Sebagai konsultan di SNF Consulting, pekerjaan saya ada empat. Pertama, membaca tulisan orang lain. Kedua, menulis dan dibaca orang lain. Ketiga, mendengarkan orang lain berbicara. Keempat, berbicara dan didengarkan orang lain. Itulah yang sehari-hari saya lakukan. Tidak kurang dan tidak lebih.
Berkenaan dengan pekerjaan keempat, beberapa hari lalu saya mendapatkan undangan untuk memberikan inspirasi bisnis untuk sebuah koperasi. Sebuah koperasi syariah yang dikelolah oleh kawan kawan majelis ekonomi Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kediri. Undangan ini mengingatkan saya pada pekerjaan pertama: Fonterra.
Yaa…pekerjaan pertama mewajibkan saya untuk membaca informasi tentang perkembangan perusahaan manapun. Saya tidak boleh tidak tahu tentang perusahaan manapun. Tidak terbatas oleh sekat sekat geografis. Tidak boleh terhambat pada batas batas negara. Fonterra adalah salah satu dari perusahaan-perusahaan itu.
Linking our 10 000 farmers with customers in 140 countries. Menghubungkan 10 ribu peternak dengan pelanggan di 140 negeri. Itulah kalimat yang tertulis di bagian belakang truk-truk tangki susu Fonterra.
140 negara? Betul. Pelanggan Fonterra berada di 140 negara. Bahkan lebih. Indonesia adalah salah satunya. Anda mungkin juga salah satu pelanggannya melalui Anmum, Anchor, Anlene. Ketiganya adalah merek susu milik Fonterra diantara sekian banyak merek lain. Fonterra masuk ke Indonesia dengan PT Fonterra Brand Indonesia. Sahamnya 100% milik Fonterra.
Di Singapura misalnya, Fonterra hadir dengan 4 perusahaan: Fonterra Brands (Asia Holdings) Pte Ltd, Fonterra Brands (Singapore) Pte Ltd, Fonterra (SEA) Pte Ltd, dan Fonterra Brands (New Young) Pte Ltd. Pte Ltd adalah singkatan dari Private Limited alias Perseroan Terbatas. Semuanya 100% sahamnya milik Fonterra kecuali yang disebut terakhir hanya 51 %. Australia, Brazil, Chile, Jerman, Hongkong, Itali, Malaysia, Mexico, Filipina, Sri Langka, Thailand, Inggris, USA, Venezuela adalah sebagian dari negara dimana FonteRra hadir dengan mendirikan anak anak perusahaan. Semua berbentuk PT. Dengan cara inilah Fonterra mengelola NZ$ 14,4 Milyar atau lebih dari Rp 100 TrilIun asetnya (Angka saat artikel ini ditulis, kini sudah sekitar Rp 200 triliun). Asset ini kurang lebih setara dengan 3 kali asetnya Indofood beserta seluruh anak perusahaannya.
■■■■
Lalu apa hubungan Fonterra dengan Koperasi Syariah yang digeluti oleh kawan kawan majelis ekonomi di kediri tadi? Tidak ada hubungan langsung. Tetapi sangat menarik. Mengapa? Keduanya berbadan hukum sama: koperasi. Fonterra adalah penyangkal terhadap stereotip koperasi sebagai badan usaha kecil dan penuh masalah. Sampai-sampai di Indonesia koperasi urusanya dijadikan satu dengan usaha kecil menengah di bawah seorang menteri. Seolah menegaskan bahwa koperasi bukan urusan menteri keuangan, bukan urusan menteri perdagangan, bukan menteri industri, bukan menteri ekonomi. Masyarakat pun ada yang memplesetkan koperasi dengan “kuperasi”. Gambaran minor koperasi yang justru memeras anggotanya.
Pelajaran pentingnya? Menjadi koperasi kelas dunia (dengan aset puluhan triliun rupiah) bukanlah sebuah kemustahilan. Syaratnya paling tidak ada dua. Pertama, fokus satu bidang seperti Fonterra yang fokus ke susu. Dengan cara ini Fonterra menjadi ahli dan terpaksa berekspansi ke seluruh dunia. New Zealand sebagai negeri asal Fonterra sudah tidak mampu menampung produknya. Kedua, mendirikan anak perusahaan berupa Perseroan Terbatas di bidang yang sama di daerah lain. Bahkan di luar negeri. PT dengan saham 100% milik koperasi. Minimal 51%. Pengendalian adalah prinsip penting sebuah operating company dalam konteks korporatisasi. Para pengelola koperasi…..Halo! Para anggota koperasi…Halo…! Halo….! Halo!!!!
Diskusi lebih lanjut? Gabung Grup Telegram atau Grup WA SNF Consulting
Baca juga: Mengapa Koperasi Kita Kerdil?
Oleh: Iman Supriyono, konsultan dan direktur PT SNF Consulting. Tulisan ini juga dimuat di majalah Matan, terbit di Surabaya, Pebruari 2009
Ping-balik: Kurangi Jumlah Entrepreneur! — Catatan Iman Supriyono – Stay Hungry Stay Foolish…
Iya betul pak ! Sekarang ini orang buka usaha pada ngawur,khususnya dalam menggaji karyawan, Masa karyawan dibayar sehari 50rb udah gt PERALATAN KERJA juga tidak Ada, FASILITAS KANTOR tidak Ada juga, apalagi bpjs kesehatan cuma mimpi !! Baiknya perusahaan kayak gt ditutup saja pak !!
Ping-balik: Mengapa Koperasi Kita Kerdil? | Catatan Iman Supriyono