga ekor dalam satu tahun tentu sangat mudah diamati oleh anak usia TK B. Nanti pada saatnya tinggal diajari membaca laporan keuangan untuk kelak bisa berinvestasi seperti yang dilakukan oleh Saratoga. Kambing menjadi pelajaran bagi investor kecil. Harapannya kelak mampu menjadi investor sejati dalam rangka menumbuhkan berbagai perusahaan melalui skema ekuitas.

Artikel ke-448 karya Iman Supriyono ditulis untuk dan diterbitkan oleh Majalah Matan, terbit di Surabaya, edisi Mei 2024

Diskusi lebih lanjut? Silakan bergabung Grup Telegram  atau Grup WA KORPORATISASI atau hadiri KELAS KORPORATISASI
Anda memahami korporasi? Klik untuk uji kelayakan Anda sebagai insan korporasi

Prestasi CFC Setelah 30 Tahun IPO


PT Pioneerindo Gourmet International Tbk. alias CFC IPO pada tahun 1994. Saat itu perusahaan yang semula terwaralaba dari Pioneer Take Out USA ini menerbitkan  9 juta lembar saham nilai nominal Rp 1000 dengan harga Rp 5 100 per lembar sehingga mengantongi dana Rp 45,9 miliar.  Dana yang cukup besar ketika itu. Kini, 30 tahun setelah IPO, bagaimana prestasi CFC? Mari kita lihat beberapa poin penting atas kinerjanya. Saya akan menuliskannya dalam format poin-poin:

  1. Data yang masih tersedia cukup lengkap dari berbagai sumber adalah tahun 2007. Laporan keuangan teraudit tahun tersebut menyebut aset Rp 74 miliar dengan nilai buku  Rp 1 miliar, saldo rugi Rp 116 miliar, omzet Rp 160 miliar, laba Rp 163 juta, nilai pasar per lembar saham Rp 116, nilai pasar perusahaan Rp 27 miliar. Saldo rugi yang besar ini mencerminkan bahwa sepanjang perjalanan perusahaan sejak berdiri pada tahun 1983 diwarnai dengan prestasi yang tidak menyenangkan.
  2. Tahun 2023 aset Rp 329 miliar, nilai buku Rp 151 miliar, saldo laba Rp 22 miliar, omzet Rp 624 miliar, laba tahun berjalan Rp 18 miliar, nilai pasar per lembar saham (akhir tahun) Rp 2 590 dan nilai pasar perusahaan Rp 572 miliar. Saldo laba yang semula minus sudah berubah menjadi positif.
  3. Berdasarkan data tersebut, dapat diketahui bahwa pertumbuhan rata-rata majemuk (CAGR) selama 16 tahun (2007-2023) untuk aset adalah 9,8%, nilai buku 36,8%, omzet 8,9%, laba 34,2%, nilai pasar 21%. Angka-angkanya tidak sinkron antara satu indikator dengan indikator lain. Ini mengindikasikan perusahaan belum menemukan model bisnis yang tepat. Dalam kerangka SNF Consulting RPD (revenue and profit driver) perusahaan ini masih lemah.
  4. Untuk nilai pasar per lembar saham CAGR sejak IPO (1994) sampai saat ini (nilai per lembar saham Rp 1 395 dengan koreksi stock split) adalah minus 1,99%. Pertumbuhan minus artinya adalah penurunan.
  5. Investor yang masuk pada saat IPO hari ini mendapatkan hak laba per lembar saham (dengan koreksi stock split) sebesar Rp 36,355. Maka ROI investor IPO berdasar kinerja tahun 2023 adalah 0,7%. ROI nol koma setelah menunggu 30 tahun tentu bukan sesuatu yang menggembirakan. Apalagi nilainya justru menyusut.

Hari ini nilai pasar CFC adalah Rp 304 miliar. Dengan nilai buku sebagaimana tersebut di atas sebesar Rp 151 miliar maka nilai intangible aset CFC adalah 153 miliar. Dilihat dari sejarah perusahaan yang sudah berusia 41 tahun (CFC berdiri tahun 1883) maka angka itu kecil sekali. Tapi jika dilihat sebagai modal untuk melangkah ke depan angka itu adalah potensi yang sangat bernilai. Mampu eksis 41 tahun adalah prestasi tersendiri. Tapi, tantangannya adalah bagaimana mengoreksi strategi CFC yang selama ini dijalankan. Mesti dikoreksi karena terbukti mencatatkan kinerja tidak bagus sebagaimana pada angka-angka di atas. Untuk koreksi strategi, tentu dibutuhkan data internal yang cukup. Tapi paling tidak bagi Anda para pembaca ini adalah sebuah pelajaran bisnis yang sangat bernilai.

Artikel ke-447 karya Iman Supriyono ditulis di kantor pusat SNF Consulting, Sinarmas Land Plaza lantai 9, Jalan Pemuda 60-70 Surabaya, pada tanggal 18 April 2024

Diskusi lebih lanjut? Silakan bergabung Grup Telegram  atau Grup WA KORPORATISASI atau hadiri KELAS KORPORATISASI
Anda memahami korporasi? Klik untuk uji kelayakan Anda sebagai insan korporasi

Saratoga Rugi Rp 10 Triliun: Bahaya Tidak?


Laporan keuangan teraudit Saratoga tahun 2023 mencatatkan rugi tahun berjalan sebesar Rp 10 triliun. Gak bahaya ta? Apakah ini tidak membahayakan perusahaan investasi terdepan di negeri merah putih ini? Bagaimana bisa rugi sebesar itu? Saya akan menjelaskannya dengan format poin-poin.

