Ummi…. demikian aku dan anak-anakmu memanggilmu. Abi, panggilanmu dan anak-anakmu untukku, masih ingat persis salah satu alasanku mantab memilihmu sebagai bagian penting dari hidupku. Ketika itu, tahun 1993, kita sama-sama aktivis kampus. Sama-sama semester 7. Sama-sama aktif di unit kegiatan kerohanian Islam yang di kampus kita disebut Jamaah Masjid Manarul Ilmi. Kita sama-sama di Fakultas Teknologi Industri ITS. Hanya beda jurusan, kau di Teknik Kimia. Aku di teknik Mesin.
Tentu saja agama dalah pertimbangan utama dan pertama aku memilihmu. Tetapi ada yang membuatku sangat mantab. Kau lulusan SMP Negeri 3 Surabaya alias SMP Praban dengan Nilai Ebtanas Murni 52. Orang seumuran kita pasti tau apa arti angka 52 pada jaman itu. Kau lulusann SMA Negeri 5 Surabaya dengan Nilai Ebtanas Murni 54. Semua orang seumuran kita juga tahu apa arti angka itu. Istilah anak muda sekarang, kau bukan remaja kaleng-kaleng. Kau remaja hebat.

Syarat kelulusaanmu di kampus pun tidak main main. Abi masih ingat persis ketika itu umi menyusun dua karya tulis. Pertama adalah apa yang di kampusmu disebut sebagai tugas akhir. Isinya adalah perencanaan sebuah pabrik kimia penuh hitungan matematik setebal lebih dari 500 halaman. Kedua adalah apa yang di kampusnmu disebut sebagai latihan penelitian alias skripsi. Ummi membuat simulasi software sebuah reaksi kimia yang dibukukan setebal sekitar 100 halaman. Jadi total sekitar 600 halaman. Dan….kau mengerjakannya sambil mengasuh 3 junior kecil kecil plus hamil anak keempat. Semuanya kau selesaikan dengan baik sampai diwisuda. Menjadi seorang insinyur teknik kimia alumni Istitut Teknologi Sepuluh Nopember alias ITS. Istilah anak muda sekarang, kau bukan SDM kaleng-kaleng. Kau insinyur bergengsi.
Dengan kalifikasimu itu, mestinya kau bisa berkarir di perusahaan multinasional besar. Bisa mendapatkan gaji dan fasilitas berkelas. Bisa berkarir moncer. Dengann gaji itu kau bisa membayari baby sitter atu day care bagi anak-anak kita.
Tetapi itu bukan pilihanmu. Sejak awal kau memilih berkarir sebagai seorang guru Taman Pendidikan al-Qur’an. Guru TPQ. Guru yang gaji bulanannya hanya cukup untuk sekali isi bensin mobil. Bahkan mengajar privat mengaji di rumah-rumah yang biasanya honornya lebih besar pun kau tidak mau. Kau hanya mau mengajar di TPQ. Atau murid-murid mu datang ke rumah kita. Murid harus menunjukkan kesungguhannya dengan mendatangi TPQ atau mendatangi guru. Bukan guru yang mendatanagi murid. Itu prinsipmu. Sekali lagi, kau tidak pernah berpikir uang untuk pekerjaan itu.
Ummi memilih karir tidak bergengsi dimata orang banyak. Tetapi kau memilihnya dengan mantab. Tidak ada terbesit sedikitpun rasa rendah diri dari pilihan karirmu itu. Bahkan kau sangat pede. Tidak ada sedikitpun keraguan. Abi tau persis. Ummi tidak mau berkarir apapun selain itu. Itulah yang kau jalani dengan penuh dedikasi selama lebih dari 20 tahun hingga kepergianmu menghadap-Nya. Mendidik ribuan murid-muridmu dari nol menjadi bisa membaca Al Qur’an dengan standar kuaitas tinggi. Dalam bahasa setengah berkelakar kita sepakat. Kau nyari pahala. Aku nyari duit. Nanti hasilnya kita bagi-bagi hehehe.
