AACo dan Sapi Kurban


Sejarah Australia Agricultural Company, AACo, berawal tahun 1824 dengan berdiri sebagai perusahaan pengembangan lahan bantuan British Parliement Crown Grant seluas 1.000.000 acre (sekitar 400 ribu hektar)  di wilayah Port Stephens, New South Wales. Pada tahun 1831 sapi jantan Shorthorn diimpor dari Inggris untuk mengembangkan bisnis ternak. Pada tahun 1850, meskipun terjadi kekeringan, depresi, dan kehilangan banyak stok, jumlah domba perusahaan telah meningkat menjadi 114.118 ekor.  Jumlah sapi menjadi 8.306 ekor. Jumlah kuda menjadi 1.436 ekor. Selama Perang Dunia I terjadi kekurangan tenaga kerja yang besar terutama untuk produksi wol sehingga perusahaan beralih dari domba untuk meningkatkan produktivitas  ternaknya. Maka dimulailah proses penjualan ladang ternak selatan dan bergerak ke utara, membeli ladang ternak Headingly Station di Urandangie Queensland pada tahun 1916 dan Avon Downs di Northern Territory pada tahun 1921. Pada akhir Perang Dunia Kedua, AACo menjadi perusahaan khusus ternak sapi dan pada tahun 1950-an ternak sapi Santa Gertrudis diperkenalkan.  Pada tahun 1980-an, sapi Braham diperkenalkan ke lahan barudi kawasan Gulf, Australia. Pada tahun 1990, agregasi Goonoo dibentuk dan dikembangkan di Queensland Tengah, dan pada tahun 1994, tempat penggemukan berkapasitas 17.500 didirikan. Juga pada tahun 1994, dilakukan pembelian stasiun penangkaran Austral Downs di Northern Territory. Tahun 2006, AACo membeli peternakan Westholme, yang menandakan langkah serius bisnis daging sapi bermerek. Tahun 2014, AACo membuka Livingstone Beef, sebuah pabrik pemrosesan daging sapi canggih di selatan Darwin. Saat ini, AACo fokus pada produksi produk daging sapi premium untuk ekspor dan konsumsi domestik. Daging sapi kami memberi makan lebih dari 1.000.000 orang di seluruh dunia setiap hari.

&&&

Rp 31,6 triliun. Itulah angka hasil kajian ekonomi kurban yang diselenggarakan oleh Direktorat Kajian dan Pengembangan ZIS DSKL BAZNAS. Kajian yang hasilnya dipublikasikan pada bulan Juni 2022 ini menarik sekali. Bahwa ibadah kurban, sebagaimana juga ibadah-ibadah lain, selalu memunculkan potensi ekonomi. Ibadah haji dan umrah memunculkan bisnis hotel, penerbangan, katering, kain ihram, dan sebagainya. Ibadah salat memunculkan potensi bisnis sajadah, mukena, sarung, peci, dan sebagainya. Demikian juga ibadah kurban. Memunculkan potensi ekonomi yang tidak kecil.

Lebih lanjut kajian BAZNAS menyebut, potensi ekonomi kurban terdiri dari kebutuhan binatang kurban terdiri kebutuhan kambing sebesar 1,6 juta ekor dan sapi sebesar 521 ribu ekor.  Keduanya masing-masing bernilai Rp 9,3 triliun dan Rp 22,3 triliun. Pertanyaannya, siapa yang bisa memerangkap potensi sebesar itu? Data BPS menyebut bahwa nilai impor daging sapi dari Australia tahun 2021 bernilai  USD 389 juta alias IDR 5,7 triliun.

Di atas saya menuliskan sejarah sebuah perusahaan peternakan sapi. Australian Agricultural Company alias AACo namanya.  Sejarah tersebut saya ambil langsung dari web resmi perusahaan yang telah tercatat di Australia Stock Exchange ini. Perusahaan tertua Australia yang masih beroperasi hingga kini ini melaporkan omzet sebesar AUD 662 juta  alias IDR  6,5 triliun. Omzet didukung oleh persediaan sapi yang berjumlah sekitar 382 ribu ekor. Laporan tahunan juga menyebut bahwa ekspor sapi dan daging sapi adalah salah satu sumber pendapatan perusahaan.

Apa yang menarik? Bahkan perusahaan peternakan sapi dengan nilai pasar sekitar IDR 9 triliun itu pun belum mampu memenuhi seluruh potensi kebutuhan sapi di negeri ini. Nilai impor sapi atau daging sapi dari Australia hanya berkontribusi 44% dari total nilai impor sapi atau daging sapi negeri ini.

Apa artinya? Masih ada potensi untuk hadirnya perusahaan peternakan sapi sekelas AACo atau bahkan lebih besar lagi di Indonesia.  Kita mesti belajar dari perusahaan yang tahun lalu mampu menggaji direktur utama (CEO)-nya sebesar Rp 10 miliar ini. Cermati pelajaran-pelajaran penting dari sejarah 199 tahun eksistensi AACo. Pelajaran bahwa membangun perusahaan bukan pekerjaan sehari dua hari. Pelajaran bahwa perusahaan peternakan besar butuh lahan luas ratusan ribu hektar. Pelajaran bahwa dukungan pemerintah terhadap lahan yang luas adalah bagian penting dari fondasi perusahaan. Pelajaran bahwa perusahaan peternakan besar juga membutuhkan modal yang besar yang dikumpulkan dari banyak investor dan karenanya mesti hadir di lantai bursa. Pelajaran bahwa perusahaan besar butuh SDM tangguh sehingga juga membutuhkan gaji yang besar. Dan yang  paling penting adalah pelajaran bahwa bisnis sapi besar tidak bisa dilakukan oleh perorangan.  Hanya korporasi yang bisa melakukannya. Kita juga bisa!

Tulisan ke-406 Iman Supriyono ini ditulis untuk dan dimuat di Majalah Matan, edisi Juni 2023terbit di Surabaya

Diskusi lebih lanjut? Silakan bergabung Grup Telegram  atau Grup WA KORPORATISASI atau hadiri KELAS KORPORATISASI
Anda memahami korporasi? Klik untuk uji kelayakan Anda sebagai insan korporasi

Baca juga:

Sejarah Grameen Bank
Sejarah Bata dan Kalibata Batavile Batanagar
Sejarah Raket Yonex
Sejarah Heinekken Hadir di Indonesia
Sejarah Revlon dan Kepailitannya
Sejarah Korporasi
Sejarah Lions Club
Sejarah Hyundai versus Astra
Enam Pilar Kemerdekaan Ekonomi Umat dan Bangsa
Korporatisasi: Asal Muasal
Sejarah Danone Dari Turki Usmani Hadir ke Indonesia
Sejarah Kalsiboard dan Etex Group
Sejarah Embraer si “PTDI” Brazil

Bankziska Grameen


Sejarah Grameen Bank berawal 1976 ketika Prof. Muhammad Yunus meluncurkan proyek penelitian tindakan yang mengkaji kemungkinan merancang sistem pembiayaan kalangan miskin pedesaan. Proyek kepala Program Ekonomi Pedesaan di Universitas Chittagong, Banglades itu dinamai  Bank Grameen. Grameen dalam bahasa Bangla artinya adalah pedesaan  atau desa.

Sebagai proyek penelitian, Grameen Bank beroperasi dengan tujuan-tujuan sosial.  Web resmi Grameen menyebut memperluas fasilitas perbankan untuk pria dan wanita miskin sebagai tujuan pertamanya. Menghilangkan eksploitasi orang miskin oleh rentenir sebagai tujuan kedua. Menciptakan peluang untuk wirausaha bagi banyak bagi pengangguran di pedesaan sebagai tujuan ketiga.  Keempat adalah membawa mereka yang kurang beruntung, kebanyakan perempuan dari rumah tangga termiskin, dalam program organisasi yang dapat mereka pahami dan kelola sendiri. Tujuan terakhir adalah membalikkan lingkaran setan kuno “penghasilan rendah, tabungan rendah & investasi rendah”, menjadi lingkaran kebajikan “penghasilan rendah, injeksi kredit, investasi, lebih banyak pendapatan, lebih banyak tabungan, lebih banyak investasi, lebih banyak pendapatan”.

Program tersebut menunjukkan kekuatannya di Jobra dan beberapa desa sekitarnya sepanjang tahun 1976-1979. Jobra adalah sebuah desa di dekat kampus Universitas Chittagong. Dengan dukungan dari bank sentral negara dan bank komersial nasional, proyek diperluas ke distrik Tangail pada tahun 1979. Tangail adalah sebuah distrik di utara Dhaka, ibu kota Bangladesh. Dengan keberhasilan di Tangail, proyek tersebut merambah ke beberapa kabupaten lain di Banglades. Oktober 1983, Proyek Grameen Bank diubah menjadi bank independen oleh undang-undang pemerintah.