  1. Sebagai perusahaan investasi, pendapatan Saratoga terdiri dari dua sumber utama. Sumber utama pertama adalah capital gain (lost) yaitu kenaikan (penurunan) harga saham yang dimiliki. Salah satu saham yang dipegang Saratoga adalah Adaro. Pada awal akhir tahun 2022 adalah Rp 3 850. Akhir tahun 2023 harganya turun menjadi Rp 2 380. Maka rugi setiap lembar saham Adaro adalah Rp 1 470.
  2. Sumber kedua adalah dividen. Adaro sebagai salah satu investee bagi Saratoga misalnya membagikan dividen sebesar Rp 199,98 rupiah per lembar saham.
  3. Sumber pertama memberikan Saratoga rugi sebesar Rp 13,81 triliun. Kerugian ini sebenarnya adalah berupa potensi. Saham yang dipegang ini tidak dijual sehingga tidak ada kerugian riil bagi Saratoga. Hanya saja, karena PSAK mengatur seperti ini maka kerugian harus diakui walaupun masih bersifat potensi.
  4. Atas dasar PSAK ini maka dalam 5 tahun terakhir berturut turut laba (rugi) dari sumber ini masing adalah laba Rp 6,2 triliun, laba Rp 8,4 triliun, laba Rp 24,4 triliun, laba Rp 3,7 triliun dan terakhir tahun 2023 rugi sebesar Rp 6,2 triliun
  5. Dari sumber utama kedua dalam 5 tahun terakhir Saratoga mengantongi Rp 2 triliun, Rp 768 miliar, Rp 1,66 triliun, Rp 2,6 triliun dan terakhir tahun 2023 Rp 2,8 triliun
  6. Beban usaha paling besar Saratoga adalah gaji sekitar 50 orang karyawannya. Dalam 5 tahun terakhir  biaya usaha secara berturut-turut adalah Rp 157 miliar, Rp 182 miliar, Rp 153 miliar, Rp 232 miliar dan pada tahun 2023 sebesar  Rp 222 miliar. Perhatikan bahwa angka ini jauh di bawah pendapatan dividen. Artinya, secara operasional Saratoga sangat sehat.
  7. Dengan modal PSAK seperti di atas, secara laporan keuangan akan lebih tepat jika kita juga membaca laporan arus kas. Arus kas operasional Saratoga sepanjang 5 tahun terakhir masing-masing adalah sebagai berikut: 675 miliar, Rp 367 miliar, minus Rp 362 miliar, Rp 3,7 triliun dan tahun 2023 sebesar Rp 1,4 triliun. Kas operasional bagi perusahaan investasi seperti. Saratoga adalah termasuk transaksi pembelian dan penjualan saham. Jadi ketika kas operasional minus bukan berarti perusahaan dalam bahaya. Kas operasional minus artinya Saratoga berinvestasi dengan kecepatan yang lebih tinggi dibanding perolehan kas dari penjualan saham dan pendapatan dividen
  8. Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa rugi Rp 10 triliun atau tepatnya Rp 10,15 triliun bagi Saratoga bukanlah sebuah kondisi yang membahayakan apalagi kritis.
  9. Seiring dengan kerugian tersebut, aset Saratoga juga mengalami penurunan dari Rp 63,7 triliun pada akhir tahun 2022 menjadi Rp 50,9 triliun pada akhir tahun 2023. Ini juga bukan sesuatu yang membahayakan Saratoga. Mengapa? Karena Saratoga adalah perusahaan investasi, bukan trader saham. Saham dimiliki tidak untuk diperjual belikan karena naik turunnya harga di lantai bursa. Mereka memegang saham jangka panjang. Bahkan panjang sekali untuk menikmati pertumbuhan nilai, ROI dan dividennya.
  10. Hal serupa juga terjadi pada BlackRock, perusahaan investasi dengan aset kelolaan terbesar dunia. Akhir tahun 2021 aset kelolaannya USD 10,01 triliun alias Rp 160 ribu triliun. Tahun 2022 turun menjadi USD 8,59 triliun alias Rp 139 Ribu triliun. Nilainya menyusut alias rugi Rp 21 ribu triliun. Bahayakah? Tidak karena angka kerugian itu tidak dieksekusi. Hanya potensi rugi. Hanya fluktuasi pasar dan memang tahun 2023 nilainya naik lagi menjadi USD 10 triliun lagi.

Pembaca yang baik, demikianlah penjelasan tentang kerugian Saratoga. Rugi hanya dalam catatan yang memang mengikuti standar akuntansi mesti begitu. Tapi secara operasional tetap melimpah ruah. Tahun 2023 Saratoga membagi dividen sebesar Rp 1,013 triliun. Dengan demikian maka  Sandiaga Uno misalnya sebagai pemegang 21,51% saham menerima dividen sebesar Rp 217,9 miliar. Jauh lebih besar dari pada gajinya sebagai menteri heheehe. Pembaca yang baik, Anda sudah mendapatkan pelajaran?

Artikel ke-446 karya Iman Supriyono ditulis di kantor pusat SNF Consulting, Sinarmas Land Plaza lantai 9, Jalan Pemuda 60-70 Surabaya, pada tanggal 17 April 2024

Diskusi lebih lanjut? Silakan bergabung Grup Telegram  atau Grup WA KORPORATISASI atau hadiri KELAS KORPORATISASI
Anda memahami korporasi? Klik untuk uji kelayakan Anda sebagai insan korporasi

Jujur atau Pailit


Arthur Andersen berdiri sebagai Andersen, DeLany & Co pada tahun 1913. Pendirinya adalah Arthur E Andersen dan Clarence DeLany. Arthur E Andersen adalah akuntan publik yang lulus Kellogg School of  Management di Northwestern University pada usia 23 tahun. Saat itu adalah akuntan publik termuda di Illinois. Tahun 1918 kantor akuntan publik tersebut berubah nama menjadi Arthur Andersen & Co.

Arthur E Andersen adalah tipologi akuntan sejati. Ia memimpin kantor akuntan yang didirikannya sampai akhir hayatnya pada tahun 1947. Semasa hidupnya ia adalah pendukung setia standar tinggi dalam pengauditan. Ia berprinsip bahwa tanggung jawab auditor adalah kepada investor, bukan kepada direksi perusahaan yang menyewanya.  Motonya adalah “berpikir jernih, bicara lurus”.

Tahun 2001 perusahaan raksasa Energi Enron diketahui melakukan penipuan akuntansi institusional dan sistematis kemudian pailit. Auditornya adalah Arthur Andersen. Kepercayaan publik kepada perusahaan auditor dengan karyawan pernah mencapai 28 ribu orang itu pun runtuh. Auditor yang bersama KPMG, Delloite, Ernst & Young dan PWC disebut sebagai big five ini pun pailit.

Nyaris semua perusahaan besar di berbagai penjuru dunia tidak bisa berpaling dari jasa big five itu untuk pemeriksaan laporan keuangannya. Sayang sekali, reputasi Arthur Andersen yang telah dibangun seabad lebih hancur luluh lantak karena sebuah kasus ketidakjujuran.

&&&

Pembaca yang baik, sebuah perusahaan tidak akan bisa tumbuh eksponensial tanpa dukungan investor secara terus-menerus. Investor hanya mau masuk perusahaan yang jujur. Secara teknis, jujur berarti bahwa antara fakta, legal, akuntansi dan pajak menjadi satu bahasa. Klop.

Untuk memastikan kejujuran sebuah perusahan, investor tidak mungkin melakukan pemeriksaan sendiri. Dibutuhkan peran auditor. Dalam rapat umum pemegang saham, para investor yaitu para pemegang saham memilih dan memutuskan siapa auditor yang akan dipakai untuk memeriksa laporan keuangan perusahaan.

Tentu saja para investor akan memilih auditor yang mereka percaya. Auditor yang mereka yakini mampu memeriksa dan memastikan bahwa laporan keuangan perusahaan yang disajikan oleh direksi sesuai dengan fakta.