Makin lama makin asyik kau berkarir dalam pendidikan Al Qur’an. Bermula dari guru. Lalu kepala TPQ. Lalu berkembang mengurusi TPQ se kecamatan. Terakhir kau adalah pengurus super aktif TPQ metode Qiroaty se wilayah kota Surabaya. Selain mengajar, kerjamu adalah rapat dan rapat. Bahkan nyaris tidak ada akhir pekan tanpa rapat ini dan itu. Dan…. kau melakukan pekerjaan full sosial itu dengan totalitas luar biasa. Hari-hari terakhir dengan TB kelenjarmu yang berat pun tetap minta diantar mengikuti rapat. Tidak kalah dengan totalitas kawan-kawanmu para insinyur teknik kimia yang berkarir di perusahaan-perusahaan multinasional.
Kebiasaanmu, kau selalu mengajak anak-anak balita di aktivitas padatmu itu. Maka, pembelajaran Al Qur’an bagi anak-anak kita adalah proses yang alami. Proses seorang anak bermain mengikuti ibunya. Hasilnya adalah anak-anak yang kita selalu syukuri kualitasnya. Satu demi satu lulus terbaik dari kampus-kampus ternama berbagai bangsa. Bahkan bangsa-bangsa komunis. Tetapi tetap dengan agama yang kokoh. Itulah karyamu.
Ummi, kepergianmu adalah duka luar biasa bagi abi dan kedelapan junior-juniormu. Tetapi menyaksikan kehidupan dan caramu pergi, kami semua rela. Sekitar jam 3 pagi tanggal 25 desember itu kau mulai tidak bisa diajak komunikasi. Tetapi dari mulutmu jelas terucap, “Allah…..Allah….Allah….”. Kau terus menyebut nama Tuhanmu tanpa putus. Suaramu perlahan melemah dan kemudian menghilang. Lalu kau pun seperti orang yang tidur pulas.
Jam 09.23, kau menghembuskan nafas terakhir di hadapanku dan enam dari delapan anak-anakmu. Allahummarhamha. Proses nazakmu tidak sampai bilangan menit. Begitu cepat. Begitu mudah. Begitu tenang. Begitu indah. Kau tinggalkan dunia dengan wajah yang justru nampak lebih muda. Ekspresi wajah yang berseri-seri. Abi merasakannya karena kita telah hidup bersama 27 tahun. Itulah juga kesan sahabat-sahabat yang menyaksikan wajahmu sebelum dikebumikan.
Dalam sambutanya selepas shalat jenazahmu selepas shlat jum’at di masjid dekat rumah kita, pendiri TPQ tempatmu mengabdi menyampaikan dengan suara penuh haru. Karirmu tidak terkenal di bumi. Tetapi terkenal di langit. Makin bercucuranlah air mataku. Allahummarhamha. Air mata anak anak kita. Air mata ridho. Ridho melepasmu yang sepanjang hidupmu terus memproduksi amal jariyah. Ridho melepasmu di hari Jumat. Hari yang dalam agama kita adalah tanda kematian yang husnul khotimah. Akhir yang baik. Moga kelak kita berkumpul kembali dengan penuh kebahagiaan di sisi-Nya. Di firdausNya. Aamin.
Diskusi lebih lanjut? Gabung Grup Telegram atau Grup WA SNF Consulting
Baca juga
Obituari pertama: Pendidikan terbaik berbagai bangsa
Obituari kedua: Pekerjaan tak terkenal sang Insinyur
Obituari ketiga: Pernikahan, pertengkaran dan sepiring berdua kita
Obituari keempat: Kau, aku dan masjid
Obituari kelima: Sahabatmu sahabatku, sahabatku sahabatmu
Obituari keenam: Caramu memandirikan anak-anak kita
Obituari ketujuh: Sederhana dan percaya diri adalah kamu
Obituari kedelapan: Kau, aku dan adikku
Obituari kesembilan: Istriku editorku
Obituari kesepuluh: Musim durian tahun lalu
Obituari kesebelas: Ummi di mata Jo
*)Artikel ke-299 karya Iman Supriyono ini ditulis di Surabaya pada tanggal 4 Januari 2021. Tulisan ini merupakan obituari kedua untuk alamarhumaah R.A. Anni Muttamimah, istri penulis, yang meninggal pada hari Jumat tanggal 25 Desember 2020.
