Hanamasa: Dari Jepang kah?


Hanamasa

oleh Iman Supriyono, konsultan pada SNF Consulting, http://www.snfconsulting.com

Kalau sedang santai di Palembang, yang sangat menyenangkan adalah jalan ke kampung-kampung. Apalagi kalau bukan menikmati sensasi suasana menu pempek. Warung pempek di kampung kampung Palembang menjamur seperti warung pecel di pagi hari di surabaya. Menikmati pempek di palembang asyiknya seru seprti menikmati pecel di pagi hari di Surbaya.

Palembang memang benar benar asyik dengan pempeknya. Maka, saya pun sesekali rindu suasa dan kenikmatannya. Solusinya? Yang paling asyik tentu pergi ke Palembang. Tetapi ini akan menjadi sangat konyol kalau hanya demi pempek. Bayangkan berapa harga tiket penerbangan surabaya palembang pergi pulang hanya untuk seporsi pempek. Tiketnya bisa hampir dua juta rupiah. Pempeknya tidak sampai sepuluh ribu. Tentu sangat tidak proporsional.

Padahal, jalan jalan seperti itu sering kali menjadi inspirasi luar biasa untuk tulisan-tulisan saya. Trus bagaimana? Ternyata di Surabaya ada solusi asyik juga. Di Ngagel Jaya Selatan, tiap malam ada warung pempek yang cukup ramai. Kelezatanya tidak kalah dengan yang di Palembang. Barang kali satu satunya kekurangannya adalah karena ia di Surabaya sehingga menjual pempek sendirian. Tidak ada warung sekitar yang menjualnya. Tidak seperti di kampung-kampung di Palembang yang pernah saya rasakan sensasinya.

Maka, malam itu, sepulang dari sebuah rapat dan kebetulan agak senggang, saya mampir ke warung ini. Kebetulan perjalanan pulang dari tempat rapat melalui Jalan Ngagel Jaya Selatan. Jadilah wisata kuliner murah meriah: seporsi pempek palembang di Surabaya. Rasa ikannya, kekenyalan tepungnya, cita rasa cuka di sausnya….mak nyus betul!

Malam itu, kebetulan si bos pemilik warung pempek sedang ada di tempat. Jarang jarang orang ini tampak di warungnya. Kalau saya lagi disana, lebih sering dilayani oleh anak buahnya. Si bos yang badannya super tambun ini jarang berada di tempat. Maka malam itu saya sempatkan menyapanya sambil menanyakan ini dan itu. Dan…malam itu saya mendapatkan informasi menarik: si bos pempek ini ternyata arek suroboyo asli. Pempek palembang yang dijual oleh arek Suroboyo asli. Bisa!



Anda kenal Pizza Hut? Pasti Anda akan menjawab ya. Anda tahu bahwa pizza adalah makana itali? Saya juga yakin Anda menjawab ya. Tahukah Anda bahwa Pizza Hut adalah restoran Amerika? Nah, yang ini saya tidak terlalu yakin. Kemungkinan besar Anda akan menyangka bahwa Pizza Hut adalah restoran Itali seperti menunya. Tetapi ketahuilah bahwa sangkaan ini salah. Yang betul, pizza hut adalah restoran Amerika yang menjual menu Itali.

Anda tahu pecel madiun? Kalau Anda orang Jawa, saya yakin sangat mengenalnya. Apalagi kalau Anda penggemar pecel. Nah, di dekat rumah saya di kawasan Mulyosari Surabaya ada sebuah warung pecel madiun yang cukup laris. Citarasanya nikmat sehingga saya juga sering membelinya. Tetapi, ada yang menarik. Ternyata penjual pecel ini bukan orang Madiun. Penjualnya justru orang Lamongan. Kecele kan?

Anda tahu Hanamasa? Saya yakin Anda mengenalnya. Anda tahu bahwa syabu syabu dan yakiniku yang dijual hanamasa adalah menu jepang? Saya yakin Anda juga sudah paham. Dan saya yakin, Anda akan menyangka bahwa Hanamasa adalah merek jepang. Persis seperti McDonalds yang merek yang dari Amerika. Dan ketahulah bahwa persangkaan Anda ini salah. Hanamasa adalah restoran milik Teddy Thohir yang mantan karyaan astra. Asli Indonesia.

Pembaca yang bersemangat, Pempek Palembang Ngagel Jaya Selatan, Pizza Hut, Hanamasa dan Pecel Madiun Mulyosari memberi pelajaran. Ketekunan, keahlian, kesungguhan dan manajemen yang basik bisa menembus sekat sekat kedaerahan. Orang lamongan bisa memasak pecel madiun yang lebih nikmat dari pada menu yang sama karya orang Madiun. Orang Amerika bisa memasak pizza yang lebih kesohor dari pada orang Italia sendiri. Orang Indonesia bisa memasak shabu shabu dan yakiniku yang lebih termashur dari pada orang jepang sendiri. Arek suroboyo bisa menghadirkan kelezatan pempek dan tidak kalah dengan orang Palembang.

Bagaimana dengan namanya? Sekedar gambaran, Saya baru berkomunikasi SMS dengan seorang kawan lulusan program doktor Jepang yang masih suka wira wiri Surabaya-Jepang. Katanya, Hanamasa adalah nama kampung yang sangat umum di Jepang. Hampir setiap kota ada nama itu. Persis seperti nama nama ini di jawa: Sumberejo, Sidomulyo, Kauman, dan sejenisnya. Ada hampir di setiap kota. Jika dijadikan merek restoran, tidak akan ada yang protes. Saya kira demikianlah dengan Hamamasa. Bisa kan?

tulisan ini pernah dimuat di majalah Muslim, terbit di Surabaya

5 responses to “Hanamasa: Dari Jepang kah?

  1. wah baru tau saya, ternyata asli Indonesia, salam kenal 🙂

  2. oh jadi tau juga pak. sayangnya saya gk bisa masuk hanamasa untuk supply ikan.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s