Maka, begitu auditor yang telah dipilih melakukan pemeriksaan dan memberikan pendapat wajar tanpa perkecualian, para pemegang saham langsung bisa menjadikan laporan keuangan sebagai dasar pengambilan keputusan. RUPS pun berjalan dengan lancar dan sederhana. Inilah pentingnya kantor akuntan publik yang terpercaya. Baik dalam metode pengauditan maupun dalam integritas dan kejujurannya.

Maka, sebuah kantor akuntan publik sejatinya dibayar mahal karena integritas dan kepercayaan. Maka, jangan heran bila sekali saja ketahuan cedera,, kepercayaan langsung hilang. Order bernilai puluhan triliun pun melayang. Dan tentu saja akhirnya pailit seperti yang terjadi pada Arthur Andersen. Big five pun menyusut menjadi big four.

Pembaca yang baik, jujur adalah salah satu hikmah puasa yang paling penting. Yang tahu seseorang batal puasa atau tidak hanya yang bersangkutan dan tentu saja Allah SWT. Maka, orang yang berpuasa dengan baik sudah semestinya menjadi orang yang jujur. Mengatakan A faktanya memang A. Mengatakan B faktanya memang B. Seperti itulah juga semestinya sikap mental para auditor. Berpikir jernih, bicara lurus. Seperti prinsip Arthur E Andersen sang pendiri Arthur Andersen. Sayang penerusnya mengingkari prinsip ini. membuat pernyataan audit yang tidak sesuai fakta pada kasus Enron. Pailit adalah konsekuensinya. Maka, mari kita tetap pertahankan kejujuran. Agar tidak pailit.  Agar tidak pailit di dunia. Tidak juga pailit di akhirat. Aamin.

Artikel ke-445 karya Iman Supriyono di Masjid Arroyan, Galaxy Bumi Permai, Surabaya, pada tanggal 3 April 2024, untuk pwmu.co

Diskusi lebih lanjut? Silakan bergabung Grup Telegram  atau Grup WA KORPORATISASI atau hadiri KELAS KORPORATISASI
Anda memahami korporasi? Klik untuk uji kelayakan Anda sebagai insan korporasi

Astra Internasional, Masihkah Mengagumkan?


Laporan keuangan terlama yang masih tersedia di web resmi Astra Internasional adalah tahun 2008. Saat itu omzetnya adalah Rp 97 triliun. Omzet perusahaan terus tumbuh hingga pada tahun 2022 mencapai 301 triliun. Artinya, rata-rata pertumbuhan omzet tahunan astra secara kompon (CAGR, compounded average growth rate, rata-rata pertumbuhan tahunan majemuk) adalah 8,4%. Pertumbuhan yang kecil tidak jauh dari inflasi tahunan.

Aset akhir 2008 adalah Rp 81 triliun (pembulatan). Akhir tahun 2022 menjadi 413 triliun. Pertumbuhan rata-rata kompon tahunan dalam periode itu adalah 12,3%. Pertumbuhan aset lebih baik walaupun juga bisa digolongkan pertumbuhan yang lambat karena ada unsur inflasi. Tapi pertumbuhan aset yang lebih baik ini justru menunjukkan kemampuan Astra untuk mengubah aset menjadi pendapatan justru menurun seiring bertambahnya waktu.

Bagaimana pertumbuhan labanya? Laba tahun 2008 adalah Rp 9 triliun. Tahun 2022 adalah Rp 40 triliun. CAGR adalah CAGR 11,3%. Angkanya juga rendah.

Nilai pasar terlama yang masih tersedia secara online adalah tahun 2005 yaitu Rp 975 per lembar saham. Saat saya menulis artikel ini nilainya adalah Rp 5175. Jika dihitung pertumbuhannya dengan CAGR hasilnya adalah 9,72%.

&&&

Saya masih ingat betul suasana tahun 90-an. Astra Internasional adalah tempat kerja dambaan para alumni. Jangankan kerja di Astra. Bahkan kerja praktik di Astra pun sudah merupakan kebanggaan. Dambaan. Singkat cerita, Astra adalah perusahaan bonafid bagi para lulusan perguruan tinggi.

Bagaimana saat ini? Saya tanya kepada yunior di SNF Consulting yang baru lulus  beberapa tahun lalu dari fakultas teknik Universitas Indonesia. Suasana seperti yang saya rasakan tahun 90-an masih bertahan hingga saat ini. Artinya, Astra masih bertahan sebagai perusahaan impian para lulusan baru. Dambaan para fresh graduate.

Apa manfaatnya bagai Astra? Tentu saja adalah melimpahnya SDM terbaik. Ini sangat penting bagi sebuah perusahaan. Nah, dengan SDM seperti itu, mengapa Astra sepanjang belasan tahun ini ternyata tidak menghasilkan kinerja pertumbuhan yang meyakinkan? Mengapa tidak tumbuh pesat?

Sebagai bandingan, nilai pasar per lembar saham Starbucks Corporation tahun 1992 adalah USD 0,34. Saat ini nilainya adalah USD 94,13. Dengan demikian CAGR selama 32 tahun adalah 19,2%. Hampir 20% per tahun.

Mungkin Anda akan segera membantah, Starbucks kan berada pada industri yang berbeda dengan Astra? Kan tidak apple to apple? Betul sekali. Memang seperti itu. Tapi bagi para investor, CAGR adalah alat ukur super penting untuk berinvestasi di industri apapun. Pertumbuhan CAGR mencerminkan pertumbuhan ROI dan pertumbuhan capital gain. Juga pertumbuhan dividen. Ketiganya adalah variabel krusial dalam investasi.

Bagi Astra, akibat ketidaksukaan investor adalah cost of capital yang tinggi. Data saat saya menulis artikel ini, biaya modal dari sumber ekuitas Astra adalah 15,8%. Artinya, jika Astra hari ini menerbitkan saham senilai Rp 100 triliun untuk ekspansi bisnis misalnya, investor menghendaki imbal hasil Rp 15,8 triliun. Mahal sekali. Itulah Astra di mata para investor. Starbucks hanya sekitar 4%.

Bagaimana di mata para calon karyawan? Bagi mereka, CAGR adalah sejalan dengan pertumbuhan kesejahteraan. Bekerja di perusahaan dengan CAGR tinggi artinya pertumbuhan kesejahteraan juga tinggi. Demikian juga sebaliknya. Maka, CAGR juga merupakan variabel penting untuk memilih perusahaan sebagai tempat bekerja.

Apa artinya? Rendahnya CAGR dalam jangka panjang adalah membahayakan masa depan Astra. Dibutuhkan koreksi strategi dari apa yang selama belasan tahun ini telah dijalani perusahaan konglomerasi itu. Perbaikan seperti apa? Tidak mungkin untuk menganalisisnya secara lebih dalam kecuali dengan membaca data internal Astra. Dan tentu saja tidak mungkin ditulis dalam artikel singkat seperti ini. Apalagi Astra memiliki bisnis yang dari A sampai Z. Lalu untuk apa ditulis dalam artikel ini? Sebagai pembelajaran bagi Anda para pembaca agar tidak mudah silau dengan perusahaan yang sekilas tampak mengagumkan. Anda mendapatkan pelajarannya?

