Di Jalan Tol, Anda Jahiliah atau Ilmiah?


Mudik mulai tahun ini tidak bisa dilepaskan dari berkendara di jalan tol. Sebagai orang yang pernah belajar ilmu keinsinyuran mesin, di sana sini saya menjumpai perilaku jahiliah para pengemudi di jalan tol. Jahiliah ditinjau dari ilmu mekanikal yang saya pelajari di kampus “cap tugu pahlawan” di Surabaya. Berikut ini penjelasannya:

Hasil gambar untuk kecelakaan beruntun di jalan tol

Kecelakaan beruntun yang merugikan orang di belakang dan didepan Anda. Gambar dari http://www.blog.tribunjualbeli.com

  1. Paling tidak ada dua isu terkait jahiliah versus ilmiah ini. Isu pertama adalah jarak antara dua kendaraan. Isu kedua adalah kecepatan maksimum
  2. Tentang jarak antara dua kendaraan, ada dasar matematik logis untuk menghindari kecelakaan berupa tabrakan depan belakang. Logikanya begini, sebuah kendaraan harus berada pada jarak tertentu dari kendaraan di depannya, sedemikian hingga jika kendaraan di depannya berhenti mendadak masih ada waktu untuk melakukan pengereman sampai berhenti tanpa tabrakan
  3. Ada tiga tahap pengereman sampai mobil berhenti sempurna. Tahap pertama adalah mulai saat pengemudi melihat hambatan di depannya sampai menyadari apa yang terjadi. Tahap kedua  antara pemahaman apa yang terjadi sampai kaki menginjak pedal rem. Tahap ketiga adalah mulai terjadinya penginjakan pedal rem sampai mobil berhenti sempurna
  4. Dari berbagai sumber, tahap pertama dan tahap kedua masing masing butuh waktu setengah detik. Total satu detik untuk tahap pertama dan kedua. Tahap ketiga bergantung kecepatan mobil
    ikan kecil ikan besar korporatisasi1
  5. Ambil contoh kecepatan 100 km/jam. Supaya mudah dipahami dalam konteks jarak kendaraan kecepatan 100 km per jam harus diubah menjadi meter per detik. Konversinya,  100 km sama dengan 100 000 meter. Satu jam sama dengan 3600 detik. Dengan demikian 100 km/jam sama dengan 100 000 meter/ 3600 detik alias 28 meter per detik (dibulatkan).
  6. Dengan kecepatan 28 meter per detik, untuk melalui tahap pertama dan tahap kedua mobil yang melaju dengan kecepatan 100 km/detik sudah akan berjalan sejauh 28 meter. Artinya, jika Anda mengendarai mobil dengan kecepatan 100 km/jam dan jarak Anda dengan mobil di depan kurang dari 28 meter secara matematis bisa dipastikan Anda akan menabrak keras jika mobil di depan Anda berhenti mendadak dengan sebab apapun.
  7. Untuk tahap ketiga, menurut beberapa referensi mobil Anda butuh waktu paling tidak 2 detik untuk bisa berhenti sempurna. Mari kita hitung. Pengereman akan menurunkan kecepatan mobil dari 100 km/jam sampai berhenti alias 0 km/jam. Dengan persamaan gerak lurus diperlambat beraturan, dalam waktu 2 detik tersebut mobil akan bergerak sejauh 28 meter. Dengan demikian, paling tidak dibutuhkan jarak 28 meter untuk tahap ketiga.
    BlacRock ekuitas2
  8. Namun demikian, untuk keamanan waktu tahap ketiga 2 detik ini lebih baik dihitung dengan kecepatan awal 28 m/detik tanpa memperhitungkan perlambatannya. Dengan demikian jarak tempuhnya adalah 56 meter. Ini yang lebih aman
  9. Jadi, untuk 3 tahap proses pengereman dibutuhkan jarak 56+28 meter alias 94 meter. Artinya, jika jarak kurang dari 94 meter dan tiba-tiba mobil didepan Anda berhenti mendadak karena berbagai penyebab, bisa dipastikan Anda akan menabrak mobil di depan Anda tersebut.
  10. Untuk mempermudah, angka 94 dibulatkan menjadi 100 m dan akan berlaku linier. Kecepatan 100 km/jam butuh jarak aman 100 m. Kecepatan 90 km/jam butuh jarak aman 90 m. Kecepatan 80 km/jam butuh jarak aman 80 meter dan seterusnya sampai jarak nol untuk kecepatan nol kilometer per jam alias berhenti.
    Jangan menyebut diri UKM2
  11. Isu kedua adalah kecepatan maksimum di jalan tol. Berikut ini adalah daftar variabel yang menentukan kecepatan maksimum aman berkendara: lebar lajur jalan, lebar bahu jalan, rata-rata sudut belok yang memungkinkan pada kecepatan tertentu, kerataan permukaan jalan, koefisien gesek antara permukaan jalan dengan permukaan ban mobil, deakselerasi (perlambatan) rata-rata pengereman mobil, jarak pengereman rata-rata mobil, belokan jalan dan tanjakan jalan. Dengan variabel tersebut otoritas jalan tol menentukan regulasi batas kecepatan maksimum. Artinya, batas kecepatan maksimum 100 km/jam yang menjadi regulasi jalan tol saat ini sudah dihitung berdasarkan variabel-variabel di atas. Mengemudikan kendaraan di jalan tol lebih dari 100 km/jam berarti tidak mengikuti perhitungan matematis kecepatan maksimumLogo SNF Consulting dengan tag line korporatisasi
  12. Lalu apa hubungan dengan jahiliah versus ilmiah? Sederhananya, jahiliah adalah orang yang tidak percaya pada ilmu pengetahuan. Tidak percaya pada sains. Dengan ketidakpercayaan ini, untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu orang jahiliah butuh bukti fisik. Untuk percaya atau tidak percaya sesuatu, orang jahiliah butuh bukti fisik.
    Logo SNF Consulting dengan tagline korporatisasi efek star
  13. Dalam terminologi agama, orang jahiliah butuh mukjizat untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu. Sebaliknya, ilmu sudah menjadi dasar yang cukup bagi orang imiah untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu. Sudah cukup menjadi dasar untuk percaya atau tidak percaya sesuatu. Itulah mengapa dalam ajaran Islam misalnya mukjizat Nabi Muhammad SAW adalah berupa teks Al Qur’an. Berupa ilmu. Nabi-nabi sebelumnya, mukjizatnya adalah berupa sesuatu yang tidak ilmiah seperti tongkat nabi Musa yang bisa membelah laut atau nabi Ibrahim yang tahan dibakar api atau nabi Isa (Jesus dalam bahasa Inggris) yang bisa menghidupkan orang mati.
Hasil gambar untuk rambu kecepatan maksimum di jalan tol

