Jaranan
Oleh Iman Supriyono, konsultan dan penulis buku-buku manajemen pada SNF Consulting
Saya tidak tau persis apakah yang ditampilkan itu memang bernama tarian jaranan. Yang jelas alat tariannya adalah berupa papapan tipis berbentuk siluet jaran yang sejak kecil saya kenal sebagai jaranan. Sebuah hiburan panggung yang bagi kebanyakan orang mungkin sudah tidak menarik. Tetapi malam itu berbeda. Saya dan seluruh hadirin di auditorium Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya itu tampak sangat antusias. Tepuk tangannya membahana. Antusiasme pada pelantikan Rektor malam itu muncul karena seluruh penari adalah mahasiswa asing. Ya…mereka adalah warga berbagai negara yang sedang menempuh pendidikan di kampus dengan gedung-gedung megah di Surabaya Timur itu.
Sebagaimana disampaikan oleh Pak Zainuddin Maliki, mantan rektor yang malam itu menyerahkan jabatannya, UM Surabaya kini memang mendapatkan kepercayaan dari PP Muhammadiyah untuk mendidik para mahasiswa asing. Mereka berasal dari Burma, Thailand, Philipina dan beberapa negara Eropa Timur.
Saya menangkap antusiasme malam itu sebagai sebuah apresiasi atas prestasi kampus berlokasi di bilangan Sutorejo itu. Bukan sekedar prestasi membangun gedung megah. Tetapi sebuah prestasi membangun suasana pembelajaran kelas dunia. Pendidikan dimana para mahasiswa dari berbagai negara saling berinteraksi intensif. Saling belajar tentang banyak hal yang dibawa dari negerinya masing-masing. Sebuah pembelajaran yang luar biasa.
Saya menyebutnya luar biasa karena membaca sejarah. Ada keterkaitan yang erat antara lingkungan pendidikan antar bangsa dengan prestasi gemilang banyak tokoh besar. KH Ahmad Dahlan merasakannya dengan belajar di Makkah pada usia 15-20 tahun dan kini Muhammadiyah yang didirikannya meraksasa dengan puluhan ribu amal usaha. Obama yang lahir di Amerika merasakannya dengan belajar di SDN Menteng Jakarta dan kini menjalani masa jabatan kedua sebagai Presiden di negerinya. Muhammad SAW merasakannya saat umur 12 tahun menempuh perjalanan ribuan kilometer meninggalkan tanah airnya di Makkah untuk belajar di Syam dan sejarah kemudian mengakuinya sebagai tokoh tiada tandingan. Masih panjang sekali daftar orang-orang seperti ini yang tidak mungkin semuanya ditampilkan di tulisan ini.
Bagi para mahasiwa, lingkungan antar bangsa akan menjadi proses pembelajaran yang luar biasa. Bagi UM, prestasi ini akan menjadi landasan dari prestasi berikutnya. Para mahasiswa itu tentu sebagaian besar akan pulang ke negerinya masing-masing. Karena pengalamannya terdidik secara internasional, sangat mungkin mereka nantinya akan menjadi orang sukses dan tokoh masyarakat. Pada saat itu mereka tentu akan tetap ingat almamater yang mendidiknya. Mereka akan ingat kawan-kawan kuliahnya yang ketika itu sebagaian pasti akan ada yang menjadi dosen di almamaternya. Ini akan membentuk jaringan internasional yang luar biasa. Salah satu manfaatnya tentu akan makin mempermudah bagi kampus yang sejak malam itu dipimpin oleh Pak Sukadiono itu untuk merekrut mahasiswa asing dari berbagai negara.
Makin menginternasional. Makin berpeluang menghasilkan tokoh-tokoh masyarakat sekelas Ahmad Dahlan atau Obama di berbagai belahan dunia. Makin memberikan lingkungan dan jarignan internasional kepada para mahasiwa lokal yang karena suatu dan lain hal tidak sempat belajar ke luar negeri. Mereka memang tidak ke luar negeri, tetapi kawan kuliah mereka berasal dari berbagai negara. Jaringan bisnis, karir, sosial dan dakwah mereka akan menyebar ke berbagai negara. Bahkan mereka bisa jadi akan menikah dengan kawan kuliah dari negeri yang jauh. Jaringan bisnis, karir, sosial dan dakwah internasional pun akan berakar makin dalam.
Melalui tulisan ini, saya sampaikan selamat bertugas kepada Pak Suko, demikian panggilan akrab rektor yang malam itu dilantik. Harapannya, saat pelantikan rektor baru empat tahun yang akan datang, para penari jaranannya makin beragam. Ada mahasiswa Bule, China, Arab, Indian, Jepang, Korea, Negro, dan masih banyak ragam lagi bergabung dalam tarian jaranan kolosal di auditorium yang lebih besar dan megah. Saya yakin Pak Suko bisa. UM Surabaya bisa. Jaranan aneka bangsa!
Tulisan ini pernah dimuat di Majalah Matan, terbit di Surabaya