Ironi Dunia Pendidikan: Guru Yang Terpaksa Menipu


Guru Yang Terpaksa Menipu

oleh Iman Supriyono, konsultan pada SNF Consulting, http://www.snfconsulting.com

Sore itu seminar baru saja selesai. Kepada saya datang serang peserta yang ingin berrkonsultasi. Fulaah, sebut saja begitu, adalah seorang guru di sebuah SMK negeri. Beberapa bulan terakhir, ia ditunjuk menjadi bendaharawan sekolah. Sebagai seorang yang berjiwa pengabdian, dia meerima tugas itu dengan tulus. Tanpa harapan kompensiasi finansial. Semuanya dikerjakan dengan iklas.

Yang ia tanyakan adalah tentang apa yang dikerjakannya. Bukan pekerjaan mengajar atau mendidik. Tetapi pekerjaan tambahan sebagai seorang bendahara di sekolahnya.

Dalam posisinya sebagai bendahara, membuat laporan keuangan adalah pekerjaan rutin. Ia harus mencatat setiap uang yang masuk dan melaporkanya seperti apa yang terjadi. Untuk tugas ini tentu saja dia bisa menmgerjakannya dengan baik. Sesuatu yang gampang. Tetapi tentu bukan ini yang ditanyakan. Bukan ini kesulitannya.

Pertanyaan Bu Fulanah adalah tentang laporan keuangan fiktif. Sekolah sering kali menerima dana dari luar. Untuk itu, sekolah harus membuat laporan. Sementara,, sering kali antara jumlah yang diterima dengan pengeluaran tidak cocok. Jumlah yang senyatanya diterima kurang dari jumlah yang harus dilaporkan. Akhirnya, Bu Fulanah harus mencari cari bukti pembelian palsu. Kuitansi palsu berisi pembelian buku, spidol, kertas, ongkos transportasi dans ebagainya. Sederet buktu bukti palsu menjadi pekerjaannya sehari hari.

Untuk keperluan ini, salah satu yang dilakannya adalah minta kuitansi kosongan di toko tempatnya membeli suatu barang. Saat membeli buku misalnya, ia minta kepada toko dua kuitansi. Satu kuitansi berisi pembelian buku. Satu kuitansi kosong digunakan untuk menulis bukti pembelian fiktif. Tujuannya adalah untuk melengkapi laporan penggunaan uang yang sebenarnya tidak digunakan.

Bahkan ada yang lebih memberatkan Bu Fulanah. Karena ia tidak familiar dengan komputer, untuk menyusun laporang keuangan sering kali ia meminta tolong buah hatinya. Maka, si buah hati pun akhirnya jadi tahu tentang laporan tipu tipu pekerjaan ibunya. Bu Fulanah bersedih karena malah si buah hatinya yang menegur ibundanya. Menegur agar sang ibunda tidak membuat laporan tipu tipu seperti itu.

Dalam hatinya berkecamuk. Mestinya si buah hati harus mendapatkan teladan kejujuran yang baik. Tetapi yang terjadi malah sebaliknya. Si buah hati yang sudah punya keyakinan terhadap kebenaran dan kejujuran justru harus membatu ibunya melakukan kecurangan dan penipuan. Hatinya miris.

Hati Bu Fulanah gundah. Satu sisi ia harus mengajari murid muridnya dengan keluhuran budi pekerti. Hal yang sama juga harus diajarkan kepada buah hatinya. Sisi lain ia harus melakukan perbuatan tipu tipu. Dua hal yang sangat kontras. Menyiksa. Bagimana menghadapinya?
♦♦♦
Dalam proses belajar mengajar di sekolah, guru selalu berpedoman pada kurikulum. Apa yang harus disampaikan dari waktu ke waktu selama proses pembelajar telah ditentukan dengan jelas. Apa yang akan dicapai oleh murid sudah ditentukan dengan jelas. Semuanya tertulis dan dinyatakan dengan tegas dalam kurikulum.

Dengan kerangka kurikulum, secara periodik terjadi tatap muka antar guru dengan murid. Pada umumnyua tatap muka akan terjadi seminggu sekali atau lebih. Tatap muka secara periodik ini akan memunculkan interaksi intensif antara guru dan murid. Interaksi intnsif inilah yang kemudian justru menjadi transfer nilai secara alami.

Guru yang kreatif akan menyalurkan eneri kreatifnya kepada para murid. Guru yang punya jiwa kepemimpinan bagus akan memberikan teladan kepada muridnya bagaimana memimpin orang. Guru yang taat beribadah akan memancarkan energi ketakwaannya kepada murid. Guru yang jujur akan mentransfer kejujurannya kepada murid muridnya. Tranfer terjadi melalui mimik, bahasa tubuh, perbuatan, intonasi, nada bicara, keteladanan dan saran sarana interaksi lain. inilah ayng dalam istilah pendidikan disebut hidden curriculum. Kurikulum tersembunyi.

Pendidikan pada dasarnya adalah proses membangun karakter anak didik. Proses ini makin urgen pada tingkat penddiikan dasar hingga menengah. Dalam konteks ini, hidden curriculum jauh lebih efektif dari pada kurikulum formal. Hidden curriculum menyentuh langsung ke hati sanubari anak didik melalui tatap muka dalam penyampaian kurikulum formal.

