Jagongan Manten: Tradisional Yang Mendunia


Jagong Manten

Oleh Iman Supriyono, konsultan dan penulis buku2 bisnis pada SNF Consulting, http://www.snfconsulting.com

Surabaya Oktober 2012. Jam setengah tujuh persis saya dan istri sudah berada di Grand City untuk acara resepsi pernikahan itu. Di komplek perbelanjaan megah itu saya sebenarnya merasa tidak nyaman karena tidak bisa menghadiri sholat isya berjamaah saat adzan berkumandang. Kenikmatan harian lima waktu petang itu rela saya tinggalkan. Khusus untuk sebuah acara menarik. Resepsi pernikahan putra seorang sahabat dan juga senior di Majelis Ekonomi PWM Jatim, Pak Najikh.

Di samping faktor Pak Najikh, acara ini sangat menarik karena dari undangannya sudah nampak sesuatu yang berbeda. Jika pada umumnya hajatan seperti bermodel standing party, acara kali ini lain. Formatnya round table. Pada undangan sudah tertera di meja mana kita harus memposisikan diri.

Begitu tiba di meja yang telah ditentukan dan acara dimulai, saya jadi teringat dengan gaya hajatan di kampung halaman kala resepsi pernikahan saya hampir dua puluh tahun lalu. Ketika itu di kampung belum dikenal model standing party. Orang-orang menyebutnya jagongan manten. Suasananya mirip-mirip round table. Para undangan duduk santai di kursi sambil ngobrol santai dengan sesama tamu. Di depan kursi ada meja dengan aneka hidangan khas orang desa. Tamu pun menikmati hidangan dengan hiburan yang juga khas orang desa: musik gamelan jawa.

Di acara Pak Najikh itu, spirit jagongan-nya terasa. Para tamu juga terlihat asyik ngobrol santai, makan dan menikmati hiburan. Yang agak berbeda dengan suasana di desa adalah jenis hidangan dan hiburannya. Hidangannya menu modern dengan hiburan juga musik modern. Kehadiran Tompi dan Soimah nampak sekali membuat para tamu undangan terhibur.

••••

An inspiring wedding reception. Saya jadi terinspirasi oleh suasana di Grand City malam itu. Bersama istri saya terinspirasi tentang acara serupa yang suatu saat nanti insyaallah pasti akan digelar. Ada 7 yunior yang suatu saat nanti pasti menikah. Bahkan bisa jadi tidak lama lagi karena si sulung sudah kuliah.

jagongan manten impian
jagongan manten impian

Ada inspirasi sederhana, ada pula yang serius. Yang sederhana saya ingin nanti resepsi pernikahan yunior tidak ikut gaya standing party. Ingin ikut gaya jagongan manten khas orang desa. Seperti acara pak Najikh dengan sedikit perbedaan pada musik dan menunya: khas jawa. Gamelan jawa dengan menu wong ndeso. Musik kesukaan sejak kecil yang makin jarang bisa dinikmati melalui pagelaran live. Menunya: telo godhog, kacang godhog, soto, rawon, pecel… dan sejenisnya.

Inspirasi yang serius saya sangat terkesan dengan kehadiran tamu dari berbagai negara malam itu. Tentu ini terkait dengan si pengantin pria yang memang lulusan perguruan tinggi di Amerika. Tentu saja para sahabat dekatnya yang berasal dari berbagai negara akan senang bisa datang ke resepsi pernikahan di negeri lain hitung-hitung sambil rekreasi.

Keberadaan tamu asing juga sangat terkait dengan bisnis sang tuan rumah yang memang produknya sebagian besar diekspor. Tentu kolega bisnisnya dari berbagai negara juga banyak. Merekalah yang malam itu datang menjadi tamu resepsi. Itulah kenapa sambutan dalam acara itu disampaikan dalam bahasa Indonesia dan Inggris.

Saya memimpikan sebuah resepsi bercitarasa tradisional jawa dengan format jagongan. Bukan standing party. Tamu dari berbagai negara terhibur dengan musik gamelan yang bernilai seni tinggi nan menghibur. Untuk itu sambutan maupun pembawa acara harus menyampaikannya dalam beberapa bahasa. Itulah keinginan saya. Anda ingin juga?

Pertanyaannya, bagaimana mengubah mimpi menjadi sebuah kenyataan? Jawabnya: kita harus berbisnis kelas dunia. Berbisnis dengan kolega dari berbagai negara. Anak-anak kita juga harus belajar ke luar negeri sehingga teman-teman mereka akan berasal dari berbagai negara. Tentu keduanya perlu kerja keras. Saya sedang bekerja keras untuk pengembangan bisnis. Termasuk pengembangan ke luar negeri. Yunior yang kini kuliah di RRC diharapkan bisa menjadi pemicu kerja keras ini. Kerja keras menjadi kelas dunia tanpa menghilangkan identitas diri. Simbolnya adalah sebuah resepsi pernikahan dengan tamu dari berbagai negara. Jadualnya diatur sedemikian rupa sehingga para hadirin tetap bisa sholat berjamaah di masjid begitu adzan berkumandang. Bahasa pengantarnya Indonesia-Inggris-Arab-Mandarin dengan musik dan menu khas jawa ala jagongan manten. Semoga!

tulisan ini dimuat di majalah Matan, terbit di Surabaya.

2 responses to “Jagongan Manten: Tradisional Yang Mendunia

  1. Kami turut berdoa semoga iampiannya sahabatku dapat terwujud. Amin YRA. Salam :awinarno, bdg

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s