Sekoteng from Scott Road
Oleh: Iman Supriyono, konsultan pada SNF Consulting, http://www.snfconsulting.com
Keperluan saya bersama seorang sahabat sebenarnya adalah naik MRT di Stasiun NS 22 Orchard. Tetapi, karena kawan ini lapar, berdua akhirnya mencari cari warung makan. Selayang pandang sana sini di sekitar pintu masuk stasiun, perhatian tertuju pada sebuah warung menarik. Pondok Jawa Timur. Sebuah warung makan yang menyediakan aneka menu jawa timur akhirnya terpilih untuk bersantap malam.
Ritual berikutnya standar: membaca daftar menu. Kawan perjalanan memilih nasi campur. Karena perut kenyang, saya hanya memperhatikan daftar minuman. Akhirnya pilihan jatuh pada sebuah menu yang menarik. Sekoteng.
Sekoteng menarik karena dua hal. pertama karena suasana malam dan badan capek tentu sangat menyegarkan kalau tenggorokan ini diseka dengan minuman panas. Kedua adalah karena nama minuman itu mirip mirip dengan nama jalan tempat restoran berada. Scott road. Pas. Sekoteng alias Scotteng@scott road. Mak sruput!
•••••
“Assalamu’alaikum pak Iman. Saya ingin mencoba usaha bisnis restoran dari uang warisan orang tua. Bagaimana menurut Bapak tentang prospek dari bisnis ini ?”. pertanyaan seorang pembaca ini bisa jadi juga menjadi pertanyaana Anda. pertanyaan tentang sebuah bisnis yang usianya kurang lebih seusia umat manusia juga. Bisnis makanan.
Bisnis seperti ini memiliki beberapa karanter menonjol. Diantaranya: persaingan yang ketat, pendatang baru muncul dan muncul lagi, tidak ada hambatan (entry barrier) yang besar bagi orang yang akan memasuki bisnis seperti ini, tingkat permintaan yang relatif stabil, tidak terlalu terpengaruh oleh fluktuasi ekonomi masyarakat, tidak terpengaruh oleh perkembangan tekonologi apapun, tidak lekang oleh waktu. Relatif stabil.
Berbeda kontras dengan bisnis baru seperti handphone atau sejenisnya yang memiliki karakter karakter kebalikannya yang juga menonjol. Di antaranya: tidak ada pesaing bagi perusahaan yang menjadi pionir tekonologi, hambatan masuk relatif besar karena menyangkut inovasi teknologi, sebentar muncul dan sebentar tergantikan oleh tekonologi lain yang lebih baru.
Karena karakter bisnis yang sudah mapan, bisnis warung makanan atau restoran juga punya pola, strategi, dan tata cara yang sudah pakem dan mapan. Promosinya, marketingnya, operasionalnya, pengelolaan keuangannya, strateginya, dan semua tetek bengeknya juga cenderung memiliki karakter yang sudah baku.
Dengan demikian, apakah bisnis restoran atau warung makan bisa dengan mudah mengantarkan Anda untuk sukses? Nah…memang segalanya sudah baku. Namun demikian, bukan berarti begitu mudahnya untuk Anda lakukan dan kemudian sukses. Seandainya kondisinya seperti ini, akan ada banyak sekali orang kaya di sekitar kita. Bukankah banyak sekali orang disekitar Anda yang menjalani bisnis sepeerti ini? kalau memang mudah, kan mereka akan segera sukses dan kaya raya?
Kenyataannya, banyak sekali orang yang memulai bisnis warung makanan puluhan tahun yang lalu dan hingga kini juga tidak kunjung ada perkembangan. Ada banyak penjual bakso gerobak dorong yang memulai bisnisnya puluhan tahun lalu dan kemudian kini harus mengakhiri bisnisnya karena usiah lanjut dalan kondisi tetap dengan satu gerobak dorongnya. Bahkan banyak pula diantaranya yang tidak kuat bertahan. Tutup karena tidak mampu menghasilkan omset yang mampu memenuhi kebutuhan finansial opersionalnya.
Lalu apakah dengan demikian bisnis restoran begitu sulit? Tidak juga. Bisnis restoran mudah sekali bagi yang sudah bisa. Sebaliknya, bisnis restoran sangat sulit bagi yang belum bisa. Ini persis dengan keahlian mengemudikan pesawat raksasa Airbus 380 yang mampu mengangkut 500 lebih penumpang. Nyatanya ada pilot yang sanggup melakukannya degnan sangat sempurna. Berkali kali melakukan penerbangan dan pendaratan tanpa cacat sedikitpun. Sangat mudah baginya.