Nah, bagaimana seorang Fulanah bisa membangun karakter mental anak didiknya sementara ia sendiri harus melakukan pekerjaan yang sangat tidak berkarakter? Tentu tidak mungkin. Maka, saran saya kepada Bu Fulanah adalah meninggalkan pekerjaan tipu tipu. Pekerjaan yang akan menghancurkan missi pendidikan dan niat tulusnya. Mendidik sebagai ibadah. Bagaimana caranya? Tulis laporan apa adanya. Tidak usah tipu tipu. Bila dipaksa oleh atasan untuk tipu tipu? Tunjukkan karakter kokoh. Tidak ada kata terpaksa dalam kamus guru berkarakter. Inilah saatnya membuktikan pribadi guru yang sesungguhnya. Untuk ditranfer melalui hidden curriculum kepada para murid. Bisa!

tulisan ini pernah dimuat di majalah BAZ, terbit di Surabaya

17 responses to “Ironi Dunia Pendidikan: Guru Yang Terpaksa Menipu

  1. peristiwa itu hampr sam d alami suami saya.Alhamdullillah kami bs melewati masa masa sulit itu. kami sangat prihatin dengan dunia pendidkan kita .mengapa bisa terjadi di lgkg pendidikan padahal guru adalah orang yg sangat berpengaruh dalam pembtkan karakter . Ada apakah dg guru-guru kita ? ngeri klo bicara soal ini karna kami mengalami.walaupun sampai sekarang mungikn kami di agap tdak ada di ling kungan sekolah tp kami tetap menberikan warna untuk mereka. smoga Allh menberikan keistiqomahan pada kami.

  2. begitulah kondisini. prihatin sekali. moga selalu dianugerai keistiqomahan mempertahankan prinsip dan keberhasilan menunjukkan kepada dunia bahwa yang baik akan menang!

  3. Semoga makin banyak pendidik yang membaca tulisan ini,demi membangun bangsa yang berkarakter.salut!!

  4. hal itu terjadi karena sekolah ada dalam kerangka birokrasi. nah kita sendiri tahu birokrasi kita sdh sangat parah keadaannya. pernah saya ditawari program pemberdayaan bagi para pemuda pelajar. dana ada, tinggal formalitas proposal. yg jd masalah adalah saat pembuatan SPJ. kita dipaksa membuat SPJ dengan nilai yg tidak pernah kita terima dan tidak pernah kita salurkan sebelumnya. kemana uang itu? ya masuk dalam pusaran birokrasi.

  5. memang begitulah keadaannya. tapi kita tidak boleh berputus asa. tetap bekerja keras untuk membaikkan masyarakat. sebuah pekerjaan mulia!

  6. Karena nila setitik di sinilah akhirnya dianggap salah dan fonisnya salah…..
    Kasihan….. ternyata kita sering minyikapi segala sesuatu dengan tidak arif.. memfonis memang mudah sekali……
    jangan-jangan itu semua akibat carut marutnya birokrasi kita……
    wabah korupsi sudah semakin acuuut……
    malah Departemen agama yang menjadi teladannya…….
    dimana kau ibadah………….
    pergi kemana kau iman……
    nota bene para koruptor kita orang beragama juga yang sepintas tidak diragukan keimanannya………….
    maha guru……….
    kuman di sebrang lautan sangat nampak…..
    gajah dipelupuk mata tak kan nampak……
    masyaaaaa allah………………………

    • saya hanya seorang penulis yang bisanya hanya sekedar membuat catatan terhadap apa yang saya alami, ketahui dan rasakan. tentu dengan harapan besar agar ini semua menjadi kontribusi untuk memperbaiki kondisi. semoga

  7. Tembok itu tidak dibangun dgn pasir dan tanah,
    Tembok itu dibangun dgn biji besi dan baja,
    Tembok itu kuat dan tangguh,
    Tembok itu akan menghimpitmu jika kau ganggu,
    Tembok itu akan runtuh,
    Runtuh dengan KEYAKINAN DAN KEBERANIANMU
    (Original Message)

    Saran : Apapun profesi dan pekerjaan kita (Tembok ) itu akan selalu ada,,Hancurkan,Runtuhkan,Robohkan Dengan Hati nuranimu,,

  8. itulah sebabnya saya pantang jadi guru PNS,bahkan sdh 2 tahun ini saya enjoy jadi guru honorer saja… waktunya mengajar datang,selesai pulang,tdk ikut-ikutan dgn politik kebijakan strategis sekolah… memang pesantren kami pun belum steril dari praktek yg ‘belum sepenuhnya jujur’,terutama utk segala urusan dgn Diknas dan nilai rapor… tapi sepanjang sepengetahuan saya,pesantren kami tdk sembarangan menerima dana bantuan…

  9. ini betul betul terjadi di hampir semua sekolah yg mengelola dana bos .dan baru baru ini saya juga ditegur murid saya dan beberapa wali murid karena guru yg mengagungkan kejujuran ditelanjangi kejujurannya saat penerimaan murid baru karena ada murid saya danem paling rendah bisa masuk sekolah favorit……..trus untuk apa pendidikan karakter….

  10. Mohon ijin share tulisan Bapak. Terima kasih

  11. “Sementara,, sering kali antara jumlah yang diterima dengan pengeluaran tidak cocok. Jumlah yang senyatanya diterima kurang dari jumlah yang harus dilaporkan. Akhirnya, Bu Fulanah harus mencari cari bukti pembelian palsu.”

    Pertanyaan saya,, jumlah dana yg diterima mengapa bisa sampai kurang dari jumlah yg harus dilaporkan?
    Kalau memang dipakai untuk keperluan teknis dan non teknis,, menurut saya penulisan keterangan penggunaan dana nya bisa dialihkan ke keterangan yg lain yg menggunakan kuitansi.

Tinggalkan Balasan ke Iman Supriyono Batalkan balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s