Jalan Sedap Malam, Denpasar, suatu siang. Siant itu saya sedang rapat dengan direksi salah satu klien SNF Consulting, kantor tempat saya berkarya. Sebagaimana biasa, jam 12 siang adalah saat para karyawan rehat selama satu jam untuk makan siang. Jam 12 waktu Denpasar sama dengan jam 11 waktu di Surabaya, tempat tinggal saya. Beberapa menit kemudian adalah saat sholat dhuhur.
Begitu saat istirahat siang, saya bergegas ke masjid untuk menunaikan sholat dhuhur berjamaah. Masjid terdekat berada di lokasi yang berjarak sekitar 1,5 kilometer dari tempat rapat. Artinya, butuh waktu sekitar 15 menit jika ditempuh dengan jalan kaki.
Jalan kaki bukan pilihan yang tepat untuk menuju masjid. Waktu istirahat hanya satu jam. Sementara masih dibutuhkan waktu juga untuk makan siang. Maka, yang paling realistis adalah naik kendaraan. Bisa motor atau mobil. Motor lebih tepat karena bisa menghindari kepadatan lalu lintas Denpasar.
Pada awal-awal meeting, saya order ojek online untuk ke masjid. Tapi lama-lama para direksi peserta rapat melihat kebiasaan saya. Akhirnya mereka menawarkan saya untuk pinjam motor salah satu karyawan. Jadilah ini menjadi kebiasaan. Setiap istirahat siang rapat saya dipinjami motor untuk pergi ke masjid terdekat.
Nah, sepulang dari masjid saya harus mengisi bensin. Bukan semata untuk megganti bensin yang terpakai. Lebih dari itu, saya niat saya adalah untuk sedikit membalas kebaikan pemilik motor yuang telah mempermudah perjalanan saya menuju dan dari masjid.
Di mana mesti beli bensin? Sepanjang perjalanan ke masjid tidak terlhat ada SPBU. Yang ditemukan adalah kios penjual bensin. Ada yang menggunakan mesin mesin dispeneser ala SPBU. Ada yang menjual bensin dalam botol-botol.
Pilihan saya adalah penjualn bensin yang menggunakan mesin dispenser. Mekanisme transaksi persis di SPBU Pertamina, Shell atau BP. Sebut nilai pembelian, lalu penjual akan menekan angka-angka yang keumdian tampil di layar display warna merah.
Nah, dari komunikasi dengan penjual segera saya mengambil kesimpulan: ternyata saya membeli bensin warung madura. Saya tau persis dari logat sang penjual. Logat madura memang khas. Tidak banyak orang Madura yang bisa meninggalkan logat khas nya saat bicara dengan bahasa lain.
Kios penjual bensin dengan mesin dispenser kecil seperti ini sering disebut sebagai ”pertamini”. Seperti SPBU Pertamina tapi dalam ukuran mini. Di Denpasar bisnis seperti ini bisa dengan mudah kita jumpai di mana-mana. Bahkan di lokasi depan SPBU Pertamina. Di lokasi seperti ini, sasaran konsumennya adalah motor yang tidak mau antri panjang di SPBU Pertamina. MereKa mungkin dikejar waktu harus segera ke kantor atau keperluan lain. Jadinya tetap memilih ”pertamini” walaupun tentu saja harganya lebih mahal dari pada SPBU Pertamina.
Dari mana ”pertamini” mendapatkan pasokan bensin? Bukankah ada larangan membeli bensin di SPBU Pertamina dengan jerigen? Bukankah pembelian hanya boleh dilakukan dengan motor atau mobil? Para pebisnis ”pertamini” tidak kurang akal. Mereka membeli bensin di SPBU Pertamina dengan motor yang bertanki besar. Motor Honda GL Pro misalnya memiliki kapasitas tangki bahan bakar 12 liter. Beli di SPBU dengan tanki penuh. Selanjutnya tinggal membuka kran tanki dan memasukkan bensin yang ada ke mesin dispenser.
&&&
Pembaca yang baik, bensin adalah salah satu dagangan unggulan warung madura di mana-mana. Tentu ada dagatngan unggulan lain yang menjadikan sebuah warung madura memperoleh mozet cukup. Cukup untuk menanggung seluruh biaya dan ada laba yang menarik bagi pelaku bisnsinya. Tanpa laba yang menarik, bisnis apapun tidak akan ada yang menjalani.
Warung madura muncul dimana-mana. Tapi mengapa tidak bisa menghasilkan pelaku bisnis terkaya nasional seperti Djoko Susanto pendiri Alfamart? jawabannya sederhana. Warung madura yang jumlahnya bisa jadi puluhan ribu gerai itu berdiri sendiri-sendiri. Ibarat orang sholat warung madura sholat sendirian. Sedangkan Alfamart yang sekitar 20 ribu gerai adalah satu kesatuan. Satu rekaning, satu manajemen, dan satu komando. Ibarat orang sholat Alfamart adalah berjamaah. Pahalanya 27 kali lipat.
Ada ribuan bahkan puluhan ribu pemain bisnis warung madura. Mereka berdiris sendiri. Ada ribuan bahkan puluhan ribu pemegang saham Alfamart. Mereka bersatu dalam satu kesatuan. Seperti sholat berjamaah dalam satu komando imam. Yang bertindak sebagai ”imam” dalam ekonomi berjamaah Alfamrt adalah si direktur utama yang saat ini dijabat oleh Anggara Hans Prawira. Orang inilah yang menajdi ”Imam” dalam ”sholat berjamaah” Alfamart. Dia lah yang memegang tongkat komando dan menentukan apapun yang dilakukan oleh Alfamart.

Anda pelaku bisnis warung madura? Atau bisnis apapun yang masih ”sholat sendirian” seperti warung madura? segera pelajari mekanisme ilmu dan keahlian korporasi. Ilmu yang dibutuhkan untuk menarik puluhan ribu orang bahkan lebih untuk bergabung menjadi satu kesatuan. Satu kekuatan ekonomi yang kokoh dalam dunia bisnis yang penuh persaingan ketat.
Karya ke-493 Iman Supriyono yang ditulis untuk dan diterbitkan oleh Majalah Matan, terbit di Surabaya, edisi Desember 2025
Diskusi lebih lanjut? Silakan bergabung Grup Telegram atau Grup WA KORPORATISASI atau hadiri KELAS KORPORATISASI
Anda memahami korporasi? Klik untuk uji kelayakan Anda sebagai insan korporasi
saya malah berpikir sebenarnya mengapa mereka tidak mau legal? mungkin dengan tetap “lay low underground” mereka tidak tertangkap pajak, tetap jelata dan jika rame masih ada alasan “keberpihakan kepada masyarakat kecil” sebagai senjata.