Saat ini Grameen Bank dimiliki oleh kaum miskin pedesaan yang dilayaninya. Peminjam Bank memiliki 90% sahamnya, sedangkan 10% sisanya dimiliki oleh pemerintah. Laporan keuangan terbaru Grameen menunjukkan kinerja yang luar biasa. Posisi aset per 31 Desember 2021 adalah  BDT 295 miliar alias IDR 41,7 triliun.  Ekuitasnya adalah BDT 24,9 miliar alias IDR 3,5 triliun. Dengan demikian sebagai bank angka rasio kecukupan modalnya adalah sekitar 14%. Masih memenuhi syarat jika dipandang dari regulasi perbankan di Indonesia.

Dengan aset tersebut Grameen berhasil mengantongi pendapatan BDT 36,9 miliar alias IDR 5,2 triliun. Membayarkan bunga kepada penabung dan deposan sebesar BDT 17,8 miliar alias IDR 2,5 triliun.  Memberikan gaji dan tunjangan kepada lebih dari 21 ribu orang karyawan dan direksi sebesar BDT 12,5 miliar alias IDR 1,7 triliun. Dengan demikian gaji rata-rata tahunan Rp 80 juta per karyawan. Mencatatkan laba bersih sebesar BDT 493 juta alias IDR 70 miliar. Laba ini menurun jauh dari tahun sebelumnya yang BDT 2,9 miliar alias IDR 409 miliar. Penurunan kinerja tahun 2021 bisa jadi merupakan dampak dari pandemi.

Laporan arus kasnya menyebut dividen sebesar BDT 288 juta  alias IDR 40,7 miliar kepada pemegang saham yang antara lain terdiri lebih dari dari 9,5 juta orang nasabahnya yang. Menerima dana dari penerbitan saham baru sebesar BDT 8 juta alias IDR 1,1 miliar.  Ini menunjukkan bahwa Grameen tumbuh dengan proses yang disebut sebagai korporatisasi. Terus-menerus menerbitkan saham baru. Lebih dari 96% pemegang sahamnya adalah perempuan. Sebuah proses yang biasa dijalani oleh perusahaan berbadan hukum Perseroan Terbatas yang ingin membesar. Apalagi bank adalah perusahaan yang bersifat equity driven. Mustahil tumbuh pesat kecuali terus-menerus mendapat suntikan modal dari para investor yang membeli saham yang terus-menerus diterbitkan.

&&&

UMM Dome awal Ramadhan 1444 Hijriah. Di acara Kajian Ramadhan PWM Jawa timur itu saya bertandang ke stan Lazismu. Ada anjungan Bank Ziska. Informasi dari direkturnya menyebut bahwa Bankziska adalah singkatan dari bantuan keuangan berbasis zakat infak, sedekah dan dana sosial keagamaan lainnya. Buku company profilenya menunjukkan bahwa Bankziska bekerja seperti apa yang dikerjakan oleh proyek riset tindakan Profesor Muhammad Yunus di Bangladesh sebagaimana tulisan di atas.  Program yang mulai berjalan bulan September 2020 di Ponorogo itu itu hingga Februari 2023 telah melakukan 1729 kali pembiayaan dengan nilai IDR 1 miliar lebih. Direkturnya menyebut bahwa dengan konsep pembiayaan tanggung renteng Bankziska dapat menjaga tingkat pembiayaan bermasalah (non permforming finance, NPF dalam istilah perbankan syariah) nol persen. Kinerja awal yang luar biasa untuk sebuah program pengentasan kemiskinan dan jeratan rentenir dengan skema qord al hasan alias pinjaman tanpa bunga.

Bagaimana selanjutnya? Karena telah diawali dengan konsep seperti Grameen Bank, maka langkah selanjutnya juga tinggal copy &  paste. Termasuk format legal dengan badan hukum PT yang sahamnya sebesar 90% dimiliki oleh para nasabah yang semuanya berasal dari kalangan yang butuh bantuan ekonomi. Saham pemerintah di Grameen bisa diganti dengan saham persyarikatan di Bankziska. Jumlah pemegang saham yang terus tumbuh seiring dengan tumbuhnya nasabah bisa diwadahi dengan menjadi non listed public company dalam regulasi di negeri ini. Harapannya, kelak Bankziska akan sekuat Grameen Bank. Bisa!

Tulisan ke-405 Iman Supriyono ini ditulis untuk dan dimuat di Majalah Matan, edisi Mei 2023terbit di Surabaya

Diskusi lebih lanjut? Silakan bergabung Grup Telegram  atau Grup WA KORPORATISASI atau hadiri KELAS KORPORATISASI
Anda memahami korporasi? Klik untuk uji kelayakan Anda sebagai insan korporasi

Baca juga:

Sejarah Bata dan Kalibata Batavile Batanagar
Sejarah Raket Yonex
Sejarah Heinekken Hadir di Indonesia
Sejarah Revlon dan Kepailitannya
Sejarah Korporasi
Sejarah Lions Club
Sejarah Hyundai versus Astra
Enam Pilar Kemerdekaan Ekonomi Umat dan Bangsa
Korporatisasi: Asal Muasal
Sejarah Danone Dari Turki Usmani Hadir ke Indonesia
Sejarah Kalsiboard dan Etex Group
Sejarah Embraer si “PTDI” Brazil

Aleksandrovskiy Sad: Menjaga ROA


Moskwa akhir April 2019.  Berada di kawasan sekitar Gereja Katedral Santo Basil adalah seperti berwisata ke masa lalu. Semua yang ada di depan mata adalah bangunan yang telah berumur. Istana Kremlin yang kokoh itu, pusat perbelanjaan, toko-toko, perkantoran, dan semua yang ada adalah karya arsitektural masa lalu.

Wisata ke masa lalu makin terasa ketika masuk stasiun kereta bawah tanah di kawasan Aleksandrovskiy sad alias Taman Alexander. Ornamen di eskalator, lampu-lampunya, lantainya, pilar-pilar bangunannya dan sepanjang mata memandang semuanya adalah hasil karya masa lampau. Membaca sejarah kereta bawah tanah, memang Moscow sudah mulai mengoperasikan kereta bawah tanah pertama kali pada tahun 1935.

Suasana berbeda baru terasa keluar dari stasiun bawah tanah Vystavochnaya di kawasan Moscow City. Semua bangunan baru. Mal, perkantoran, toko-toko, gedung pencakar langit, dan semua yang ada di depan mata adalah bangunan modern. Nuansanya tidak berbeda dengan gedung-gedung pencakar langit yang ada di kawasan Sudirman, Thamrin atau CBD Jakarta.

&&&

Kawasan stasiun kereta bawah tanah Aleksandrovskiy Sad dan Moscow City adalah dua kontras yang menarik. Satu sisi ada sebuah kebijakan kokoh untuk tetap mempertahankan bangunan warisan sejarah lintas abad. Jika hanya memandang ini, maka Moskwa bisa dipandang sebagai sesuatu yang tidak bergerak. Stagnan. Sesuatu yang tidak bisa mengikuti perkembangan jaman modern.

Akan tetapi, Moskwa seolah tidak mau membiarkan kesan itu muncul. Kawasan Moscow City adalah jawabannya. Dari keduanya justru ada sebuah pelajaran sangat menarik. Kemampuan mengikuti perkembangan jaman dilakukan secara bersama dengan kemampuan menjaga warisan sejarah. Ada yang dijaga tetap. Ada yang diubah sesuai dengan selera kekinian.

&&&

Mudahkah menjaga sesuatu agar tetap? Tidak mudah.  Urusan yang terlihat sepele saja kita sulit melakukannya. Misalnya saja adalah menjaga agar ketinggian badan agar tetap. Di Surabaya misalnya, karena ketinggian badan jalan Ngagel Jaya tidak dijaga tetap, rumah pahlawan nasional Cokroaminoto yang berada di sisi timur salah satu jalan utama Surabaya itu kini berposisi lebih rendah dari badan jalan. Akibatnya tentu saja air dari jalan dengan mudah membanjiri halaman dan lantai rumah. Untuk menyelamatkannya tentu harus direnovasi. Jika direnovasi tentu tidak bisa lagi bernilai sejarah seperti bangunan-bangunan di stasiun kereta api bawah tanah Taman Alexander dan sekitarnya. Jadi, walaupun secara konsep kita ini menghargai para pahlawan, tetapi melindungi rumah bersejarah mereka dari genangan air saja tidak bisa.  Nasib bangunan bersejarah di berbagai lokasi negeri ini akan sama dengan nasib rumah pahlawan Cokroaminoto  di Ngagel Jaya Surabaya jika kita tidak mampu menjaga ketinggian badan jalan.

