Sudah belasan tahun sukses di dunia bisnis. Sudah belasan kali ganti mobil baru. Uang melimpah. Orang mengenalnya sebagai pebisnis sukses.
Tapi saat usianya hampir menyentuh angka 40 segalanya berubah. Penyebabnya adalah kebaikan hatinya. Fulan, sebut saja begitu, memang baik hati dan suka menolong kawan-kawannya. Salah satu yang ditolongnya adalah seorang pelaku bisnis pembibitan alias hatchery bandeng. Dipinjami uang secara bertahap sedikit demi sedikit sampai angkanya mencapai ratusan juta.
Ratusan juta uang sekarang mungkin kecil. Tapi ini ratusan juta tahun 90-an. Jadi ini adalah tentang uang besar. Sampai suatu titik si pebisnis pembibitan menyerah. Menghentikan bisnis. Dan demi tanggung jawabnya, sisa aset bisnis pembibitan bandeng pun diserahkan kepada si Fulan dalam rangka pelunasan hutang.
Dengan tabungan yang masih ratusan juta, si Fulan melanjutkan bisnis pembibitan bandeng tersebut. Uang tabungan dialirkan ke bisnis yang bagi Fulan hal baru itu. Sedikit demi sedikit selama beberapa tahun. Sampailah si Fulan kehabisan uang tabungan.
Kepalang basah, akhirnya si Fulan pun mencari utang kesana kemari. Semangatnya adalah agar bisnis pembibitan bandengnya berjalan dan kelak akan menghasilkan uang.
Tapi ternyata tidak mudah. Bisnis pembibitan terus merugi. Utang menumpuk. Pada titik itu, si Fulan memutuskan menghentikan bisnis pembibitan bandeng dengan meninggalkan utang ratusan juta.
Saya mengenal Fulan pada saat kejatuhannya ini. Saat itu dia tinggal di kamar kos sederhana di sebuah kampung pinggiran kota Surabaya. Benar-benar pinggiran karena di seberang jalan dari kamar kos nya sejauh mata memandang hanya ada hamparan rawa-rawa
Beberapa tahun Fulan menjalani saat-saat berat dalam kehidupannya. Bisnis pendidikan yang dirintisnya dan sukses memberinya banyak uang merana. Waktu dan energinya habis untuk mengurusi bisnis pembibitan bandeng.
Pada umur yang hampir menyentuh angka 40 itu pun dia belum menikah. Keterpurukan bisnis menjadikannya tidak berani menikah. Bukan semata keterpurukan finansial, tapi sudah tembus pada keterpurukan semangat. Mentalnya berada pada titik nadzir.

Dalam kondisi seperti itu, dia mendatangi sorang pamannya. Berkeluh kesah dan minta nasehat. Dari sang paman inilah kemudian si Fulan mendapatkan sebuah petuah sakti: nglempoh. Sebuah kata dalam bahasa jawa yang artinya adalah memosisikan diri sebagai orang yang lumpuh. Orang yang tidak bisa berjalan. Kakinya tidak kuat menahan beban badan sehingga untuk bergerak hanya bisa merengek dalam posisi duduk.
Bahasa lainnya: kembali ke titik nol. Menanggalkan segala atribut yang selama ini pernah dia sandang: pengusaha sukses, mobil bagus, karyawan banyak, uang melimpah. Semua harus dibuang dari dalam diri.
Dalam keterpurukan, Fulan memang seperti tidak berani menghadapi kenyataan. Sehari-hari hanya bersembunyi di kamar kos. Menghindar dari kawan-kawan. Menghindar dari orang lain. Tidak ada mobil. Tidak ada motor. Bahkan juga tidak ada sepeda angin sekalipun.
Nah, semenjak menjalani konsep nglempoh, Fulan menggunakan sisa uangnya untuk membeli sepeda motor. Bukan sepeda motor baru, tapi motor butut yang usianya sudah lebih dari 10 tahun. Dengan motor inilah dia kemudian kembali lagi aktif mengurusi bisnis.
Berani naik motor butut adalah perubahan luar biasa. Sebelumnya dia malu melakukannya. Gengsi. Tapi demi menjalankan konsep nglempoh semua gengsi dibuang. Menganggap diri bukan siapa-siapa. Maka, naik motor butut pun kembali menjadi biasa.
Dari situ segala proses recovery berlangsung. Ketemu orang sana-sini untuk kembali mengurusi dan memasarkan bisnis lamanya. Sedikit demi sedikit kondisi bergerak. Omzet perlahan tapi pasti terus naik. Singkat kata, usaha lamanya kembali berjalan dengan baik. Perlahan lahan ia bayar utang yang menumpuk. Uang tabungan pun kembali di tangan. Lalu bisa membeli rumah. Lalu kembali bisa beli mobil bagus. Lalu bisa berinvestasi sana sini. Dan……di Fulan pun akhirnya berani menikah. Fulan telah kembali menjadi pebisnis sukses. Telah kembali menjadi manusia sukses.
&&&
Pembaca yang baik, belakangan ini banyak yang mengeluh dunia bisnis lagi lesu. Banyak pabrik berhenti produksi. PHK dimana-mana. Jika Anda termasuk pelaku bisnis yang sedang mengalami kondisi tersebut, tempuhlah jalur nglempoh. Menghadapi keterpurukan yang amat sangat, nglempoh adalah obat mujarab. Kembali ke titik nol. Kembali seperti saat tidak punya apa-apa. Tanggalkan semua gengsi. Lalu sedikit demi sedikit menapaki kembali jalan sukses seperti yang dulu pernah Anda lalui.
Karya ke-486 Iman Supriyono yang ditulis untuk dan dimuat oleh Majalah Matan edisi September 2025, terbit di Surabaya.
Diskusi lebih lanjut? Silakan bergabung Grup Telegram atau Grup WA KORPORATISASI atau hadiri KELAS KORPORATISASI
Anda memahami korporasi? Klik untuk uji kelayakan Anda sebagai insan korporasi
Baca Juga
RPD: Kegagalan Yang Baik
Ping-balik: HUT RI Ke-80: Raja Utang Bisa Merdeka? | Korporatisasi