Membutuhkan layanan penyusunan Family Constitution? Hubungi SNF Consulting

Artikel ke-444 karya Iman Supriyono ini ditulis untuk dan diterbitkan oleh Majalah Matan edisi April 2024, terbit di Surabaya.

Diskusi lebih lanjut? Silakan bergabung Grup Telegram  atau Grup WA KORPORATISASI atau hadiri KELAS KORPORATISASI
Anda memahami korporasi? Klik untuk uji kelayakan Anda sebagai insan korporasi

Puasanya Investor dan Investee


Anda kenal merek ini? Filma, Gillete, Pampers, Pantene, Head & Shoulders, Ambipur, Oral-B, Vicks? Itu adalah beberapa merek milik raksasa consumer good Procter & Gamble alias P&G. Sebuah perusahaan yang didirikan oleh William Procter dan James Gamble tahun 1837 di USA.  Ada pelajaran menarik dari perusahaan barang-barang konsumsi terbesar dunia ini.  Pelajaran tentang puasa.

Pelajaran puasa? Iya. Puasa adalah ibadah ritual yang intinya adalah pengendalian diri. Menahan diri. Rutinitasnya adalah menahan diri untuk tidak makan minum dan melakukan segala sesuatu yang membatalkan puasa sejak terbit fajar sampai terbenam matahari. Hikmahnya adalah kemampuan orang yang berpuasa untuk menahan diri. Menahan diri untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu untuk tujuan besar di masa depan.

Nah, P&G adalah hasil proses panjang “puasa” alias pengendalian diri yang dilakukan oleh para pendiri sebagai investee dan para investor dalam jangka sangat panjang. Hasilnya saat ini P&G adalah perusahaan barang-barang konsumsi terbesar dunia. Mengalahkan Unilever. Perusahaan nomor 55 dunia dalam hal aset, omzet, laba dan nilainya. Unilever berada di urutan 104. Perusahaan sejenis dari RI tidak ada yang masuk 2000 besar.

Sebagaimana yang dicatat majalah Forbes, P&G tahun terakhir memiliki aset USD 118,85 miliar alias IDR 1 888 triliun. Omzetnya USD 80,97 miliar alias IDR 1 275 triliun. Labanya USD 14,32 miliar alias IDR  226 triliun. Nilai jika perusahaan ini dijual adalah  USD 367,76 miliar alias IDR 5 792 triliun. Lebih besar dari APBN RI tahun 2024 yang IDR 3 325 triliun.

Puasa seperti apa? Mari kita baca puasanya para investor (pemegang saham) dari data P&G. Misalnya hari ini Anda masuk sebagai pemegang saham P&G. Uang yang harus Anda siapkan untuk memiliki satu lembar saham saat ini adalah USD 161,21 alias IDR 2,54 juta. Dengan dana itu, berdasarkan laporan keuangan terakhir perusahaan yang di Surabaya memiliki pabrik minyak goreng Palmboom ini, Anda berhak atas laba sebesar USD 5,97 alias IDR 94 ribu. Dengan demikian imbal hasil investasi  ROI (return on invetment) Anda adalah 3,7%. Itu pun tidak seluruhnya dibagikan sebagai dividen. Dividennya hanya 2,33% alias Rp 59 ribu. Itulah hak Anda dalam setahun. Kecil sekali. Dibanding dengan deposito misalnya jauh lebih kecil. Misalnya saja Anda masuk dengan investasi Rp 100 juta, hak laba Anda hanya Rp 3,7 juta dalam setahun. Yang dibagikan sebagai dividen hanya Rp 2,33 juta dalam waktu satu tahun.

Kok mau? Mereka sedang puasa. Hal serupa juga dilakukan oleh investor yang telah membeli saham jauh-jauh hari sebelumnya. Misalkan saja investor yang masuk pada tahun 1984. Ketika itu harga selembar saham adalah USD 2,92 alias IDR 46 ribu dengan kurs hari ini. Saham yang Anda miliki tahun ini juga memiliki hak laba USD 5,97 alias Rp 94 ribu. ROI Anda adalah 204%. Hak dividen Anda adalah IDR 59 ribu alias 128%. Semua persentase adalah dalam jangka waktu satu tahun.

Misalkan Anda tahun itu berinvestasi dengan dana Rp 100 juta, tahun ini akan mendapatkan  hak laba Rp 204 juta yang mana Rp 128 juta dari hak itu dibagikan sebagai dividen tunai. Jika Anda menjual saham tersebut, hari ini nilainya adalah Rp 5,5 triliun. Naik 552 kali lipat dibanding uang yang Anda investasikan.

Bandingkan andai uang itu Anda depositokan. Rp 100 juta akan mendapatkan bagi hasil kurang lebih sekitar 5% setiap tahun. Jika deposito itu Anda ambil, hari ini nilainya tetap Rp 100 juta. Padahal uang Rp 100 juta tahun 1984 bisa Anda belikan 9 kg emas. Dengan nominal sama hari ini hanya mendapatkan kurang lebih 100 gram emas. Menyusut tinggal 0,11%.

&&&

Pembaca yang baik, Itulah puasa para investor P&G. Berani menahan diri untuk hanya mendapatkan hak laba kecil untuk membesarkan perusahaan. P&G menjadi seperti itu karena ada jutaan orang yang berpuasa berinvestasi membeli saham P&G. Oleh P&G uang itu digunakan untuk terus menambah merek-merek baru sebagai faktor kali alias revenue and profit driver (RPD) pertumbuhan perusahaan.

Apakah yang berpuasa hanya investor? Tidak. Para investee juga mesti puasa. Para pendiri perusahaan seperti ini juga rela puasa bertahun-tahun di awal. Caranya adalah dengan hanya hidup dari gaji sekedarnya sebagai direktur. Seluruh laba bertahun-tahun tidak pernah diambil sebagai dividen. Laba dibiarkan di perusahaan sebagai laba ditahan yang digunakan untuk pertumbuhan perusahaan. Bagi P&G pertumbuhan itu artinya adalah membuat atau mengakuisisi merek baru sebagai RPDB. Vicks adalah contoh merek yang dibuat sendiri. Gillete adalah contoh merek yang diperoleh dari akuisisi.

Bagaimana? Anda sudah mendapatkan pelajaran tentang hikmah puasa dalam bisnis? Puasa bagi investor dan investee? Puasa dalam menumbuhkan perusahaan? Ingat, 50% dari barang dan jasa yang dikonsumsi umat manusia di muka bumi ini dihasilkan oleh 2000 perusahaan terbesar di dunia. Salah satunya adalah P&G. Penguasaan produksi barang dan jasa adalah inti kekuatan ekonomi sebuah umat atau bangsa. Itulah mengapa Nabi SAW dulu ketika awal-awal hijrah ke Madinah memerintahkan para sahabat untuk membeli alias mengakuisisi sumur sebagai sumber pasokan air konsumsi untuk umat ketika itu. P&G adalah “sumur” era modern. Anda siap berpuasa untuk membuat “sumur” sekelas P&G? Semoga tahun ini adalah Ramadhan yang penuh hikmah bagi Anda untuk menjadi investor atau investee. Aamin.