Menikmati terik mentari di sekitar Sint Basil Catedral Moskwa dengan nuansa masa lalunya. Foto pribadi penulis.

Di dunia bisnis, penanda bahwa sebuah perusahaan sudah bisa didorong tumbuh eksponensial adalah ketika perusahaan itu sudah mampu mempertahankan apa-apa yang mesti dipertahankan. Sebagai contoh, fenomena tumbuh pesatnya Warunk Upnormal beberapa waktu lalu. Kini banyak gerainya pada tutup. Mengapa tutup? Tentu banyak alasan. Tapi perjalanan saya dari Moskwa memberi pelajaran penting. Warunk Upnormal tidak mampu menjaga apa-apa yang mestinya dijaga tetap.

Dalam kaca mata konsumen, yang harus dijaga tetap misalnya adalah desain gerai, menu, dan cita rasa, harga, standar layanan dan sejenisnya. Dari kaca mata manajemen, yang harus dijaga tetap adalah apa yang di dunia keuangan disebut return on asset alias ROA. Laba dibanding aset. Ini adalah salah satu penanda bahwa perusahaan telah menemukan Revenue and Profit Driver (RPD).

Misalkan sebuah perusahaan asetnya Rp 100 miliar dengan laba Rp 10 miliar per tahun. ROA 10%. Untuk scale up maka investor menyuntikkan dana misalnya sebesar Rp 50 miliar. Total aset menjadi Rp 150 miliar.  Ekspansi seperti ini akan aman jika perusahaan mampu mempertahankan ROA tetap 10%. Artinya labanya menjadi Rp 15 miliar. 

Misalkan tahun berikutnya investor menyuntikkan dana lagi Rp 100 miliar sehingga asetnya menjadi Rp 250 miliar.  Laba harus menjadi Rp 25 miliar sehingga ROA tatap 10%. Jika perusahaan sudah mampu menjaga ROA, maka jangan ragu untuk tumbuh pesat. Jangan ragu untuk scale up. Seperti hadirnya kota modern di kawasan Moscow City tanpa menghilangkan  warisan sejarah di stasiun kereta api bawah tanah Aleksandrovskiy Sad dan sekitarnya.  Bagaimana jika belum mampu? Jangan paksakan. Lakukan perbaikan dahulu agar tidak seperti tutupnya banyak gerai Warunk Upnormal. Perusahaan Anda bagaimana? Sudah mampu menjaga ROA? Sudah siap tumbuh eksponensial?

Tulisan ke-404 Iman Supriyono ini ditulis untuk dan dimuat di Majalah Matan, edisi April 2023, terbit di Surabaya

Diskusi lebih lanjut? Silakan bergabung Grup Telegram  atau Grup WA KORPORATISASI atau hadiri KELAS KORPORATISASI
Anda memahami korporasi? Klik untuk uji kelayakan Anda sebagai insan korporasi

Baca juga catatan perjalanan inspiratif lainya:
Mie Sedaap Manila
Jamaah Salahuddin: Intangible Asset
Sudu: Miri Municipal Council
Manokwari: Menang Tanpa Pesaing
Moscow: Korporasi USA
Osh: Pasar Tradisional Kyrgistan
Uzbekistan: Agar Rupiah Laku Dimana-Mana
Ho Chi Minh: Kota Tanpa Mal
Pnom Penh: Hyundai
Makkah: Koperasi KPF
Singapura: Totalitas Melayani
Kuala Lumpur: TKI
Anjing Bangkok: Sahabat atau Musuh
Khao San Road: 7 Pagi 11 Malam
Palembang: Kewaspadaan Korporat
Nha Hang: Hijrah Tumbuh Berpresati
Tanjung Selor Tarakan: Cessna Grand Caravan
Simpadan Ligitan: Tuban

ACR x Hayyu: RUPS & Dividen Pertama


Novotel Surabaya, 14 Maret 2023. Ini adalah acara RUPS Hayyu Beauty Clinic. Saya datang sebagai ketua Alkhirrijun Caruban Raya, ACR. Sebuah lembaga dana abadi (dana wakaf) untuk beasiswa adik-adik berprestasi. Alkhirrijun artinya alumni. Hati saya berbunga-bunga karena ini adalah RUPS pertama yang dihadiri oleh ACR sebagai investor.  Pertama karena memang Hayyu adalah perusahaan pertama dimana ACR berinvestasi dengan skema ekuitas. ACR adalah badan hukum legal formal sebagai pemegang saham yang tercatat di anggaran dasar Hayyu. ACR adalah salah satu pemegang saham Hayyu.

Hati saya berbunga-bunga sejak berangkat dari rumah bersama istri tercinta. Ada banyak penyebab saya untuk berbunga-bunga. Paling tidak ada lima. Pertama, sebagai RUPS pertama, ini tentu menjadi milestone luar biasa bagi ACR sebagai organisasi yang baru seumur jagung. Sebagai organisasi yang baru aktif dua tahun lalu. Apalagi ini adalah organisasi yang hadir dari alumni sekolah-sekolah dari sebuah kota kecil Caruban. Milstone bagi sebuah organisasi berbadan hukum perkumpulan yang bercita cita menjadi Fulbright dari timur ini. Ada lebih dari 40 alumni Fulbright yang telah menjadi presiden atau perdana menteri. Ada lebih dari 60 alumni Fulbright yang telah menjadi penerima hadiah nobel. ACR ingin seperti Fulbright.

Alasan kedua, RUPS ini menunjukkan bahwa sebagai investee bagi ACR, Hayyu telah berjalan dengan koridor legal standar korporasi modern. RUPS nya dihadiri oleh notaris setempat. Notaris melakukan verifikasi para peserta sebelum RUPS dimulai. RUPS baru dimulai setelah notaris menyatakan bahwa kuorum sudah tercapai secara sah. Dengan demikian setiap keputusan rapat merupakan dokumen legal yang menjadi fondasi kokoh bagi perjalanan Hayyu ke depan.

Alasan ketiga, sebagai investee bagi ACR, Hayyu juga menunjukkan standar tata kelola perusahaan modern secara finansial. Laporan keuangan yang disampaikan oleh direksi sudah diaudit oleh akuntan publik. Ini adalah laporan keuangan teraudit pertama bagi Hayyu dengan opini wajar dengan catatan.

Catatan satu-satunya adalah bahwa laporan  keuangan Hayyu belum memperhitungkan beban pasca kerja. Perhitungan beban seperti ini mestinya dilakukan oleh seorang aktuaris. Saya sangat mengerti hal ini karena kebetulan anak kedua saya berprofesi sebagai aktuaris.

Wajar dengan catatan satu sisi bukanlah merupakan opini terbaik dari akuntan publik. Opini terbaiknya adalah wajar tanpa perkecualian (WTP). Tapi melihat poin catatannya, ini justru menunjukkan kualitas opini akuntan publiknya. Memang bukan big four. Tapi tidak mengurangi kualitas opininya. Bagi Hayyu, catatan akuntan publik menjadi agenda manajemen tahun depan untuk melibatkan aktuaris dalam proses manajemennya. Dengan demikian tahun depan targetnya adalah WTP.

Standar tata kelola keuangan perusahaan modern juga tercermin dari para pemegang saham yang ada. Dua pemegang saham di luar pendiri adalah sebuah perusahaan investasi berprinsip syariah dan ACR. Sesuai road map Hayyu, kedepan Hayyu hanya menerima pemegang saham berupa perusahaan investasi dan pengelola dana wakaf sampai saat IPO. Ini adalah standar korporasi modern yang tumbuh secara berkelanjutan. IPO akan dilakukan kelak ketika ukuran perusahaan sudah mampu menampung dana IPO belasan triliun Rupiah dengan menerbitkan tidak lebih dari 10% saham. Setelah IPO perusahaan akan terus menerbitkan saham sampai menjadi korporasi sejati yang memiliki tiga karakter: tidak ada pemegang saham pengendali sehingga segala sesuatu murni berjalan secara sistem, menguasai pasar lebih dari 100 negara sehingga omzet dari satu negara berkontribusi tidak lebih dari 1% dari omzet perusahaan, cost of capital 2-3%. Perusahaan seperti ini tidak perlu kuatir terganggu oleh kebijakan ekonomi politik negara manapun.