Subhanallah Allahu Akbar, Alhamdulillah Pak Iman Sdh mendapat kan sebagian SURGANYA di dunia, dan Insya Allah SURGA utuh nya sudah Menanti di Akhirat.
Aamin yaa Rabb. Maturnuwun doanya
Masya Alloh.
Aku melu mbrebes mili moco tulisan iki Cak.
Luar biasa almarhumah.
Luar biasa sampean sebagai imamnya
Maturnuwun atensinya
Masyaallah, luar biasa…
Terimakasih apresiasinya
Alhamdulillab, luar biasa perjuangan beliau, pilihan hidup yg sangat langkah di era skg ini, semoga semua amal ibadah Almarhumah diterima Allah SWT, diampuni semua dosa2nya dan kelak ditempatkan di syurgaNya
Aamiin ya Rabbal alamiin
Salam sehat n sukses cak Iman Supriyono
Tetap smangaattt
Alhamdulillab, luar biasa perjuangan beliau, pilihan hidup yg sangat langkah di era skg ini, semoga semua amal ibadah Almarhumah diterima Allah SWT, diampuni semua dosa2nya dan kelak ditempatkan di syurgaNya
Aamiin ya Rabbal alamiin
Salam sehat n sukses cak Iman Supriyono
Tetap smangaattt
Aamin yaa Rabb. Maturnuwun doanua
innalillahi wainna ilaihi roji’un. Allohumaghfirlaha warhamha wa’afihi wa’fuanha. Insya Allah husnul khotimah. Aamiin ya rabbal’alamin.
Aamjn. Maturnuwun
Masya Allah, Luar Biasa sangat menginspirasi, Insya Allah Husnul Khotimah
Aamin
Suwun
Smg Almarhumah, dimuliakan disisi Nya
Anak2 menjadi muslim yg soleh solihah
njenengan Pinaringan sehat dan selalu dalam keberkahan…. amiiiin3 yra
Aamin yaa Rabb. Suwun cak
Masyaa Allah .. Pribadi yg easy going tp teguh dlm berprinsip , down to earth dan bersahaja .. Targetnya bkn dunia .. Tp akhirat. Bkn utk dirinya semata, tp utk kelg dan lingk nya … Insyaa Alah mulia di barzah dan tmsk dlm ahli surga … Aamiin YRA
Aamin. Terimakasih atensi n doanya
Patut sebagai contoh istri sholihah
Maturnuwun
Masya Allah.. wanita hebat, sabar kuat dan tangguh..
Surga sudah menunggumu .. temanku..
Kamu yg pernah memberiku semangat untuk menerima semua cobaan yg telah Allah tetapkan untukku…
Terima kasih teman baikku..
Semoga.. engkau tersenyum disana..
Aamin yaa Rabb
Ping-balik: Pernikahan, Pertengkaran & Sepiring Berdua Kita | Catatan Iman Supriyono
MasyaAlloh Cak,
Allohumagfirlaha warhamha waafihi’wa’fuanha. InsyaAlloih Mbak Anni husnul khotimah & Semoga nanti Cak Iman bisa berkumpul lagi dg Mbak Anni di jannah Nya. Aamiin YRA
Aamin. Maturnueun doanya
Ping-balik: Kau, Aku dan Masjid | Catatan Iman Supriyono
Ping-balik: Sahabatmu Sahabatku, Sahabatku Sahabatmu | Catatan Iman Supriyono
Ping-balik: Caramu Memandirikan Anak-Anak Kita | Catatan Iman Supriyono
Ping-balik: Sederhana dan Percaya Diri Adalah Kamu | Catatan Iman Supriyono
Ping-balik: Kau, Aku dan Adikku | Catatan Iman Supriyono
Ping-balik: Istriku Editorku | Catatan Iman Supriyono
Ping-balik: Musim Durian Tahun Lalu | Catatan Iman Supriyono
Ping-balik: Ummi di Mata Jo | Catatan Iman Supriyono
Ping-balik: Bangku Kosong: Pendidikan Terbaik Berbagai Bangsa | Catatan Iman Supriyono