Artikel ke-443 karya Iman Supriyono ini ditulis pada tanggal 19 Maret 2024 di lantai 5 hotel Luminor, pusat kota Purwokerto untuk pwmu.co.

Diskusi lebih lanjut? Silakan bergabung Grup Telegram  atau Grup WA KORPORATISASI
Anda memahami korporasi? Klik untuk uji kelayakan Anda sebagai insan korporasi

Baca juga:
Peredam Risiko Investasi Wakaf
Wakaf Modern Untuk Keabadian Amal dan Kemerdekaan Ekonomi
Konversi Kotak Infaq ke Kotak Wakaf
Kesalahan Wakaf Saham Dan Perbaikannya
Wakaf Untuk Beasiswa: Fulbright Dari Timur
Wakaf Moncer dengan Puasa Infaq
Wakaf Para Alumni untuk Adik Kelasnya
Wakaf Agar Rp 10 Triliun Tidak Melayang Tiap Tahun
Wakaf Uang
Enam Pilar Kemerdekaan Ekonomi Umat dan Bangsa
Korporatisasi: Asal Muasal

Mengapa Nilai XXI Turun Drastis?


PT Nusantara Sejahtera Raya Tbk. alias XXI sudah hadir di dunia layar bioskop sejak tahun 1987 dengan beroperasinya Studio 21 di Jl. Thamrin No. 21 Jakarta pada tahun 1987. Secara legal perusahaan ini berdiri dengan nama PT Subentra Nusantara pada tahun 1988. Nama PT Nusantara Sejahtera Raya dipakai sejak tahun 1998 melalui perubahan akta.

Per 31 Desember 2022 perusahaan ini mengoperasikan 225 bioskop dengan 1 216 layar di 55 kota seluruh Indonesia. Pada tanggal tersebut aset perusahaan adalah Rp 6,76 triliun dengan utang Rp 4,11 triliun. Dengan ekuitas Rp 2,65 triliun maka rasio utang terhadap ekuitas (DER, debt to equity rasio) saat itu adalah 1,55. Cukup tinggi. Omzet tahun itu adalah Rp 2,70 triliun dengan laba tahun berjalan Rp 504 miliar.

Agustus 2023 perusahaan ini melakukan IPO dengan menerbitkan 8,34 miliar lembar saham bernilai nominal Rp 8 per lembar. Harga penawaran adalah Rp 270 per lembar alias Rp 2,25 triliun untuk seluruh saham yang diterbitkan melalui IPO. Dengan jumlah lembar saham yang telah diterbitkan setelah IPO sebesar 83,35 miliar lembar maka dengan demikian nilai (pasar) perusahaan adalah Rp 22,5 triliun. Penawaran tersebut kemudian dieksekusi. Hasilnya, menurut laporan arus kas 2023 perusahaan ini menerima uang kas Rp 2,17 triliun dari IPO.

Untuk apa dana IPO? Di prospektus 65% dana akan digunakan untuk pengembangan yaitu berupa membangun bioskop baru dan pembelian peralatan teknologi baru. Sekitar 20% akan digunakan untuk pembayaran utang bank. Sekitar 15% digunakan untuk modal kerja.

Bagaimana realisasi penggunaan dana IPO? Laporan arus kas 2023 menyebutkan XXI melakukan pengeluaran kas untuk pembayaran utang bank sebesar Rp 2,80 triliun dan pembayaran dividen tunai Rp 600 miliar. Dengan kebijakan kas seperti itu maka aset akhir 2023 adalah Rp 7,37 triliun. Hanya naik 9% dari posisi akhir tahun sebelumnya sebesar Rp 6,76 triliun.

Bagaimana dampaknya terhadap kinerja omzet dan laba perusahaan? Omzet tahun 2023 adalah Rp 5,23 triliun alias naik 19% dari tahun sebelumnya. Laba tahun berjalan Rp 742 miliar alias naik 47% dari tahun sebelumnya. Kenaikan laba yang jauh lebih tajam dibanding kenaikan omzet ini terjadi karena pendapatan makanan minuman yang naik 29% dari Rp 1,43 triliun pada tahun 2022 menjadi Rp 1,85 triliun pada tahun 2023. Biaya makanan minuman hanya naik dari Rp 394 miliar menjadi Rp 504 miliar. Dengan demikian laba kotor dari makanan minuman naik dari Rp 1,04 triliun menjadi 1,35 triliun. Makanan minuman berkontribusi Rp 310 miliar terhadap kenaikan laba kotor perusahaan. Inilah kontributor besar dari kenaikan laba perusahaan pada tahun 2023. Bukan hasil eksekusi penggunaan dana IPO sebagaimana di prospektus.

Nah, dengan kinerja keuangan seperti di atas, mari kita hubungkan dengan nilai (pasar) perusahaan. Di hari pertama melantai, 2 Agustus 2023 saham XXI mencapai posisi tertinggi dengan Rp 300 per lembar saham. Dengan demikian nilai pasar tertinggi perusahaan pada  hari itu adalah Rp 25,0 triliun. Penutupan pasar minggu lalu nilai pasar adalah Rp 18,5 triliun. Turun 26% dibanding posisi tertinggi hari pertama melantai. Turun 18% dari harga penawaran sesuai prospektus.

XXI sudah aman dari permainan para pedagang di pasar. Angkanya sudah jauh dari Rp 10 triliun sebagai angka cut off dari SNF Consulting  untuk stabilitas harga di pasar. Sudah jauh dari angka rawan permainan para gambler dan trader. Dengan ini maka bisa kita simpulkan bahwa penurunan nilai pasar XXI memang terjadi karena masalah fundamental.

Berdasarkan data dan analisis di atas, menurut laporan tahun 2023 memang XXI bisa dikatakan belum menggunakan dana hasil IPO sesuai rencana. Menggunakan kerangka corporate life cycle dari SNF Consulting, bisa disimpulkan XXI belum melakukan scale up melalui IPO. Dana IPO sebagian besar digunakan untuk membayar utang bank. Dengan demikian, wajar sekali jika nilai (pasar) XXI menurun. Sesuai antara kondisi fundamental dengan kinerja saham di pasar.

Dengan kondisi fundamental seperti yang diuraikan di atas, saat ini rasio laba terhadap nilai (pasar) XXI addalah 39,14. Artinya, investor yang membeli saham pada harga saat ini hanya mendapatkan ROI 2,6%. Angka yang juga merupakan cost of capital XXI dari sumber ekuitas ini terlalu rendah jika melihat posisi pemain bioskop terbesar tanah air ini dalam kerangka CLC. Dengan ini maka harga saham sangat mungkin akan turun lagi paling tidak sekitar 25% dari posisi hari ini.