Alasan keempat, dalam RUPS, Hayyu mempresentasikan business plan tahun ini dan road map perusahaan untuk lima tahun ke depan. Selama lima tahun ke depan, Hayyu telah menuangkan rencana pertumbuhan eksponensial perusahaan dalam hal laba, omzet, aset dan market value. Juga sudah ditampilkan rencana pertumbuhan ROI saham yang dipegang oleh ACR.

Sebagian peserta RUPS Hayyu sedang bercengkerama

Sesuai dengan laporan keuangan teraudit, ROI saham ACR hasil kerja perusahaan tahun 2022 adalah sekitar 6%.  Dalam road map perusahaan sudah disebutkan bahwa ROI itu akan naik sekitar 2x lipat setiap tahun. Dengan demikian rencana ROI sampai 5 tahun ke depan adalah sekitar 12%, 24%, 48%, 96% dan 192%. Pertumbuhan eksponensial itu didorong oleh pertumbuhan gerai yang juga eksponensial secara simultan bersamaan dengan pertumbuhan customer base tiap gerai.

Pertumbuhan eksponensial tidak mungkin terjadi tanpa tambahan modal yang juga eksponensial. Oleh karena itu, dalam road map nya  Hayyu berencana menerbitkan saham sebesar 5% tiap tahun.  Tiap tahun harga saham juga meningkat secara eksponensial seiring dengan kenaikan laba per lembar saham yang juga eksponensial. Dengan demikian Hayyu bisa membangun gerai baru dengan dana jauh lebih besar dari pada  labanya. Inilah yang disebut scale up.

Tidak cukup dengan penerbitan saham. Hayyu terus menjaga rasio utang. Menjaga keseimbangan antara nilai ekuitas yang terdorong oleh penerbitan saham secara terus menerus dengan pertumbuhan utang berskema syariah. Dalam road map nya, tahun 2027 adalah saat dimana perusahaan akan menerbitkan sukuk di lantai bursa untuk pertama kalinya.

Apakah pertumbuhan dalam road map Hayyu aman? sangat aman karena pertumbuhan sudah didasarkan pada satuan-satuan terkecil aset yang disebut sebagai revenue and profit driver (RPD). Di dalam RPD sudah dimasukkan angka tingkat kegagalan yang akurat dan anggaran untuk menanggulangi kegagalan tersebut. RPD juga sudah memasukkan analisis statistik berbasis normalitas data terhadap angka-angka yang menjadi fondasi pertumbuhan.

Apakah road map itu tidak mungkin berubah? Mungkin saja jika ada force majeure tertentu seperti pandemi yang baru berlalu. Tapi Hayyu menjalani pandemi dengan penyesuaian yang alhamdulillah bagus sehingga pandemi pun tetap mencetak laba. Kelak jika ada dinamika bisnis yang brutal seperti pandemi, Hayyu telah berpengalaman dan terus menyiapkan mitigasi risiko yang cukup.

Alasan kelima, ACR akan menerima dividen untuk pertama kalinya. RUPS memutuskan dividen dengan rasio 50% laba. Saat saya menulis artikel ini, dividen sesuai RUPS telah diterima di rekening ACR. Apa artinya? ACR telah mencapai tahap ketiga dari empat tahap siklus lengkap sebagai organisasi dana abadi (dana wakaf) beasiswa. Dana yang dikumpulkan oleh para anggota diinvestasikan sesuai portofolio modern dengan  benchmark endowment fund Harvard Unversity. Juga sesuai dengan benchmark perusahaan-perusaan investasi pada umumnya. Dan bagi ACR, seluruh investasi dipastikan tidak melanggar batasan syariat. Investasi Hayyu ini misalnya adalah dengan skema ekuitas yang berkarakter full profit and lost sharing.

Siklus ACR terdiri dari empat tahap. Tahap pertama dana iuran anggota masuk dalam rekening dana abadi (dana wakaf). Tahap kedua dana abadi (dana wakaf) diinvestasikan sesuai portofolio modern yang berprinsip aman-aman-aman-hasil. Tahap ketiga Hasil investasi dibagi dua: 90% untuk beasiswa dan 10% untuk operasional organisasi. Tahap keempat: para penerima anugerah beasiswa lulus kuliah, bekerja (berwirausaha) dan kemudian berubah status menjadi donatur dengan menjadi anggota ACR.

Tahap keempat dari siklus lengkap masih menunggu waktu. Ada 2 PB-ACR (Penerima anugerah beasiswa ACR) dari 11 PBACR yang kini telah kuliah di tahun pertama. Artinya, jika lancar, 5 tahun lagi kira-kira siklus utuh ACR akan tercapai. Siklus utuh adalah awal dari bola salju dana abadi (dana wakaf). Kakak berprestasi menyekolahkan adik berprestasi. Bukan kakak adik dalam pengertian hubungan darah. Tapi kakak adik dalam pengertian ukhuwah dan kebajikan.  Sahabat di sekolah, sahabat di surga. Itulah tag line ACR. Aamin.

Tulisan ke-403 Iman Supriyono ini ditulis di SNF House of Management, Surabaya, pada tanggal 23 Maret 2023.

Diskusi lebih lanjut? Silakan bergabung Grup Telegram  atau Grup WA KORPORATISASI atau hadiri KELAS KORPORATISASI
Anda memahami korporasi? Klik untuk uji kelayakan Anda sebagai insan korporasi

Baca juga:
Hayyu x ACR: Perusahaan Dakwah
Peredam Risiko Investasi Wakaf
Wakaf Modern Untuk Keabadian Amal dan Kemerdekaan Ekonomi
Konversi Kotak Infaq ke Kotak Wakaf
Kesalahan Wakaf Saham Dan Perbaikannya
Wakaf Untuk Beasiswa: Fulbright Dari Timur
Wakaf Moncer dengan Puasa Infaq
Wakaf Para Alumni untuk Adik Kelasnya
Wakaf Agar Rp 10 Triliun Tidak Melayang Tiap Tahun
Wakaf Uang
Enam Pilar Kemerdekaan Ekonomi Umat dan Bangsa
Korporatisasi: Asal Muasal

Starbucks Saudi: Sang Putri Menyelam


Bagi sebuah perusahaan, logo adalah sesuatu yang sakral. Logo adalah salah satu komponen utama pembentuk intangible asset.  Aset yang bisa diuangkan melalui penerbitan saham baru untuk mendapatkan dana untuk ekspansi dengan biaya modal (cost of capital) 2-3 % (per tahun). Merek adalah aset utama perusahaan.

Yang menarik, makin lama merek digunakan, nilainya juga akan makin tinggi. Ini konsisten dengan konsep classical condditioning dari Ivan Pavlov yang diterapkan dalam upaya branding perusahaan. Perubahan pada atribut merek akan mengganggu pembentukan intangible asset yang dalam konsep Pavlov bermakna sebagai terganggunya jumlah pengulangan.

Tapi terkadang perusahaan tidak bisa ideal. Lihat apa yang dilakukan oleh Starbucks di Saudi Arabia. Logo putri duyung bermahkota dengan rambut terurai panjang tentu tidak akan diizinkan di Saudi. Dan Starbucks harus memilih. Mempertahankan logo dan dengan demikian tidak bisa membuka gerai di Saudi. Atau mengalah dengan tidak menampilkan si putri duyung di mereknya.

Apa pilihan perusahaan gerai kopi terbesar di dunia itu?  Pilihannya adalah mengalah. Sang putri bermahkota mengalah. Caranya? Dengan menyelam ke dalam air. Agar masih terlihat maka menyelamnya masih menyisakan mahkota khasnya. Orang tetap masih mengenali sang putri dari mahkotanya. Selebihnya adalah siluet gelombang lautan berupa garis-garis paralel.

Logo Starbusks Saudi: Sang putri duyung yang menyelam hanya terlihat mahkota di atas gelombang laut.

Dalam branding, logo ditampilkan dengan beberapa versi adalah hal biasa. Kesulitan teknis dalam aplikasi di berbagai media menuntut kreativitas. SNF Consulting, kantor konsultan tempat saya berkarya, juga menerapkan ini pada logonya. Logo asli yang panjang tidak cocok untuk profile picture pada berbagai media sosial atau WA. Maka ada logo versi profile picture untuk ini. starbucks menyikapi regulasi Saudi seperti menyikapi kesulitan teknis ini. Bukan dianggap titik mematikan. Justru memunculkan kreativitas.

Logo SNF Consulting versi thumbnail dengan latar belakang logo versi lengkap.

