Menu Langit Kalah Mahal


Menjelang magrib saya masuk gerbong Bima dalam kondisi perut hampir kosong. Tidak sempat makan dulu karena jadual acara sebelumnya yang sangat mepet. Jam 3 acara belum selesai sementara jam 5 sudah harus naik kereta dari stasiun Pasar Turi menuju Cirebon. Selesai rapat saya masih harus pulang mengambil tiket dan tas berisi segala perlengkapa bepergian. Waktu terasa sempit.

Maka, ketika ditawari makanan oleh kru kereta, saya pun tertarik. Apalagi menunya sesuai dengan kebiasaan saya: bistik daging sapi. Ada sayur yang cukup, ada daging, ada nasi. Bistik daging sapi mendekati empat sehat lima sempurna.

Saya sudah tahu makanan itu harus dibayar. Bukan fasilitas gratis. Maka, ketika menerimanya, saya pun bertanya harganya. Tetapi, petugas mengelak menjawab. “Nanti aja Pak bayarnya”. Petugaspun berlalu. Saya segera menyantapnya.

Selesai makan saya menikmati suasana dengan membaca majalah dan buku. Salah satu daya tarik kereta api dibanding bus adalah kenyamanan membaca ini. Apalagi untuk perjalanan sekitar 10 jam Surabaya Cirebon malam itu. Kebetulan juga tidak ada penerbangan ke kota di bagian timur Jawa Barat ini. Kalaupun naik pesawat lewat Jogja atau Bandung, toh tetap harus disambung dengan bus atau kereta api lagi.

Nasi bistik daging sapi Rp 38 000,-. Angka yang ditagihkan petugas kereta api itu mengejutkan saya. Sangat mahal untuk nasi sekepalan anak kecil, beberapa potongan buncis rebus, beberapa iris wortel, dua iris ketimun, dan daging tipis ukuran sekitar 5 x 10 cm. Apalagi pihak PT KA tidak menyediakan daftar harga yang bisa dibaca sebelumnya. Petugasnya pun mengelak menyebutkan harga sebelum saya menikmati menu itu.


Airbus 320 milik Air Asia itu mengudara dengan mulus dari Bandar Seri Begawan. Tanda sabuk pemakaian sabuk pengaman sudah dipadamkan. Tidak lama kemudian beberapa pramugari datang mendorong troli berisi aneka menu makanan. Penumpang yang telah memesan makanan bersama pembelian tiket dilayani terlebih dahulu. Sedangkan yang belum memesan bisa membaca daftar menu yang ada di depan kursi masing masing dan membeli makanan atau kesukaannya.

Untuk penerbangan dua jam lebih sore itu, asyik juga memasan makanan. Saya pun membuka daftar menu. Nasi lemak RM 10, Nasi Briyani ayam RM 10, ada juga aneka makanan minuman lain. RM 10 artinya sekitar Rp 28 ribu. Harga yang cukup menarik untuk menu yang dijual di lokasi dengan ketinggian sekitar 10 kilometer di atas permukaan laut itu. Saya pun akhirnya memesan salah satu menu, membayarnya, dan menikmatinya dengan puas.


Sudah tidak diragukan lagi bahwa saat ini kereta api bersaing dengan pesawat terbang. Tiket kereta api ekekutif Surabaya Jakarta dijual dengan harga sekitar Rp 300 ribu. Tiket pesawat pun banyak yang dijual dengan kisaran harga itu. Bahkan saya sering mendapatkan harga lebih murah.

Gambar berikut tidak memiliki atribut alt; nama berkasnya adalah bistik-sapi.jpg

Persaingan tentu bukan semata masa masalah ongkos. Ada banyak aspek yang bisa menjadi titik persaingan. Menu makanan dalam perjalanan adalah salah satunya. Pengalaman saya makan di kereta api dan di Air Asia memberikan gambaran. Betapa kereta api telah kalah dalam layanan makanan ini. Air Asia memberi daftar menu lengkap yang bisa diakses oleh penumpang atau calon penumpang bahkan sebelum keberangkatan. Penumpang bisa memesan menu terlebih dahulu dengan aneka pilihan. Bahkan Air Asia memberikan harga diskon bagi penumpang yang memesan menu bersama pembelian tiket. Diskon ini diberikan karena pemesanan didepan memberi kepastian persediaan makanan dalam sebuah penerbangan. Tidak perlu ada makanan yang sudah dibawa mengudara (dan sudah memakan bahan bakar) tetapi ternyata tidak terjual.

Kereta api? Nampaknya masih lebih suka mencari pembeli khilaf. Penumpang yang terpaksa membeli karena tidak ada alternatif lain. Atau membeli dalam kondisi tidak tahu harganya yang mahal karena tidak ada daftar menu. Menu kereta api dijual di permukaan bumi dengan harga Rp 38 ribu. Menu Air Asia dijual di atas langit dengan harga sekitar Rp 28 ribu. Kereta api…..bagaimana bisa bersaing dengan pesawat? Kereta api….. menu langit pun kalah mahal!

Tulisan Iman Supriyono ini pernah dimuat di majalah Matan, terbit di Surabaya

15 responses to “Menu Langit Kalah Mahal

  1. memang luar biasa pelayanan kereta api indonesia ini

  2. wah sm pngalamanny pak..
    pas naek KA sby-Jkt..naek Gumarang bisnis, pengen beli nasi goreng, rupany hrgany 25 rb..akhirny qmi putusin beli nasi goreng sm pdgang kliling pas brenti d Sta Tawang-smrang, cm 3 rb.. tapi kok yaa nasi apa batu.. kok g krasa nasi..wkwkwk..anak2 g doyan jdny 😦 alhasil laper ASLI smpe jkt.. gmn mau maju PT KAI ? wong oknumny kyk gt..:(

  3. oke lah kaloh begituh….sepanjang rel kereta masih satu lajur…..emang nya lu gua pikirin…
    Solusi : Swastanisasi…………

  4. @H: hehehe….luar biasa menjengkelkankah? @B: hahaha….beli pecel aja enak….heheeh @HS: spore ndk swastanisasi tapi bagus lho…

  5. padahal mereka ngambil dari produseb dengan harga yang minim…

  6. ternyata sampe tahun 2014 masih blm ada perubahan,tgl 5 jan 2014 perjlanan dr jgj-sby sancaka pagi pramugara datang menawarkan nasi goreng sy tanya hrgnya brp ? modusnya nanti saja pak byrnya nasi dimkn anak sy,seorang pramugari dtng menagih pembyran 25rb sy tanya bs minta notanya mbak si mbak celingukan jwb nanti sy buatkan bpk sy tunggu sampe sby nda pernah nonggol,sy lngsung complain mention di twitternya @keretaapikita am di PTKAI_ID sorenya sy dpt jwbn dr @keretaapikita terima kasih atas laporannya,akan kami laporkan ke bagian terkait,agar kedepannya tidak terjadi lagi,terima kasih.

  7. Sama dengan pengalaman teman saya om.
    Nasi,daging,teri dll.
    35rb.
    Kenapa mahal banget ya om?
    Harga itu udah di tentukan dr pihak KAI atau permainan dr kru ya?? Gak trima gua..

  8. Semoga ke pelayanan ke depannya lbh baik, kl perusahaan tsb ingin lbh maju dan berkembang lagi..
    Pdhl ada banyak kelebihan kl naik kereta api di banding angkutan darat lainnya..

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s