Bagaimana ke depan? Ya tentu saja tergantung bagaimana manajemen XXI melakukan scale up sesuai revenue and profit driver (RPD)nya. Kita tunggu saja laporan selanjutnya. Jika manajemen konsisten menambah unit bioskop atau jumlah layar sebagai RPD, omzet dan laba akan meningkat seiring dengan peningkatan aset. Mestinya nilai pasar juga akan meningkat secara linier. Jika manajemen tidak melakukan hal itu, nilai pasarnya juga sulit untuk naik. Apalagi naik secara eksponensial yang mestinya bisa dicapai dengan  scale up secara terus-menerus.  Pertanyaan untuk direksi XXI, apa yang akan Anda lakukan ke depan?

Artikel ke-442 karya Iman Supriyono ini ditulis pada tanggal 18 Maret 2024 di lantai 5 hotel Luminor, pusat kota Purwokerto..

Diskusi lebih lanjut? Silakan bergabung Grup Telegram  atau Grup WA KORPORATISASI atau hadiri KELAS KORPORATISASI
Anda memahami korporasi? Klik untuk uji kelayakan Anda sebagai insan korporasi

Baca Juga:
Mengapa nilai Avian Merosot Pasca IPO?
IPO Ayam Nelongso: Tanda Tanya Besar
Isu Stratejik IPO RAFI
Zata Mengapa Gocap?
Perampok Budiman Lantai Bursa

Aku Bukan Investor Khilaf


Core of the core investor dunia adalah BlackRock. Pada laporan keuangan tahun 2022 Perusahaan besutan Larry Fink ini mencatat aset kelolaan (aset under managment) USD 8,59 triliun alias IDR 134 ribu triliun. Dari aset tersebut sebesar USD 4,44 triliun alias 52% diinvestasikan dengan skema ekuitas. USD 2,54 triliun alias 30% ditanamkan pada aset berpendapatan tetap (fixed income) yaitu obligasi dan sejenisnya. USD 671 miliar alias 8% dikelola secara manajemen kas. Sisanya yaitu sekitar 10% adalah investasi lain-lain termasuk properti. Sederhananya, rumusnya adalah 50-30-20. Ekuitas 50%, fixed aset 30%, lain-lain 20%.

Nah, fokus terbesar adalah pada investasi ekuitas. Maka , Anda para investor mesti mencontoh BlackRock. Sebagian besar aset investasi dialokasikan melalui skema ekuitas alias menjadi pemegang saham berbagai perusahaan.  Lalu bagaimana memilih investee yang baik untuk skema ini? Berikut ini adalah 7 karakter perusahaan yang baik untuk menjadi investee berdasarkan kesimpulan riset para konsultan SNF Consulting dalam lebih dari 20 tahun terakhir. Ada 7 karakteristik investee berkualitas yaitu:

  1. Perusahaan telah menemukan RPD (revenue and profit driver) sebagai satuan terkecil pertumbuhan aset perusahaan dan pengaman risiko bagi para investor.
  2. Uang dari investor digunakan untuk scale up pada RPD tersebut. Scale up ditandai dengan pertumbuhan aset jauh lebih besar dari pada laba.
  3. Perusahaan memiliki road map dengan pertumbuhan aset, omzet, laba par value, book value, market value, intangible asset, dan ROI pemegang saham secara eksponensial
  4. Terus berproses menjalani tahap demi tahap dari 8 tahap siklus hidup perusahaan (corporate life cycle) untuk menjadi korporasi sejati yang memiliki 3 karakter: hadir di pasar lebih dari 100 negara agar dari satu negara rata-rata berkontribusi tidak lebih dari 1% omzet perusahaan, tidak ada pemegang saham pengendali sehingga bisnis murni berjalan sesuai sistem, dan cost of capital 2-3% (per tahun).
  5. Laporan keuangan teraudit oleh akuntan publik yang dipercaya dan ditunjuk oleh para investor yaitu para pemegang saham melalui RUPS. Dalam laporan keuangan teraudit terdapat peran aktuaris.
  6. Skema investasi adalah ekuitas melalui private placement (sebelum IPO) maupun rights issue (setelah IPO) sampai menjadi korporasi sejati.
  7. Perusahaan memiliki rencana IPO setelah market value lebih dari Rp 10 T agar terhindar dari IPO Trap.

Pahami baik-baik portofolio investasi. Jangan melanggar rumus portofolio 50-30-20. Pahami 7 karakter itu sebelum masuk menjadi investor ekuitas. Jangan sampai menjadi investor khilaf. SNF Consulting menyediakan klub investor ekuitas (EIC, equity investor club) untuk pembelajaran dan berjejaring baik dengan sesama investor maupun para direksi perusahaan yang berkualitas untuk menjadi investee dengan skema private placement. Selamat menjadi investor sejati. Bukan investor khilaf.

Artikel ke-441 karya Iman Supriyono ini ditulis pada tanggal 13 Maret 2024 di SNF House of Management, Surabaya.

Diskusi lebih lanjut? Silakan bergabung Grup Telegram  atau Grup WA KORPORATISASI atau hadiri KELAS KORPORATISASI
Anda memahami korporasi? Klik untuk uji kelayakan Anda sebagai insan korporasi

Family Constitution Bagi Pebisnis


Royce Muljanto kembali ditahan di Polrestabes Surabaya. Kasatreskrim Polrestabes Surabaya AKBP Oki Ahadian menjelaskan, anak pemilik PT Liek Motor itu ditangkap karena kasus penganiayaan. Yang menjadi pelapor adalah adik kandungnya”. Ini adalah kalimat pertama berita di situs jawapos.com tertanggal 12 Februari 2021. Berita tersebut saya akses pada tanggal 16 Februari 2023.

Family Constitution untuk keluarga ideal yang makin sejahtera makin kompak dan makin berkah dari generasi ke generasi

Berita di atas adalah contoh tentang konflik dalam sebuah keluarga pebisnis. Kasus yang terjadi pada diler mobil resmi ternama di Surabaya itu hanya sekedar contoh yang mencuat di media. Masih banyak kasus-kasus konflik pada keluarga pelaku bisnis.

Jika kita googling dengan kata kunci “kasus pidana keluarga bisnis” yang muncul pada baris pertama adalah direktori putusan Mahkamah Agung. Google menyebut ada 143 data putusan Mahkamah Agung tentang hal ini.