Hasilnya? Nilai pasar Starbucks hari ini yang USD 113,92 miliar alias IDR 1738 triliun tidak bisa dilepaskan dari strategi mereka di Saudi itu. Tampil di tempat stratejik di halaman utama Masjid Nabawi dan persis di bawah menara jam Makkah tentu tidak bisa dilepaskan dari penguatan merek itu. Padahal nilai buku Starbucks saat ini adalah minus USD 8,70 miliar alias minus IDR 133 triliun. Artinya, nilai intangible assetnya adalah USD 122,62 miliar alias IDR  1872 trliun. Artinya, jika perusahaan menerbitkan saham sebesar 10% saja hari ini, investor akan berbondong-bondong menyetor uang IDR 17 triliun dengan berharap ROI 2,9% (per tahun). Uang murah sekali bagi kerajaan sang putri bermahkota dengan terurai panjang. Anda mendapatkan pelajarannya?

Tulisan ke-402 Iman Supriyono ini ditulis di SNF House of Management, Surabaya, pada tanggal 23 Maret 2023.

Diskusi lebih lanjut? Silakan bergabung Grup Telegram  atau Grup WA KORPORATISASI atau hadiri KELAS KORPORATISASI
Anda memahami korporasi? Klik untuk uji kelayakan Anda sebagai insan korporasi

Baca Juga
RPD Starbucks: Kegagalan Yang Baik
ROI Rubuan Persen Investor Starbucks
Terpaksa Waralaba
RPD Sebagai Peredam Risiko Investasi Wakaf
RPD Sebagai Pedal Gas
Giant Tutup: Sulitnya Menemukan Kembali RPD
Deep Dive Sang CEO Mengamankan RPD
RPD Sebagai Salah Satu Tahap Corporate Life Cycle
Faktor kali alias RPD
Merger Akuisisi Sebagai Transaksi RPD
Funneling Marketing Untuk RPD

Biaya Belajar atau Biaya Kebodohan: Pilih Mana?


Ini adalah pengalaman seorang pendiri perusahaan, sebut saja Suipo. Pengalaman rugi besar karena terlanjur mengambil langkah stratejik untuk perusahaan yang didirikannya tanpa terlebih dahulu memahami ilmunya dengan cukup. Tanpa ilmu yang dipahami sampai terang-benderang. Tanpa ilmu yang dipelajari sampai  laa roiba fiihi dalam terminologi Al Qur’an. Sampai tdak ada keraguan.

Suatu saat Suipo mengikuti Kelas Korporatisasi dan Kelas CEO dari SNF Consulting, perusahaan konsultan tempat saya berkarya. Di kelas ini dipelajari secara simulasi dan studi kasus bagaimana perusahaan menjalani proses langkah demi langkah untuk menjadi sebuah korporasi sejati. Proses yang disebut korporatisasi ini terdiri dari 8 langkah Corporate Life Cycle (CLC). Simulasi dan studi kasus menjadikan 8 langkah yang juga dilalui oleh perusahaan-perusahaan yang kini melayani berbagai negara menjadi terang-benderang. Laa roiba fiih. Tidak ada keraguan.

Dijelaskan juga melalui simulasi dan studi kasus bagaimana proses penerbitan saham secara terus menerus. Kapan mulai menerbitkan saham, berapa harganya, berapa persen penerbitannya, kapan menerbitkan saham lagi, demikian seterusnya sampai menjadi korporasi sejati. IPO hanya salah satu milestone dari perjalanan panjang perusahaan dalam mengukir sejarahnya.

Nah, saat ikut kelas ini, perusahaan yang didirikan Suipo sedang menjalani proses IPO. Karena sudah berjalan tentu saja tidak bisa dihentikan atau dibatalkan. Proses retrukturisasai sebelum IPO sampai IPO menjadikan Suipo tinggal memegang sekitar 30% saham. Proses resturkturisasi pra IPO dan iPO telah mendilusi saham Suipo sebesar sekitar 70%. Praktis perusahaan yang diririkan Suipo telah melalui titik kritis korporatisasi dengan kesalahan fatal. Fatal karena akan sulit dikoreksi. Kalaupun bisa akan memakan waktu yang lama dan biaya yang besar.

Dengan simulasi dan studi kasus di Kelas Korporatisasi, si Suipo dengan mudah memahami hal sangat mendasar dan  ilmiah. Andai saja dia melakukannya sesuai dengan road map dan tahapan yang tepat, dilusi 70% itu akan menghasilkan dana paling tidak  Rp 3 triliun.

Nah, ini menariknya. Mestinya Rp 3 triliun jadinya hanya Rp 70 miliar. Selisihnya, Rp 2,93 triliun itu adalah sebuah kehilangan potensi yang luar biasa. Kehilangan inilah yang disebut sebagai biaya kebodohan.

Sebagai bandingan, Alfamart misalnya. Saham founder saat ini sekitar 52%. Masih belum melalui titik kritis korporatisasi yaitu dilusi 50%. Berapa dana yang telah diperoleh melalui penerbitan saham? Laporan teraudit 2021 menunjukkan angka Rp 2,679 triliun. Ingat, ini pendiri baru terdilusi 48%. Belum sampai 70% seperti si Suipo tadi.

Anda pelaku bisnis? Anda entrepreneur? Anda pendiri perusahaan? Ingat bahwa setiap gerak-beriknya, setiap perusahaan akan dipaksa untuk membayar satu dari dua biaya: biaya belajar atau biaya kebodohan. Dan Anda harus tahu bahwa biaya kebodohan itu jauh lebih mahal dari pada biaya belajar. Ingat pengalaman Suipo. Anda pilih mana?

Karya ke-401 Iman Supriyono ini ditulis di SNF House of Management, Surabaya, pada tanggal 6 Maret 2023.

Diskusi lebih lanjut? Silakan bergabung Grup Telegram  atau Grup WA KORPORATISASI atau hadiri KELAS KORPORATISASI
Anda memahami korporasi? Klik untuk uji kelayakan Anda sebagai insan korporasi

Baca Juga
RPD Sebagai Peredam Risiko Investasi Wakaf
RPD Sebagai Pedal Gas
Giant Tutup: Sulitnya Menemukan Kembali RPD
Deep Dive Sang CEO Mengamankan RPD
RPD Sebagai Salah Satu Tahap Corporate Life Cycle
Faktor kali alias RPD
Merger Akuisisi Sebagai Transaksi RPD
Funneling Marketing Untuk RPD

Mie Sedaap Masjid Manila


Quiapo di suatu siang tahun 2016. Selepas sholat dhuhur di Manila Golden Mosque, saatnya makan siang. Di kota yang muslimnya minoritas seperti itu, kawasan sekitar masjid adalah tempat yang tepat untuk mencari kuliner halal. Quiapo adalah nama kasawan di mana masjid itu berada. Persis di seberang pintu gerbang masjid yang dibangun atas sumbangan Presiden Libya Muamar Kadafi itu, tampak sebuah resto. Tertulis jelas identitas kehalalannya. Saya pun segera masuk dan memilih menu. Menikmati menu halal di tengah di tengah kesibukan ibukota Filipina yang berpenduduk mayoritas nasrani itu.

Ada yang menarik. Di salah satu sudut resto, tersedialah mi instan dengan kemasan yang sangat tidak asing. Mie Sedaap. Saya pun tertarik untuk membicarakannya dengan petugas resto yang ternyata juga bos resto itu. Sepasang suami istri muslim paruh baya. Terjadilah pembicaraan bersahabat campur-campur antara bahasa Inggris diselingi sedikit-sedikit bahasa Arab.

Dari perbincangan yang hangat, terlihat sekali kesan mereka senang dan bangga dengan Mie Sedap. Produk yang sesuai lidah mereka yang didatangkan dari sebuah negeri muslim terbesar dunia. Mereka bangga bahwa negeri muslim mampu menghasilkan produk makanan kemasan yang bisa dinikmati di negeri minoritas muslim seperti Filipina.

&&&

Adalah hal yang wajar seseorang merasa dekat dengan orang lain karena adanya kesamaan-kesamaan. Orang Jawa di negeri ini merasa dekat dengan Suriname karena banyaknya orang Jawa di sana. Sama-sama jawa. Orang Indonesia merasa dekat dengan orang Malaysia karena sesama rumpun melayu. Orang Indonesia merasa dekat dengan Uzbekistan karena sesama muslim. Maka, wajar juga ketika warga muslim yang tinggal di kawasan Quiapo Manila itu merasa dekat dengan Indonesia yang sebagian besar penduduknya beragama Islam.