Tetapi apakah keahlian seperti itu dapat diperoleh dengan mudah? Tentu tidak. Diperlukan sebuah prosese pembelajaran. Dimulai dari sama sekali tidak bisa menerbangkan pesawat. Belajar teori dengan seksama. Setelah itu belajar menerbangkan pesawat latih kecil bermesin satu didampingi seorang instruktur terampil. Terus menerus meningkatkan jam terbang. Belajar menerbangkan pesawat yang lebih besar tahap demi tahap. Beberapa tahun kemudian barulah sang pilot mahir dan diberi kepercayaan menerbangkan pesawat terbesar di dinia dan bertanggung jawab terhadap keselamatan lebh dari 500 nyawa.
Demikian juga berbisnis restoran. Diperlukan proses pembelajaran. Dimulai dari memahami pengetahuan dasar tentang bisnis restoran. Mirip dengan belajar teori tentang bagaimana menerbangkan pesawat. Walaupun tentu saja tidak harus selalu berarti belajar teori secara formal di sebuah kelas atau sekolah. Setelah itu dicoba untuk melakukannya. Menguasai keahlian sedikit demi sedikit. Suatu saat keahlian menjalankan restoran besar akan benar-benar dikuasai. Mampu membangun, mempertahankan dan mengembangkan sebuah restoran yang besar dengan cabang puluhan, rasusan, bahkan ribuan di seluruh dunia.
Kalau begitu lama dong? Tidak juga. Tergantung daya belajar Anda. Tergantung semangat belajar. Yang sungguh sungguh dengan mencurahkan seluruh waktu dan perhatian bahkan uang akan jauh lebih cepat dari pada yang sambil lalu atau setengah setengah.
Fungsi modal? Uang tanpa keahlian yang cukup akan dengan mudah melayang. Membuka restoran dan ternyata sepi tentu akan segera tutup. Atau bila modal masih cukup, bisa juga resotran yang ada diubah konsepnya. Misalkan saja semula restoran jawa diubah menjadi restoran padang, mandarin, arab atau yang lainnya. Intinya, dibutuhkan modal baru untuk membuat konsep baru. Itupun tidak jaminan bahwa konsep baru ini langsung diterima masyarakat. Bisa saja ternyata juga sepi dan dibutuhkan modal baru lagi untuk membuat konsep yang baru lagi.
Lho…bagaimana kalau tidak punya uang tetapi pingin belajar? Ada cara yang gampang. Ikut saja bekerja pada restoran yang sudah ada dan terbukti laris. Pelajarilah dengan seksama dari hari ke hari. Dari tahun ke tahun sambil menerima gaji sebagai karyawan. Suatu saat keahlian akan benar-benar di tangan.
Apa tandanya keahlian sudah ditangan? Anda sudah dipercaya untuk memimpin sebuah restoran tempat Anda bekerja. Dan Anda harus bisa membuktikan bahwa dengan Anda pegang, restoran itu tambah maju atau minimum tidak makin sepi. Anda juga sudah dipercaya untuk membangun cabang baru dari restoran tempat Anda bekerja. Juga terbukti berhasil. Bukan hanya sekali berhasil. Tetapi berkali kali berhasil.
Lama dong? Relatif. Kalau pingin lebih cepat dan memang Anda punya modal, bisa juga mengambil cara kombinasi. Sebagian belajar pada orang lain dan sebagian langsung praktek. Belajar pada orang lain tidak sampai benar-benar mahir. Paling tidak sudah mengerti dasar dasarnya. Setelah itu langsung praktek membuat resotoran sendiri kecil kecilan. Tidak terlalu besar sedemikian hingga kalau restoran ini ternyata sepi Anda masih memiliki kesempatan untuk beberapa kali memperbaikinya. Merenovasinya sampai akhirnya restoran Anda laris.
Suatu saat, bahkan Anda harus membuka cabang di luar negeri. Termasuk di Scott Road dekat stasiun MRT Orchard Road. Agar suatu saat saya dan para pembaca lain yang sedang berkunjung ke negeri singa bisa menikmati masakan Anda. Bisa mengobati rasa rindu kampung halaman. Minimal melalui menu restoran Anda. Lengkap dengan sekoteng from Scott Road. Bagaimana?
Tulisan ini pernah dimuat di majalah Muzaki, terbit di Surabaya