Menyatakan Terdakwa Zuardian Ritonga terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana Penggelapan dalam keluarga, sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam dakwaan tunggal Pasal 372KUHP Juncto Pasal 376 KUHP;2. Menjatuhkan pidana terhadap Zuardian Ritonga berupa pidana penjara selama 4 (empat) tahun dengan dikurangi selama Terdakwa berada dalam tahanan dan dengan perintah agar Terdakwa tetap ditahan”. Ini adalah salah putusan dari direktori putusan Mahkamah Agung tersebut.

Apa pelajarannya? Bahwa konflik seputar bisnis keluarga adalah bagian dari realitas kehidupan. Realitas yang sudah pernah terjadi pada berbagai keluarga. Bahkan pada beberapa kasus yang mencuat konfliknya sampai akut dan mengakibatkan korban jiwa. Dalam kaca mata bisnis, ini adalah bagian dari sebuah risiko.

Menghadapi risiko apapun, cara terbaiknya adalah melakukan mitigasi. Melakukan tindakan yang cukup untuk mencegah agar kasus serupa tidak terjadi. Atau kalaupun tetap terjadi, intensitas masalahnya bisa diturunkan. Fatalitas akibatnya bisa diturunkan serendah mungkin.

&&&

Family constitution alias konstitusi keluarga adalah sebuah dokumen tertulis tentang bagaimana hubungan antar anggota dalam sebuah keluarga. Penggunaan kata konstitusi karena fungsi dokumen tersebut mirip fungsi dokumen konstitusi dalam sebuah  negara. Mengatur hubungan antara anggota kelaurga mulai dari konseptual sampai teknis. Yang konseptual misalnya adalah tentang visi, jati diri, filosofi, dan budaya dalam sebuah keluarga. Yang teknis misalnya menyangkut aset, hubungan waris, biaya pendidikan, dana abadi keluarga, dana sosial dan sebagainya.

Mengapa harus ada konstitusi keluarga? Bukankah bisnis keluarga yang disusun berdasarkan manajemen korporasi modern sudah cukup? Tidak. Tidak semua masalah keluarga bisa tertampung dalam sistem manajemen korporasi. Masih banyak sekali hal-hal dalam keluarga yang tidak terjangkau oleh sistem manajemen korporasi sebagus apapun. Itulah peran konstitusi keluarga.

Sistem manajemen korporasi modern menjadikan bisnis berjalan sesuai siklus hidup korporasi. Konstitusi keluarga membangun hubungan yang sehat dan berdaya guna antara anggota keluarga. Keduanya didasarkan pada dokumen yang memiliki kekuatan hukum legal formal. Harapannya, korporasi yang didirikan oleh sebuah keluarga terus tumbuh makin eksis dari generasi ke generasi. Dividennya bisa terus dinikmati oleh segenap anggota keluarga. Bisnis tumbuh, keluarga kokoh harmonis berkah. Membangun manfaat bagi sesama dari generasi ke generasi. Semoga.

Membutuhkan layanan penyusunan Family Constitution? Hubungi SNF Consulting

Artikel ke-440 karya Iman Supriyono ini ditulis untuk dan diterbitkan oleh Majalah Matan edisi Maret 2024, terbit di Surabaya.

Diskusi lebih lanjut? Silakan bergabung Grup Telegram  atau Grup WA KORPORATISASI atau hadiri KELAS KORPORATISASI
Anda memahami korporasi? Klik untuk uji kelayakan Anda sebagai insan korporasi

Avian: Mengapa Nilainya Merosot Pasca IPO?


Sejarah PT Avia Avian Tbk. selanjutnya disebut Avian, berawal pada tahun 1978 saat Soetikno Tanoko mendirikan PT Ava Avian sebagai pabrik cat kayu dan besi di Sidoarjo. Tahun 1981Avian masuk pasar cat tembok dengan merek Aviatex.  Tahun 1983 generasi kedua Tanoko mulai terlibat di operasi pabrik cat. Anak tertua Wijono Tanoko bergabung tahun 1983 sedangkan anak termuda Hermanto Tanoko bergabung tahun 1982. Tahun 1985 masuk pada pasar cat otomotif. Tahun 1986 melakukan pengembangan vertikal dengan memproduksi resin menggunakan 3 reaktor yang dibeli dari Korea. Tahun 1987 membeli tanah 6 hektar untuk fasilitas pabrik dan gedung. Tahun 1992 berekspansi vertikal lagi dengan memproduksi kaleng sendiri. Tahun 1996 membangun pabrik di Serang untuk pengembangan pasar Indonesia barat. Tahun 2000 generasi ketiga mulai terlibat di perusahaan dengan masuknya cucu tertua Ruslan Tanoko. Tahun 2021 ekspansi secara vertikal lagi dengan mendirikan anak perusahaan distribusi. Tahun 2005 meluncurkan produk baru cat pelapis anti bocor merrek  No Drop. Taun 2010 memasang mesin tinting untuk cat tembok segmen premium dengan ribuan warna. Tahun 2011 masuk pasar semen instan dengan merek Giant Mortar. Tahun 2014 perusahaan menaikkan kapasitas produksi menjadi 80 ribu metrik ton untuk produk cat tembok dan cat pelapis anti bocor. Tahun 2016 membeli tanah 12 hektar untuk pabrik ketiga. Tahun 2017 menambah kapasitas produksi 50 ribu metrik ton. Tahun 2018 perusahaan menempati gedung kantor pusat baru berlantai 50 di Surabaya. Tahun 2019 meluncurkan produk bermerek Aviatex One Coat yaitu produk pengecatan cukup sekali pelapisan (biasanya minimal 2 pelapisan). Tahun 2020 menyelesaikan pembangunan gedung 5000 meter untuk pusat riset, inovasi dan pengembangan. Desember 2021 perusahaan melakukan IPO.

&&&

Saat IPO, Avian menerbitkan 6,2 miliar lembar saham (10% dari total saham setelah IPO) dengan harga penawaran  Rp 930 sehingga total dana yang diterima Avian adalah Rp 5,77 triliun. Dengan demikian nilai pasar Avian saat IPO adalah Rp 57,7  triliun. Saat ini, 2 tahun setelah IPO, nilai pasarnya justru turun menjadi Rp 35,6 triliun alias turun 38%. Mengapa turun? Apakah penurunan drastis ini murni fluktuasi akibat transaksi para trader? Lalu apa bedanya dengan perusahaan yang IPO dengan pasar masih bilangan milyar yang kemudian menjadi saham tidur seharga gocap atau bahkan lebih rendah?  Bukankah nilai pasar Rp 57,7 triliun sudah kuat untuk menghindari permainan para trader di pasar?  Atau memang ada masalah fundamental di Avian? Ini adalah pertanyaan dan pelajaran menarik. Mari kita cermati datanya.

Tahun 2020 Avian mencatatkan omzet Rp 5,7 triliun dengan laba (tahun berjalan) Rp 1,1  triliun. Dengan aset akhir tahun Rp 5,9 triliun maka return on aset (ROA) nya adalah 20%.  Itulah kinerja Avian sebelum IPO.

