PT Trimegah Bangun Persada Tbk., selanjutnya disebut TBP, berdiri pada tahun 2004 dengan modal setor Rp 500 juta. Penyetornya adalah Tri Junaidi sebesar Rp 300 juta dan Eddy Gunawan sebesar Rp 200 juta.
Akhir tahun 2022 perusahaan melakukan penerbitan saham baru melalui private placement. Modal setor yang semula Rp 10,1 miliar naik menjadi Rp 5,51 triliun. Modal Rp 5,51 triliun disetor oleh PT Harita Jaya Raya sebesar Rp 5,45 triliun dan PT Citra Duta Jaya Makmur sebesar Rp 55,101 miliar. Artinya, pada periode antara pendirian sampai 31 Desember 2022 telah terjadi akuisisi oleh PT Harita Jaya Raya dan PT Cirtra Duta Jaya Makmur atas saham Tri Junaidi dan Eddy Gunawan.
Neraca per 31 Desember 2022 menyebut bahwa tambahan modal disetor perusahaan adalah Rp 1,47 triliun. Artinya, sepanjang perusahaan berdiri sampai penerbitan saham terakhir pada tahun 2022 perusahan telah menikmati hasil monetisasi intangible aset dengan nilai Rp 1,47 triliun tersebut. Sesuai dengan daftar pemegang saham, yang berkontribusi terhadap tambahan modal disetor adalah PT Harita Jaya Raya dan atau PT Citra Duta Jaya Makmur.
Pada akhir tahun 2022, laba ditahan adalah Rp 1,62 triliun. ini adalah hasil operasional perusahaan sejak berdiri sampai tahun 2022. Hasil menjual nikel sepanjang 18 tahun. Bandingkan dengan tambahan modal disetor di atas. Panjangnya waktu hidup perusahaan menghasilkan nilai yang tidak beda banyak dengan hasil monetisasi intangible asset melalui skema private placement sebelum IPO.
Tahun 2023 perusahaan melakukan IPO dengan menerbitkan 7.997.600.000 lembar saham bernilai nominal Rp 100 per lembar saham. Di pasar saham diserap dengan harga tinggi sehingga menghasilkan agio saham senilai Rp 9,2 triliun. Akhirnya total tambahan modal disetor per 31 Desember 2023 adalah Rp 10,37 triliun. Angka ini nilainya hampir dua kali lipat laba ditahan yang telah diciptakan dari bisnis berjualan nikel sejak berdiri senilai Rp 5,83 triliun.
&&&
Pembaca yang baik, TPB adalah Juara ketiga dalam Korporatisasi 100 yang diluncurkan oleh SNF Consulting pada seminar di Grand Sahid Jaya Jakarta pada tanggal 1 Agustus 2024. Daftar selengkapnya bisa dibaca pada artikel ini. Korporatisasi 100 adalah 100 perusahaan di Indonesia yang terbesar dalam monetisasi intangible asset.
Dari si juara tiga para pelaku bisnis bisa mengambil pelajaran bahwa monetisasi intangible asset cara tepat bagi sebuah perusahaan untuk tumbuh secara eksponensial. Monetisasi intangible asset menumbuhkan ekuitas perusahaan. Ekuitas yang tumbuh memberi peluang perusahaan untuk tambahan utang senilai yang sama. Rasio utang pun masih aman.
inilah yang disebut sebagai pendekatan aset dalam pertumbuhan perusahaan. Aset TBP yang sebesar 45,3 triliun secara garis besar diperoleh dari 3 sumber. Dari modal disetor Rp 6,3 triliun. Dari laba hasil berjualan nikel selama 18 tahun sebesar Rp 5,8 triliun. Dari agio saham sebesar Rp 10,4 triliun. selebihnya dari utang sebesar Rp 16,9 triliun.
Pendekatan aset dalam pertumbuhan perusahaan merupakan hasil dari corporate marketing perusahaan. Ingat, marketing menghasilkan laba ditahan. Corporate marketing menghasilkan agio saham. Perusahaan Anda sudah bagaimana?
Artikel ke-462 karya Iman Supriyono ditulis di Surabaya pada tanggal 7 Agustus 2024
Baca juga
Amman Mineral Sang Juara Korporatisasi 100 Tahun 2024
Buruknya Nilai Intangible Asset Ciputra
Minusnya Nilai Intangible Asset Blue Bird
Kreatifitas Pakuwon City
Diskusi lebih lanjut? Silakan bergabung Grup Telegram atau Grup WA KORPORATISASI atau hadiri KELAS KORPORATISASI
Anda memahami korporasi? Klik untuk uji kelayakan Anda sebagai insan korporasi