Tapi dalam pembicaraan saya sampaikan bahwa pendiri perusahaan yang memproduksi Mie Sedaap bukanlah seorang muslim. Saya tunjukkan semacam permohonan maaf bahwa warga muslim yang mayoritas di Indonesia belum mampu menghasilkan produk seperti Mie Sedaap itu.

&&&

Perusahaan sukses adalah perusahaan yang terus berproses. Dimulai dari pendiriannya kemudian menapaki langkah demi langkah menjadi korporasi sejati. Salah satu penanda korporasi sejati adalah kehadiran perusahaan tersebut pada lebih dari seratus negara. Memberi manfaat kepada masyarakat tanpa batasan suku, ras, agama maupun bangsa. Memberi manfaat bagi umat manusia. Sebaik baik manusia adalah yang paling bermanfaat untuk sesama.

Perusahaan tidak beragama. Yang beragama adalah para pendiri, direksi, komisaris, manajer, karyawan atau para pemegang sahamnya.  Untuk pendiri dan pemegang saham, tidak semua juga beragama. Mengapa? Karena pendiri dan pemegang saham perusahaan bisa orang bisa badan hukum. Jika badan hukum tentu saja mereka tidak beragama.

Dengan menjadi sebuah korporasi sejati, para pendiri, direktur, komisaris, manajer, karyawan dan pemegang saham telah membangun kemanfaatan untuk sesama tanpa batas suku, bangsa maupun agama. Dengan posisi ini, topik perbincangan saya dengan bos warung makan halal di Quiapo jadi tidak lagi bernuansa fanatisme agama. Tapi menjadi sebuah perenungan besar tentang konsep berlomba-lomba dalam kebaikan. Tentang fastabiqul khairat.

Sebagaimana yang bisa kita baca pada tafsir Al Azharnya Buya Hamka misalnya, fastabiqul khairat adalah perlombaan antara penganut agama yang berbeda-beda dalam memberikan manfaat untuk umat manusia. Bukan perlombaan sesama muslim.  Bos warung di Quiapo dan para konsumen muslimnya mendapatkan manfaat dari keberadaan Mie Sedaap. Bagi para pendiri Wings Food, produsen Mie Sedaap yang non muslim, ini adalah pencapaian fastabiqul khairat yang luar biasa. Walaupun masih harus diteruskan sampai menjadi korporasi sejati yang hadir di lebih dari 100 negara. Bagi Anda para pelaku bisnis muslim, ini adalah sebuah tantangan. Tantangan untuk membangun perusahaan yang hadir dan memberi manfaat kepada masyarakat luas termasuk non muslim di berbagai bangsa. Tantangan ber-fastabiqul khairat dengan para pendiri Mie Sedaap. Ayo!

Karya ke-400 Iman Supriyono ini ditulis di SNF House of Management, Surabaya, pada awal Februari 2023 untuk Majalah Matan, terbit di Surabaya edisi Maret 2023

Diskusi lebih lanjut? Silakan bergabung Grup Telegram  atau Grup WA KORPORATISASI atau hadiri KELAS KORPORATISASI
Anda memahami korporasi? Klik untuk uji kelayakan Anda sebagai insan korporasi

Baca juga catatan perjalanan inspiratif lainya:
Jamaah Salahuddin: Intangible Asset
Sudu: Miri Municipal Council
Manokwari: Menang Tanpa Pesaing
Moscow: Korporasi USA
Osh: Pasar Tradisional Kyrgistan
Uzbekistan: Agar Rupiah Laku Dimana-Mana
Ho Chi Minh: Kota Tanpa Mal
Pnom Penh: Hyundai
Makkah: Koperasi KPF
Singapura: Totalitas Melayani
Kuala Lumpur: TKI
Anjing Bangkok: Sahabat atau Musuh
Khao San Road: 7 Pagi 11 Malam
Palembang: Kewaspadaan Korporat
Nha Hang: Hijrah Tumbuh Berpresati
Tanjung Selor Tarakan: Cessna Grand Caravan
Simpadan Ligitan: Tuban

Alfamart: Pendiri Untung Investor Gigit Jari?


Sering jadi pembicaraan di media sosial. Menjadi anggapan banyak orang. Pendiri perusahaan mengeruk keuntungan berlipat dari lantai bursa. Investor hanya mendapatkan remah-remahnya. Investor gigit jari.   Benarkah seperti ini? Mari kita hitung dengan data yang terkonfirmasi.

Untuk keperluan menjawab pertanyaan ini mari kita lihat Djoko Susanto, DS, pendiri Alfamart. DS sedang naik daun. Mantan petinggi Sampoerna ini masuk 10 besar orang terkaya Indonesia versi Forbes tahun 2022. Nilai kekayaannya adalah USD 4,1 miliar alias IDR 61 triliun dengan kurs hari ini. DS hanya kalah dengan Budi – Michael Hartono di posisi teratas, Low Tuck Kwong, keluarga Widjaja, Sri Prakash Lahia, Anthony Salim beserta keluarga, Chairul Tanjung, Prajogo Pangestu, Boenjamin Setiawan beserta kelaurga, Taher beserta keluarga di posisi nomor 9. Itu data Forbes terbaru.

Benarkah Forbes? Mari kita cari data pembanding. PT Sigmantara Alfindo adalah pemegang 52,7% saham Alfamart. Dengan kapitalisasi pasar hari ini Rp 122,5 triliun, nilai saham PT Sigmantara Alfindo adalah Rp 64,5 triliun. Nah, data Forbes tidak jauh berbeda dengan nilai saham PT Sigmantara Alfindo. Perbedaan ini sangat mungkin terjadi paling tidak karena dua  sebab. Pertama, Forbes mencatat nilai aset dalam USD. Sementara sebenarnya aset dipegang dalam Rupiah. Jadi pasti ada fluktuasi nilai karena fluktuasi kurs USD IDR. Kedua, kekayaan yang dicatat adalah berupa saham perusahaan tercatat di BEI. Tiap saat pada jam transaksi bursa nilainya terus bergerak.

Jadi, dari kesesuaian data tersebut bisa menarik kesimpulan cukup kuat bahwa PT Sigmantara Alfindo adalah sebuah perusahaan yang sahamnya hampir 100% dipegang oleh DS. Ini akan kita jadikan dasar menjawab pertanyaan pada judul tulisan ini. Dengan menganggap bahwa DS memegang hampir 100% saham Alfamart maka secara tidak langsung DS memegang 52,7% saham Alfamrt. Kembali ke pertanyaan awal, siapa yang lebih beruntung, DS atau para investor Alfamart alias PT Sumber Alfaria   Trijaya Tbk?

&&&

Mari kita hitung. DS mendirikan Alfamart tahun 1999. Sesuai dengan laporan keuangan, harga per lembar saham ketika itu adalah Rp 10. Angka ini sudah dikoreksi dengan aksi korporasi stock split yang pernah dilakukan. Kepemilikan saham 52,7% artinya menyetor 21,88 milyar lembar dari 41,52 miliar lembar saham yang telah diterbitkan dan disetor penuh.  Dengan nilai nominal Rp 10 per lembar saham artinya DS, melalui PT Sigmantara Alfindo,  telah menyetor Rp 218,8 miliar saat pendirian perusahaan. Uang itulah yang hari tumbuh nilainya menjadi 64,5 triliun.

Mari kita hitung rata-rata pertumbuhan aset DS. Dengan metode rata-rata pertumbuhan CAGR (compounded average growth rate), maka selama 24 tahun (1999-2023) nilai aset DS tumbuh rata-rata 19,2% per tahun. Narasinya, mulai tahun 1999 investasi sebesar Rp 218,8 miliar, tahun 2000 naik 19,7% menjadi Rp 260miliar. Tahun 2021 naik lagi 19,2% menjadi Rp 310 miliar. Lalu menjadi Rp 369 miliar dan seterusnya hingga tahun 2023 menjadi Rp 64,5 triliun.

Alfamart melakukan IPO tahun 2009. Harga saham ketika itu adalah Rp 40 (setelah dikoreksi aksi korporasi stock split). Katakan Anda menjadi investor IPO saat itu dengan membeli 1 miliar lembar saham alias berinvestasi Rp 40 miliar.  Dengan harga per lembar saham hari ini Rp 2 950 maka nilai aset Anda hari ini menjadi Rp 2,95 triliun. Dengan formula CAGR sebagaimana yang digunakan untuk perhitungan aset DS di atas, rata-rata pertumbuhan aset Anda selama 14 tahun adalah 35,1%. Dengan demikian tahun 2010 investasi Anda tumbuh 35,1% menjadi 54 miliar. Setahun kemudian menjadi Rp 73 miliar dan seterusnya hingga tahun 2023 menjadi Rp 2,95 triliun.