Sesuai laporan arus kasnya, IPO tahun 2021 memberi Avian dana segar Rp 5,6 trilun sedemikian hingga aset akhir tahun menjadi Rp 10,9 trlliun. Naik 85% dari posisi awal tahun. Karena dana IPO diperoleh pada bulan Desember 2021 maka wajar jika omzet tahun 2021 tidak bisa naik seirama kenaikan aset. Omzetnya menjadi 6,8 triliun alias naik 19%. Labanya menjadi Rp 1,4 triliun. Naik  27% dari tahun sebelumnya. Dengan laba ini maka ROA adalah 13%.  Turun 7% dibanding tahun sebelumnya. Penurunan ini sekali lagi masih bisa dimaklumi karena dana IPO baru saja diterima.

Bagaimana tahun 2022? Omzetnya Rp 6,7 triliun alias tidak ada kenaikan dibanding tahun sebelumnya. Labanya Rp 1,4 triliun. Dengan aset akhir Rp 10,8 triliun maka ROA adalah 13%. Belum bisa kembali seperti ketika belum menerima dana IPO. Artinya, penambahan aset melalui IPO tidak berakibat pada kenaikan omzet dan laba secara linier. Ini adalah tanda bahwa perusahaan masih lemah dalam Revenue and Profit Driver (RPD).

Kenaikan aset sebesar Rp 5,6 triliun nilainya adalah 4x laba. Sebenarnya, Ini bisa dipandang sebagai scale up walaupun angkanya masih di bawah cut of 5x laba sebagaimana definisi scale up dari SNF Consulting. Nah, scale up yang dilakukan pada saat perusahaan belum kokoh dalam RPD bisa disebut “bunuh diri”.

Bagaimana tahun 2023? Saat artikel ini ditulis, yang sudah dipublikasikan Avian adalah laporan kuartal ketiga. Omzetnya adalah Rp 5,2 triliun. Naik 4% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Artinya, tahun 2023 pun Avian belum mampu memanfaatkan dana IPO untuk meningkatkan kinerja keuangan sesuai dengan peningkatan aset.

Siapa yang dirugikan dengan ROA yang menurun di atas? Tentu saja adalah pemegang saham sebelum IPO. Saham mereka terdilusi dengan pelaksanaan IPO. Tapi dilusi tersebut tidak diimbangi dengan peningkatan laba seiring dengan peningkatan aset dari perolehan IPO.

Selanjutnya mari kita lihat adakah para pemegang saham pra IPO melakukan exit? Sebagaimana di prospektus, bersamaan dengan penawaran 10% saham kepada publik melalui IPO, para pemegang saham pra IPO juga melakukan penjualan saham yang mereka pegang kepada pihak lain melalui penawaran terbatas (private plaement). Artinya, bersamaan dengan IPO mereka melakukan exit strategy dengan nilai juga sebesar Rp 5 triliun lebih.

Bahkan tidak hanya exit secara langsung melalui penjualan saham. Pada laporan arus kas tahun 2021 perusahaan juga membagikan dividen tunai sebesar Rp 2,4 triliun. Nilainya jauh lebih besar dari pada laba tahun itu yang sebesar 1,4 triliun.  ini bisa disebut sebagai exit strategy secara tidak langsung. Bahkan dalam prospektus bahwa bahwa Avian akan membagi 50% dari laba tahunan sebagai kebijakan dividen resmi perusahaan.

Saat keluarga pendiri sebagai pihak yang paling memahami bisnis melakukan exit, maka pertanyaan logisnya adalah “Jika keluarga pendiri yang paling paham mengenai bisnis exit, bagaimana para investor disuruh percaya pada masa depan perusahaan?”. Wajar jika para investor curiga ada sesuatu di perusahaan. Wajar jika terjadi penurunan kepercayaan para investor. Wajar juga jika harga saham menurun sebesar 38% dari nilai saat IPO.

Apakah keluarga pendiri rugi dengan penurunan ini? Keluarga pendiri sudah menerima uang kas Rp 5 triliun lebih dari penjualan saham saat IPO dan sekitar Rp 2 triliun dari dividen pada tahun yang sama. Total Rp 7 triliun lebih. Cukup untuk melakukan banyak hal.  Website PT Tanlu Corporation misalnya menyebut ada 8 subholding yang dikerjakannya. Khas perusahaan konglomerasi. Ini tidak bisa dilepaskan dari kebijakan cash cow Avian.

&&&

Membaca sejarahnya, sebenarnya Avian memiliki potensi untuk tampil mengibarkan sang merah putih di industri cat dunia. Saat ini rajanya  adalah Sherwin William dengan nilai pasar USD 81,95 miliar alias Rp 1 434 triliun. Yang nomor dua adalah  PPG yang kini memiliki nilai pasar USD 33,96 miliar alias Rp 530 triliun. Ranking keempat sampai sepuluh menurut javatpoint.com adalah Akzonobel, Nippon Paint, RPM, Kansai Paints, Axalta, BASF Coatings, Asian Paints Limited, dan Jotun Paints.  Beberapa dari mereka bersaing head to head dengan Avian di pasar Indonesia.

Bagaimana caranya? Avian mesti terus melakukan scale up pada bisnis yang menjadi RPD nya. Tapi melihat apa yang terjadi pada Avian sejak IPO, harapan ini akan sulit terealisasi. Avian diperlakukan sebagai cash cow alias sapi perah. Keluarga pendiri menjual sahamnya dan mengambil dividen besar untuk kepentingan bisnis di luar RPD Avian. Wajar jika harga saham alias nilai pasar Avian turun drastis seperti tertulis di atas. Dalam usianya yang sudah 46 tahun, nilai pasar Rp 35 triliun itu terlalu kecil. Bandingkan misalnya dengan Alfamart yang 11 tahun lebih muda dati kini nilainya Rp 111 triliun.

Untuk perusahaan dengan market value seperti Avian, jauh di atas Rp 10 triliun sebagai angka cut off keamanan di pasar, permainan trader sudah tidak terlalu mengganggu. Maka kemerosotan harga saham sudah sangat mencerminkan kinerja perusahaan. Semoga ke depan ada koreksi strategi Avian. Agar bisa menjadi pengibar sang merah putih di berbagai negara melalui industri cat. Paling tidak seperti Jotun si nomor 10 dunia asal Norwegia. Semoga.

Artikel karya ke-439 Iman Supriyono ini ditulis di Surabaya pada tanggal 26 Februari 2024.

Diskusi lebih lanjut? Silakan bergabung Grup Telegram  atau Grup WA KORPORATISASI atau hadiri KELAS KORPORATISASI
Anda memahami korporasi? Klik untuk uji kelayakan Anda sebagai insan korporasi

Baca Juga:
BAHAYA IPO UKM
MENGAPA CROWDFUNDING BERMASALAH?
GLORIFIKASI IPO
SAHAM ZATA MENGAPA GOCAP?