MRT Surabaya: Benamkan!


Ada prediksi menyeramkan bagi warga kota pahlawan: tahun 2018 Surabaya macet total! Dasarnya apa? Hehehehe….saya tidak bisa menjawab. Bahkan juga tidak perlu menjawab karena saya bukan yang memprediksi. Tetapi sebagai orang yang pernah belajar hitungan matematis di kampus teknologi saya bisa memperkirakan: laju pertumbuhan kendaraan dibanding dengan laju pertumbuhan jalan. Laju pertambahan panjang jalan kalah telak dengan laju pertambahan jumlah kendaraan. Karena kendaraan memiliki panjang tertentu dan butuh menjaga jarak tertentu dengan kendaraan lain supaya bisa bergerak, maka secara matematis akan mudah dihitung pada tahun berapa jalanan di Surabaya akan macet total.

IMG_20190426_113227

Suasana stasiun kereta api bawah tanah di kota Moscow. yang disebut Metro. Tampak lampu gantung kuno.  Metro sudah beroperasi sejak tahun 1935. Kapan Surabaya? Foto: koleksi pribadi penulis

Prediksi seram ini tentu dengan asumsi sampai pada tahun 2018 tidak ada upaya yang strategis untuk mengatasinya. Apa solusi itu? berkaca pada kota kota besar di dunia mana pun, mass rapid transport alias MRT adalah solusi yang terbukti jitu. MRT di berbagai kota besar terbukti menajdi sarana transportasi umum yang murah, nyaman, aman dan cepat. Masyarakat pun lebih suka naik kendaraan umum dari pada naik motor atau mobil pribadi.

Bagaimana caranya? Tekoologi kereta MRT yang selalu menjadi perpaduan antara rel layang (elevated) dan rel terowongan bawah tanah bukanlah sesuatu yang baru. Di tengah kota yang yang padat rel MRT berada di bawah pondasi gedung gedung. Sekitar 40 meter di bawah permukaan tanah. Di pinggiran kota rel MRT dibuat jalan layang. Cara seperti ini sudah puluhan tahun lalu diaplikasikan di berbagai kota besar di dunia. jadi gampangnya tinggal beli saja. Tidak perlu memikirkan teknologinya. Singapura, Kuala Lumpur, Manila, dan Bangkok sebagai kota kota negeri tetangga terdekat sudah memilikinya. Juga sudah terbukti efektif mengatasi kemacetan lalu lintas. Efektif mengalihkan orang dari kendaraan pribadi menjdi sarana transportasi umum. Jika jam berangkat dan pulang kerja, kepadatan manusia terpusat di stasiun stasiun dan gerbong gerbong MRT. Keretanya sendiri berjalan super lancar sesuai jadwal. Jalan raya juga tetap terjaga kelancarannya.



Jalan Manyar Surabaya dulunya adalah pusat kemacetan. Jalan sepanjang sekitar 3 km ini adalah salah satu penghubung dua kawasan penting Surabaya timur: Ngagel dan Kertajaya. Di sisi barat jalan ini ada sebuah sungai. di sebelah barat sungai ada pasar. Maka pagi hari, tumpahnya aktifitas pasar ke jalan membuat kemacetan luar biasa.

lokomotif tua

Tetapi itu cerita dulu. Kondisinya berubah drastis dua tahun terakhir ini. sungai di sisi barat jalan telah “dibenamkan” beberapa meter dibawah permukaan tanah. Pemkot menanam gorong-gorong super besar sebagai pengganti sungai. di atas gorong-gorong kemudian dibangun jalan lebar. Jalan baru di atas sungai ini kemudian dipisahkan dengan jalan lama dengan median jalan berupa taman kecil memanjang. Jadilah kini jalan Manyar memiliki dua arah yang terpisah. setiap sisi terdiri daru dua lajur. Besar dan lancar!

Apa yang dilakukan di Manyar juga dilakukan di Semolowaru. Pemkot telah “membenamkan” sungai Semolowaru dan kemudian di atas sungai difungsikan sebagai jalan. Memang saya sempat khawatir akan tergangggunnya fungsi sungai pasca “pembenaman”. Tetapi kekhawatiran ini akhirnya hilang ketika saya sadar bahwa di bawah jalan Embong Malang sejak jaman belanda juga terdapat sebuah sungai. Saya yakin kondisinya adalah persis seperti yang apa yang terjadi di Manyar dan Semolowaru. Tidak ada masalah yang penting dibuat sistem penyaring sehingga sampah tidak sampai masuk ke gorong-gorong. Kesuksesan ini saat ini sedang “difoto copy” untuk sungai sepanjang sisi jalan Banyu Urip hingga Tandes yang panjangnya belasan kilometer.

Apa hubungannya “pembenaman” sungai dengan MRT? Nah, ada teknologi sederhana MRT yang mirip pembenaman sungai ini. Rel kereta api dari Waru-Semut-Pasar Turi-Perak dan stasiun-stasiunnya bisa “dibenamkan” sekitar 4 meter dibawah tanah. Prosesnya kurang lebih seperti membenamkan sungai. Escavator melakukan penggalian, “gorong-gorong” berisi rel kereta api dipasang, dan kemudian ditutup lagi dengan tanah. Jadilah rel MRT bawah tanah. Tidak perlu ada dana pembebasan lahan. Hemat anggaran.

Di atas rel dan stasiun yang sudah “terbenam” bisa dibangun jalan raya dan taman taman kota. Jadilah Surabaya otomatis memiliki tambahan jalan raya dan ruang terbuka hijau. Dan yang lebih penting, MRT yang lancar murah dan aman akan menarik para penumpang. Motor dan mobil pribadi pun akan berkurang drastis. Tidak perlu lagi ada pemborosan trilyunan rupiah karena kemacetan setiap hari. Saya sedang membayangkan suasana Surabaya seperti Singapura. MRT nyaman murah lancar. Anak-anak SD bisa berangkat pulang sekolah sendiri naik MRT. Tidak perlu antar jemput. Masyarakat kecil lebih bisa berhemat biaya transportasi dan menggunakan uangnya untuk kepentingan yang lebih urgen bagi masa depan anak dan keluarga. Tidak ada jalan tol tengah kota yang akan menjadi “penyekat” kota seperti di Jakarta yang super macet. Surabaya pun tampak cantik alami. Harapannya ada pada pimpinan Kota Surabaya. Benamkan rel kereta api! Gimana Bu Walikota?

*)Ditulis oleh Iman Supriyono, konsultan dan direktur SNF Consulting. Tulisan ini pernah dimuat di majalah BAZ, terbit di Surabaya dengan judul “Benamkan!”

7 responses to “MRT Surabaya: Benamkan!

  1. inspiratif..!!

  2. good idea ………………………mudah mudahan terealisasikan

  3. great idea…

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s