Renungan Jelang Ramadhan: Puasa 24 Jam Seumur Hidup


Puasa 24 Jam Seumur Hidup

oleh: Iman Supriyono, konsultan keuangan pada SNF Consulting, http://www.snfconsulting.com

Ini adalah cerita seorang kawan pedagang sembako. Sehari hari ia bergelut dengan beras, gula, telor, garam, kopi, teh, dan aneka barang lain. Memenuhi aneka kebutuhan masyarakat. Sekaligus juga memenuhi kebutuhan nafkah keluarganya dengan laba yang diperoleh atas setiap dagangan yang terjual.

Sebagai seorang pedagang, kawan ini tahu benar tentang pasang surut dalam kehidupan. Persis roda yang berputar. Pasar sembako pun naik turun. Ada yang naik turunya bersifat acak. Sulit atau bahkan sama sekali tidak bisa diprediksi. Tetapi ada juga yang bersifat musiman dan bisa diprediksi. Ada musim sepi. Ada musim laris. Karena lokasi tokonya berada di daerah kampus, masa sepi akan datang tatkala musim libur panjang. Sekitar 2 bulan. Saat itu warung warung makanan sepi. Bahkan ada yang tutup. Maka, kebutuhan sembako pun juga turun drastis.

Kapan musim ramainya? Ini yang selalu dirasakannya setiap tahun: bulan ramadhan! Jadi, pada bulan suci ini, rejeki kawan ini benar benar memuncak. Beras laris. Gula apalagi. Garam, tepung agar agar, teh, kopi, susu, semuanya laris manis. Omset berlipat! Ramadhan adalah masa panen. Masa yang ditunggu tunggu.



Salah satu aspek pembelajaran penting dalam puasa adalah pengendalian diri. Sejak terbit fajar sampai magrib, seorang yang berpuasa tidak mengendalikan diri untuk tidak makan, minum dan melakuan perbuatan perbuatan lain yang membatalkan puasa.

Siapa yang bisa mengontrol makan minum seseorang? Di tempat ramai, puasa seseorang bisa “dikontrol” oleh orang lain. Orang akan malu untuk makan dan minum saat puasa karena ada kawan saat di kantor. Di rumah orang akan malu makan minum karena ada ayah, ibu, suami, istri atau orang lain. Tetapi, bagaimana ketika ia sendirian di kamar? Siapa yang bisa mengontrol makan dan minumnya? Inilah latihan pentingnya. Mengendalikan diri untuk tidak melakukan sesuatu yang membatalkan puasa walaupun tidak ada satupun orang lain. Berlatih mengendalikan diri hanya karena Allah SWT semata.

Pertanyaannya, apakah Allah SWT hanya ada pada saat seseorang puasa? Tentu tidak. Allah SWT ada setiap saat di ruaang manapun. Dia ada di kamar, pasar, terminal, bandara, mall, kantor, toko, masjid, mushola dan dimanapun. Maka, kemampuan pengendalian diri seseorang tidak dibatasi saat puasa. Pengendalian diri dengan keyakinan pengawasan Allah SWT ada dmanapun dan kapanpun. Dua puluh empat jam seumur hidup!

Maka, orang yang berpuasa mestinya adalah orang yang paling pintar dalam mengendalikan diri. Cukuplah Allah SWT sebagai alasan untuk melakukan atau tidak melakukan sesutu. Tidak perlu orang lain. Kalau hikmah ini sampai masuk pada sektor finansial, efeknya akan sangat luar biasa. Tidak ada korupsi, tidak ada mark up, tidak ada makelar kasus, tidak ada partai yang menerima uang sogok dari bakal calon kepala daerah, tidak ada pejabat yang menerima hadiah dari masyarkaat, tidak ada petugas pembelian perusahaan yang menerima hadiah dari pemasok, tidak ada kong kalingkong pejabat dengan pengusaha, tidak ada penyelewengan pajak, tidak ada proyek yang speknya dikurangi, tidak ada manipulasi timbangan, tidak ada uang kembalian kurang di loket terminal, tidak ada penyimpangan finansial dalam bentuk apapun.

Tidak ada besar pasak dari pada tiang. Pengeluaran terkendali hingga semua orang memiliki dana investasi. Dengan dana ini, kita tidak perlu mengundang modal asing untuk eksploitasi tambang emas, perak, minyak, bauksit, batubara, dan masih banyak lagi. Tidak perlu mengundang modal asing untuk menanami lahan kosong di Kalimantan, Sumatra, Papua dan lain lain dengan sawit atau tanaman produktif lain. Tidak perlu mengimpor mobil, peralatan elektronik, gula, garam, jagung, gandum, kedelai, sapi, susu. Ada dana dalam negeri yang cukup untuk investasi pembuatan pabrik atau pengolahan lahan pertanian. Inilah hasil dari latihan pengendalian diri sebagai hikmah puasa.

Puasanya memang hanya pada siang hari bulan ramadhan. Atau paling banter ditambah puasa sunnah syawal atau senin kamis. Tetapi, efeknya adalah kemampuan mengendalikan diri 24 jam seumur hidup.

Sayang, sampai ramadhan tahun lalu, pengalaman kawan pedagang sembako tadi bicara lain. Jangankan mengendalikan diri selepas ramadhan, saat masih puasa saja susah. Berpuasa tetapi konsumsi makanan justru meningkat. Omset sembako berlipat. Bagaimana puasa tahun ini? Bisa berefek 24 jam seumur hidup? halo!…halo!…halo! Bisa kan?

tulisan ini pernah dimuat di majalah yatim, terbit di surabaya

4 responses to “Renungan Jelang Ramadhan: Puasa 24 Jam Seumur Hidup

  1. bisa.. pasti bisa…!! mencerahkan.

  2. keadaan semakin parah, ketidak jujuran sudah di lakukan bersama sama, bahkan gurupun, yg seharusnya di gugu dan di tiru, juga memberikan contoh yg tidak bagus, anak didiknya yg kelas 6 sd di ajari untuk contek masal,…. akibatnya anak anak yg nilainya hasil jerih payah sendiri , tidak kebagian sekolah negri, sekolah negri sekarang udah dikuasai oleh hasil contek masal,…… bagaimana hasil 15 – 20 tahun mendatang, generasi yg awalnya tidak jujur…..?

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s