Siapa lebih beruntung? DS menikmati pertumbuhan aset rata-rata 19,2% per tahun. Anda menikmati pertumbuhan aset rata-rata 35,1% per tahun. Tentu saja  Anda sebagai investor lebih beruntung. Aset Anda tumbuh 15,9% di atas pertumbuhan aset DS. Ini membantah anggapan bahwa para founder seperti DS sekedar menghisap uang investor dan memperkaya diri sendiri.

Bagaimana bisa investor lebih beruntung? Ini terjadi karena adanya scale up. Misalnya saja yang  terjadi pada tahun 2010. Aset Alfamart awal tahun saat itu adalah Rp 2,86 triliun. Aset akhir tahun Rp 4,26 triliun. Dengan demikian terjadi kenaikan aset sebesar Rp 1,4 triliun alias naik 49%. Dengan laba tahun itu sebesar Rp 257 triliun, maka Alfamart tumbuh membesarkan Revenue and Profit Driver (RPD) yang berupa gerai dengan menggelontorkan uang 5,4 X laba.  Angka ini sudah di atas batasan scale up menurut Corporate Life Cycle (CLC). Sebuah perusahaan disebut melakukan scale up jika mengelontorkan dana untuk menumbuhkan RPD lebih dari 5x laba. Inilah yang mengakibatkan pertumbuhan nilai Alfamart sangat tinggi setelah IPO.

Sepuluh tahun pertama sejak perusahaan berdiri adalah proses pembelajaran. Dalam CLC perusahaan sedang berproses menemukan RPD. Proses seperti ini tidak mudah. Perusahaan akan cenderung tumbuh lambat. Cenderung linier. Tapi setelah scale up, pertumbuhan akan mengalami percepatan. Membentuk kurva eksponensial. Itulah yang dinikmati oleh investor seperti Anda dalam narasi di atas. Jadi, anggapan bahwa para pendiri menghisap duit investor di lantai bursa adalah tidak benar. Syaratnya, perusahaan melakukan scale up sesuai dengan CLC. Anda mendapatkan pelajarannya?

Karya ke-399 Iman Supriyono ini ditulis di SNF House of Management, Surabaya, pada tanggal 3 Februari 2023

Diskusi lebih lanjut? Silakan bergabung Grup Telegram  atau Grup WA KORPORATISASI atau hadiri KELAS KORPORATISASI
Anda memahami korporasi? Klik untuk uji kelayakan Anda sebagai insan korporasi

Baca juga:

Modal Alfamart Mengejar Indomaret
Senior Yunior Alfamart Sakinah
Alfamart Versus Sari Roti
RPD Sebagai Peredam Risiko Investasi Wakaf
RPD Sebagai Pedal Gas
Giant Tutup: Sulitnya Menemukan Kembali RPD
Deep Dive Sang CEO Mengamankan RPD
RPD Sebagai Salah Satu Tahap Corporate Life Cycle
Faktor kali alias RPD
Garuda, pailit atau korporatisasi?
Krakatau Steel: Tercekik Utang

Raja Utang: Mengapa Bunga Bank Selangit?
Garuda: Utang Melebihi Aset

Jamaah Shalahuddin: Branding


Jogja suatu pagi di awal tahun 2023. Matahari belum terbit saat saya meninggalkan hotel untuk berlari pagi. Seperti biasa, target saya adalah 7 kilometer dalam durasi 1 jam.  Seperti biasa juga, menjalankan rutinitas dua kali seminggu ini sekalian saya manfaatkan untuk eksplorasi. Mencari hal-hal menarik untuk menjadi inspirasi tulisan.

Setelah sejenak memeriksa peta Google di gawai, saya putuskan untuk berlari ke arah utara. Hanya sekitar 1 km dari hotel ada kampus UGM.  Tidak sampai 10 menit saya  sudah masuk kampus UGM.  Makin semangatlah saya berlari menyusuri jalan-jalan di dalam kampus. Suasananya asri. Pohon-pohon besar indah mulai terasa sejak berada di jalan depan UPPT. Keindahan lebih terasa ketika masuk di kawasan Wisdom Park salah satu kampus tertua itu.  Ada danau indah di tengah-tengah taman. Di sekelilingnya banyak sekali orang-orang yang berolah raga pagi seperti saya. Keringat segar di badan dibalut sejuknya udara dan indahnya pemandangan. Kenikmatan sempurna pagi itu.

&&&

Salah satu sudut menarik di kampus rakyat ini adalah sekretariat Jamaah Shalahudin. Lokasinya di salah satu ruangan Masjid Kampus UGM. Ini adalah nama unit kegiatan mahasiswa kerohanian Islam di kampus Bulak Sumur itu. Saya pun berswafoto di sudut itu. Mengenang kembali suasana tahun 1992 saat-saat saya aktif di unit kegiatan mahasiswa kerohanian Islam di Kampus ITS yang bernama JMMI. Jamaah Masjid Manarul Ilmi. Sebagai staf divisi humas ketika itu saya mendapatkan tugas untuk mencari nara sumber acara seminar. Targetnya adalah Pak Amien Rais. Karena beliau adalah dosen UGM maka saya menghubungi teman-teman pengurus Jamaah Shalahuddin.

Di kalangan aktivis muslim kampus, Jamaah Shalahuddin ketika itu adalah sebuah nama besar. Acara-acara yang digelar selalu bertabur nara sumber-nara sumber tokoh nasional. Karena ketika itu Pak Amien Rais juga tokoh kenamaan nasional dan pembina Jamaah Shalahuddin, maka begitu menginjakkan kaki di kampus ternama ini, saya langsung menuju Gelanggang Mahasiswa. Di tempat inilah Jamaah Shalahudin bermarkas. Acara-acara keagamaan yang mendatangkan narasumber ternama pun banyak diselenggarakan di tempat ini. Ketika itu Masjid Kampus UGM belum berdiri.

&&&

Web resmi Kagama menyebut bahwa Jamaah Shalahuddin mulai eksis sejak tahun 1974-1975. Ketika itu Dewan Mahasiswa (Dema) UGM menyelenggarakan peringatan Maulid Nabi dengan kemasan menarik yang diberi nama Maulid Pop. Penyelenggaranya disebut Lembaga Dakwah Kampus (LDK). Kegiatan itu menampilkan Islam dalam perspektif budaya ilmiah menghadirkan tokoh berbagai golongan seperti YB Mangunwijaya dan Amri Yahya bertempat di Gelanggang Mahasiswa.

Sebagai kelanjutan kegiatan keislaman di atas, tahun 1976 dadakan kegiatan Ramadan In Campus. Atas usul beberapa orang LDK diberi nama Jamaah Shalahuddin.  Nama ini dipilih karena merupakan nama besar dalam sejarah umat Islam.

Yang menarik, nama itu tetap eksis sampai saat ini. Usianya sudah 47 tahun. Saya tidak tahu pemikiran apa yang ada di benak para pimpinan UGM. Tapi di balik itu ada sebuah kesadaran besar tentang apa yang di dunia pemasaran disebut branding.  Sebuah nama yang terus-menerus disebut dan diingat oleh banyak orang akan menjadi sebuah aset tak berwujud alias intangible asset.

Kalau perusahaan mempertahankan merek dalam jangka panjang sudah hal biasa. Merek semir sepatu Kiwi misalnya, sudah mulai hadir di pasar sejak tahun 1906. Merek pasta gigi Pepsodent sudah hadir di pasar sejak tahun 1915. Rinso hadir sejak tahun 1918. Bagi perusahaan, merek adalah sumber intangible aset. Unilever misalnya, secara akuntansi nilanya “hanya” Rp EUR 20 miliar. Tapi nilai pasarnya adalah GBP 106 miliar alias EUR 119 miliar. Dengan demikian nilai intangible assetnya adalah EUR 99 miliar alias sekitar IDR 1823 Triliun. Intangble assetnya jauh lebih besar dari pada tangible aset alias aset nyata. Bisa diuangkan menjadi modal riil melalui penerbitan saham. Jika Unilever menerbitkan 10% saham baru saat ini, uang EUR 11,9 miliar alias IDR 195 triliun akan masuk perusahaan.

Foto saat lari pagi di kawasan kampus UGM , 13 Januari 2023

Tidak banyak kampus yang menyadari pentingnya intangible asset. Apalagi di level unit kegiatan kemahasiswaan.  Saat ini misalnya, saya dengar nama JMMI yang pada tahun 1992 menaungi aktivitas kunjungan saya ke Jamaah Shalahuddin sudah tidak dipakai lagi. Sayang sekali. Anda pelaku bisnis? Belajarlah dari Jamaah Shalahuddin. Pertahankan nama sebagai merek dalam jangka panjang. Agar kelak bisa bernilai ratusan bahkan ribuan triliun seperti Unilever.