Batas kecepatan maksimum adalah 100 km/jam. Ada juga yang 80 km/jam sesuai dengan variabel yang mempengaruhinya.  Gambar dari http://www.rizaagt.blogspot.com

Maka, dalam hal mengemudikan kendaraan di jalan tol, perhitungan matematis jarak dan kecepatan maksimum sebagaimana penjelasan di atas sudah menjadi dasar yang cukup untuk perilaku pengemudi ilmiah. Orang ilmiah akan mengemudi di jalan tol dengan kecepatan maksimum 100 km/jam dan menjaga jarak sesuai dengan kecepatannya.  Orang ilmiah tidak butuh “mukjizat” fisik berupa kecelakaan fatal untuk berperilaku mengemudi yang aman.  Jelas kan? jadi, Anda ilmiah atau jahiliah? Ingat, gaya mengemudi jahiliah akan merugikan orang di depan dan dibelakang Anda beserta segenap keluarganya. Sebaik-baik orang adalah yang paling bermanfaat bagi sesama, demikian Al Hadits. Jika belum bisa memberi manfaat, paling tidak janganlah kita merugikan sesama. Sekali lagi, di jalan tol, Anda ilmiah atau jahiliah?

Diskusi lebih lanjut? Gabung Grup Telegram  atau Grup WA SNF Consulting

***Ditulis dalam suasana mudik Idul Fitri 1440 H oleh Iman Supriyono, konsultan dan direktur SNF Consulting  yang juga memiliki latar belakang pendidikan sarjana teknik mesin di ITS. Selamat Idul Fitri, mohon maaf atas segala khilaf.

8 responses to “Di Jalan Tol, Anda Jahiliah atau Ilmiah?

  1. Analisis yang Logis Cak 👍👍👍
    Yang Nomor 14 Sedia Payung sebelum Hujan ☔

  2. Boleh juga. Tp padan kata antara jahiliah ato ilmiah yg kurang pas jika diperlawankan
    Krn saat ini yg jahiliah sering mlh ilmiah. Artinya yg ilmiah blm tentu tidak jahiliah & yg menjalankan kegiatan jahiliah banyak juga secara ilmiah ato dengan ilmu
    Jahiliah adalah kata keterangan. Ilmiah lbh ke kpd kata sifat. Mhn maaf jika msh ada yg kurang pas. Sekedar sharing..

  3. Ping-balik: Tercekik: Separah Apakah Krakatau Steel? | Catatan Iman Supriyono

  4. Ping-balik: Jahiliah atau Ilmiah? | Catatan Iman Supriyono

  5. Ping-balik: Thomas Edison-GE: Mengapa Riset Kita Mandul? | Catatan Iman Supriyono

  6. Ping-balik: SNF Consulting: Peran Sosial & Pembiayaannya | Catatan Iman Supriyono

  7. Ping-balik: SNF Consulting: Peran Kemasyarakatan & Pembiayaannya | Catatan Iman Supriyono

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s