Aziz Badjabir: Guru Yang Mengangkat Harkat Murid Katroknya


Tahun 90-an saya adalah seorang mahasiswa di kampus ITS Surabaya. Tepatnya di jurusan Teknik Mesin. Sebuah kampus yang saya rasakan bersuasana mirip STM atau yang sekarang menjadi SMK bidang teknik. Hampir semua mahasiswanya laki laki. Hanya satu dua saja mahasiswa perempuan yang “tersesat” masuk jurusan ini.

Cowok bangeets. Jangan berharap ada semerbak bau parfum disini. Jangan berharap penampilan parlente disini. Kaos oblong dan blue jeans seolah menjadi “seragam wajib” kampus di Sukolilo ini. Maka…satu dua cewek yang ada pun ikut “seragam wajib” ini. terpaksa tampil maskulin. Atau bahkan mungkin dipaksa oleh lingkungan untuk tampil tomboy.

Salah satu ciri kampus model “cowok bangeets” ini adalah dalam selera makan. Makan apa adanya di warung sederhana sekitar kampus. Yang penting perut bisa terisi. Yang penting bisa cukup untuk energi belajar. Yang penting cukup untuk mengerjakan tugas kuliah dan praktikum yang datang silih berganti. Termasuk tugas menggambar yang ketika itu belum mengenal software gambar teknik di komputer. Lembur semalam suntuk.

Berkenaan dengan makanan ini, ada sebuah peristiwa yang sangat terkenang sepanjang hidup. Suatu saat saya sebagai ketua kelompok kajian Islam di jurusan teknik mesin menghadap ketua jurusan. Tujuannya adalah untuk mengurus sebuah kegiatan. Setelah berbincang sana sini tentang kegiatan itu, ketua jurusan waktu itu, Pak Aziz Badjabir memberikan sebuah kejutan: mengundang saya untuk makan malam di rumahnya. Saya boleh mengajak seorang kawan untuk acara makan malam itu.

Maka, pada jam yang telah disepakati, saya datang ke rumah Pak Jabir-demikian dia biasa dipanggil. Di meja makanan di rumahnya yang asri….saya merasakan kelezatan yang luar biasa. Biasa makan di warung dengan menu asal kenyang……diundang makan seorang dosen ketua jurusan. Tentu saja ini menjadi menu istimewa. Begitu istimewanya sampai sampai peristiwa itu masih terkenang hingga saat ini. Lebih dari lima belas tahun sesudahnya.

■■■■

Suatu malam di di bulan Maret 2009. Sebuah kabar duka tertulis di halaman facebook saya. Melalui situs perkawanan dunia maya ini seorang kawan mengabarkan bahwa baru saja Pak Aziz Badjabir meninggal dunia. Segeralah kenangan saya tertuju pada suasana di meja makan awal tahun 90-an. Seorang dosen yang dengan akrab mengundang mahasiswanya yang anak desa untuk makan malam. Makan malam dengan kelezatan luar biasa.

iman katrok

Anak desa diajak makan malam dosen. Tentu sebuah kebahagiaan luar biasa

Saat itu semangat hidup saya melambung. Merasa diperhatikan oleh dosen. Merasa benar benar dianggap murid oleh seorang guru yang pakar di bidang mesin pendingin. Tangan dingin beliau menyentuh hati saya sebagai seorang mahasiswa dari udik. Sentuhan untuk berkarya dan berprestasi. Tidak boleh kalah bahkan harus melampaui kawan kawan mahasiswa yang berasal dari kota.

■■■■

Pembaca yang baik, suatu saat nanti saya dan Anda akan menyusul Pak Jabir. Menghadap kepada Sang Pencipta. Kita tidak tahu kapan waktunya. Yang kita tahu, peristiwa itu pasti akan terjadi pada diri kita siap ataupun tidak.

Menghadapi peristiwa itu, yang harus kita lakukan adalah berlomba lomba menabung catatan kebaikan. Mengundang makan malam sebagai sarana menyentuh hati seseorang adalah salah satu yang lebih dari lima belas tahun lalu dilakukan oleh Pak Jabir. Sesuatu yang menyentuh lembut di sanubari saya sebagai salah seorang muridnya.

Barangkali inilah salah satu alasan jawaban Nabi SAW saat ditanya tentang islam apa yang paling baik. Jawabnya…..memberi makan dan menyebarkan salam. Kepada orang yang sudah dikenal maupun kepada orang yang belum dikenal. Ternyata, memberi makan bukan hanya mengandung arti menyelamatkan orang dari kelaparan. Memberi makan juga bermakna mendidik. Memberi makan juga mengandung makna menyentuh sanubari. Ngobrol santai di meja makan sambil menginspirasi orang lain untuk hidup lebih baik. Tentu saja sesuai dengan kriteria yang tunduk pada kehendak Sang Pencipta segala macam makanan. Selamat jalan Pak Jabir….. doa kami para muridmu menyertai.

Tulisan ini pernah dimuat di majalah BMH news, terbit di surabaya, dengan judul “Aziz Bajabir”

4 responses to “Aziz Badjabir: Guru Yang Mengangkat Harkat Murid Katroknya

  1. inspiring, pak! semoga saya bisa jadi dosen seperti pak jabir

  2. Alhamdulillah, ada sisi2 yang bisa diteladani.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s