Tulisan ke-398 Iman Supriyono di web ini. Artikel ini dimuat di Majalah Matan, terbit di Surabaya, edisi Februari 2023

Diskusi lebih lanjut? Silakan bergabung Grup Telegram  atau Grup WA KORPORATISASI atau hadiri KELAS KORPORATISASI
Anda memahami korporasi? Klik untuk uji kelayakan Anda sebagai insan korporasi

Baca juga catatan perjalanan inspiratif lainya:
Jamaah Salahuddin: Intangible Asset
Sudu: Miri Municipal Council
Manokwari: Menang Tanpa Pesaing
Moscow: Korporasi USA
Osh: Pasar Tradisional Kyrgistan
Uzbekistan: Agar Rupiah Laku Dimana-Mana
Ho Chi Minh: Kota Tanpa Mal
Pnom Penh: Hyundai
Makkah: Koperasi KPF
Singapura: Totalitas Melayani
Kuala Lumpur: TKI
Anjing Bangkok: Sahabat atau Musuh
Khao San Road: 7 Pagi 11 Malam
Palembang: Kewaspadaan Korporat
Nha Hang: Hijrah Tumbuh Berpresati
Tanjung Selor Tarakan: Cessna Grand Caravan
Simpadan Ligitan: Tuban

ThyssenKrupp Cakra Nanggala


Sejarah ThyssenKrupp AG berawal pada tanggal 20 Nopember 1811 ketika Friedrich Carl Krupp mendirikan pabrik baja tuang (cast steel) di Essen, Jerman.  Friedrich mengenal bisnis baja dari sang nenek, Helene Amalie Krupp. Friedrick tinggal bersama sang nenek sepeninggal sang ayah. Helene membeli pabrik baja Sterkrade Works pada tahun 1800. Kematian seorang yang dicintai tentu saja merupakan kesedihan mendalam juga mengandung hikmah tersembunyi. Ditinggal sang ayah memberi kesempatan kepada Friedrich untuk belajar bisnis baja.

Setelah sukses memproduksi baja tuang kualitas tinggi, tahun 1918 Krupp memproduksi tanner’s tools, coining dies dan unfinished rolls. Tahun 1817 Imperial Mint, pabrik pencetakan uang logam di Dusserdolf, mengonfirmasi kualitas cast steel produksi Krupp. Tahun 1818 Krupp mulai memasok coining die kepada kantor pusat Prusiant Mint, percetakan uang logam kerajaan Prusia di Berlin. Prusia adalah kerajaan yang menaungi wilayah yang kini menjadi bagian dari negara-negara Jerman, Polandia, Lithuania, Rusia Denmark, Republik Ceko dan Belgia.

Sepeninggal suaminya, janda Friedrich Krupp melanjutkan bisnis sang suami bersama anaknya yang berumur 14 tahun, Alfred. Di tangan sang istri, proses panjang dilakukan untuk menghasilkan crucible kualitas tinggi. Tahun 1830 Krupp mulai memasok finish machined rolls. Produk ini dijual dengan jaminan kualitas.

Kapal selam Nanggala produksi ThyssenKrupp

Sejak 1833 Krupp memproduksi baja rolling lengkap. Awalnya dalam volume terbatas. Tetapi setelah hambatan bea cukai dicabut oleh asosiasi bea cukai Jerman pada tahun 1834, basis pelanggan meluas. Selain itu, pembelian mesin uap pertama pada tahun 1835 berakibat menurunkan biaya produksi. Keduanya berkontribusi besar dalam meningkatkan penjualan. Pabrik pun diperluas. Secara pemasaran, manajemen mulai melakukan perjalanan ke negara Eropa lainnya menarik pelanggan baru.  

Krupp berupaya untuk mengatasi masalah sosial yang berkembang yang ditimbulkan oleh industrialisasi dengan berbagai fasilitas perusahaan. Sejak tahun 1836 misalnya, perusahaan menyediakan dana untuk fasilitas pengobatan dan pemakaman karyawan. Selanjutnya fasilitas itu diubah menjadi skema asuransi kesehatan dan kematian sejak tahun 1853. Pada tahun 1855 dana pensiun mulai disediakan.  Tahun 1858 sebuah fasilitas toko roti bagi karyawan didirikan. Selanjutnya toko roti ini berkembang menjadi toko ritel. Tahun 1856 sebuah hostel dibangun untuk pekerja yang belum menikah. Tahun 1861 disediakan rumah tinggal untuk mandor. Perumahan pekerja yang menggabungkan sekolah dan toko ritel menyusul disediakan pada tahun 1863. Fasilitas tersebut sejak awal 1870-an tumbuh pesat. Tahun 1870 perusahaan memiliki rumah sakit sendiri.  

Karena besi rol yang diproduksi Krupp praktis tidak pernah rusak, permintaan untuk produk ini  dalam jangka panjang menurun. Namun, perluasan rel kereta api membuka pasar yang sangat luas untuk baja tuang yang tahan lama. Ini memicu lonjakan pertumbuhan perusahaan. Persediaan termasuk poros roda, pegas, dan ban seamless yang dikembangkan sejak tahun 1852 oleh Alfred Krupp – pemegang saham tunggal perusahaan sejak 1848 – mampu menahan tingginya kecepatan kereta  tanpa patah. Pada tahun 1875 Alfred Krupp menggunakan tiga buah ban superimposed sebagai ciri khas yang kemudian menjadi terkenal di seluruh dunia.

Krupp telah bereksperimen dengan pembuatan ingot laras senapan sejak 1847.  Tahun 1850-an memasok pesanan ke berbagai pelanggan. Pesanan 300 laras senapan dari otoritas militer Prusia pada tahun 1859 merupakan terobosan dalam pengembangan segmen produk utama yang kedua. Tak lama kemudian Krupp memulai produksi artileri lengkap.  

Pada tahun 1862 Krupp membangun pabrik baja bessemer pertama di benua Eropa. Langkah ini membuka jalan untuk produksi masal rel dan lembaran baja. Menjadi pintu pembuka ekspansi yang kuat bagi perusahaan.  

 &&&

Masih ingat kapal selam KRI Nanggala 402 yang hilang kotak tanggal 21 April 2021 lalu? RI berduka saat itu. lima puluh tiga awak kapal hilang bersama kapal selam buatan Howaldtswerke Deutsche Werft alias HDW.

Lalu apa hubungannya dengan ThyssenKrupp AG di atas? HDW adalah anak perusahaan ThyssenKrupp. Sebuah perusahaan yang telah hadir ke dunia bisnis sejak tahun 1811. Jika dikaitkan dengan sejarah negeri ini, ThyssenKrupp telah lahir 14 tahun sebelum pecahnya Perang Diponegoro.

Baja adalah bahan utama kapal selam. Keahlian dalam teknologi baja diperoleh sedikit demi sedikit seiring dengan perkembangan perusahaan melalui serangkaian aksi merger dan akuisisi. Proses korporatisasi itulah yang kini menghasilkan perusahaan terbesar ke 1081 dunia dalam hal laba, omzet, aset dan nilai pasar. Produknya memberi manfaat pada berbagai bangsa. KRI Cakra yang dipesan bersama KRI Nanggala adalah kapal selam buatan ThyssenKrupp yang sampai hari ini masih aktif menjaga kedaulatan negeri ini.

Tulisan ke-396 Iman Supriyono di web ini. Artikel ini dimuat di Majalah Matan, terbit di Surabaya, edisi Januari 2023

Diskusi lebih lanjut? Silakan bergabung Grup Telegram  atau Grup WA KORPORATISASI atau hadiri KELAS KORPORATISASI
Anda memahami korporasi? Klik untuk uji kelayakan Anda sebagai insan korporasi

Baca juga:

Sejarah Roto Rooter Korporasi Raja Mampet Global
Sejarah Chiquita Korporasi Pisang
Sejarah Bata dan Kalibata Batavile Batanagar
Sejarah Raket Yonex
Sejarah Heinekken Hadir di Indonesia
Sejarah Revlon dan Kepailitannya
Sejarah Korporasi
Sejarah Lions Club
Sejarah Hyundai versus Astra
Enam Pilar Kemerdekaan Ekonomi Umat dan Bangsa
Korporatisasi: Asal Muasal
Sejarah Danone Dari Turki Usmani Hadir ke Indonesia
Sejarah Kalsiboard dan Etex Group
Sejarah Embraer si “PTDI” Brazil