Astra Internasional, Masihkah Mengagumkan?


Laporan keuangan terlama yang masih tersedia di web resmi Astra Internasional adalah tahun 2008. Saat itu omzetnya adalah Rp 97 triliun. Omzet perusahaan terus tumbuh hingga pada tahun 2022 mencapai 301 triliun. Artinya, rata-rata pertumbuhan omzet tahunan astra secara kompon (CAGR, compounded average growth rate, rata-rata pertumbuhan tahunan majemuk) adalah 8,4%. Pertumbuhan yang kecil tidak jauh dari inflasi tahunan.

Aset akhir 2008 adalah Rp 81 triliun (pembulatan). Akhir tahun 2022 menjadi 413 triliun. Pertumbuhan rata-rata kompon tahunan dalam periode itu adalah 12,3%. Pertumbuhan aset lebih baik walaupun juga bisa digolongkan pertumbuhan yang lambat karena ada unsur inflasi. Tapi pertumbuhan aset yang lebih baik ini justru menunjukkan kemampuan Astra untuk mengubah aset menjadi pendapatan justru menurun seiring bertambahnya waktu.

Bagaimana pertumbuhan labanya? Laba tahun 2008 adalah Rp 9 triliun. Tahun 2022 adalah Rp 40 triliun. CAGR adalah CAGR 11,3%. Angkanya juga rendah.

Nilai pasar terlama yang masih tersedia secara online adalah tahun 2005 yaitu Rp 975 per lembar saham. Saat saya menulis artikel ini nilainya adalah Rp 5175. Jika dihitung pertumbuhannya dengan CAGR hasilnya adalah 9,72%.

&&&

Saya masih ingat betul suasana tahun 90-an. Astra Internasional adalah tempat kerja dambaan para alumni. Jangankan kerja di Astra. Bahkan kerja praktik di Astra pun sudah merupakan kebanggaan. Dambaan. Singkat cerita, Astra adalah perusahaan bonafid bagi para lulusan perguruan tinggi.

Bagaimana saat ini? Saya tanya kepada yunior di SNF Consulting yang baru lulus  beberapa tahun lalu dari fakultas teknik Universitas Indonesia. Suasana seperti yang saya rasakan tahun 90-an masih bertahan hingga saat ini. Artinya, Astra masih bertahan sebagai perusahaan impian para lulusan baru. Dambaan para fresh graduate.

Apa manfaatnya bagai Astra? Tentu saja adalah melimpahnya SDM terbaik. Ini sangat penting bagi sebuah perusahaan. Nah, dengan SDM seperti itu, mengapa Astra sepanjang belasan tahun ini ternyata tidak menghasilkan kinerja pertumbuhan yang meyakinkan? Mengapa tidak tumbuh pesat?

Sebagai bandingan, nilai pasar per lembar saham Starbucks Corporation tahun 1992 adalah USD 0,34. Saat ini nilainya adalah USD 94,13. Dengan demikian CAGR selama 32 tahun adalah 19,2%. Hampir 20% per tahun.

Mungkin Anda akan segera membantah, Starbucks kan berada pada industri yang berbeda dengan Astra? Kan tidak apple to apple? Betul sekali. Memang seperti itu. Tapi bagi para investor, CAGR adalah alat ukur super penting untuk berinvestasi di industri apapun. Pertumbuhan CAGR mencerminkan pertumbuhan ROI dan pertumbuhan capital gain. Juga pertumbuhan dividen. Ketiganya adalah variabel krusial dalam investasi.

Bagi Astra, akibat ketidaksukaan investor adalah cost of capital yang tinggi. Data saat saya menulis artikel ini, biaya modal dari sumber ekuitas Astra adalah 15,8%. Artinya, jika Astra hari ini menerbitkan saham senilai Rp 100 triliun untuk ekspansi bisnis misalnya, investor menghendaki imbal hasil Rp 15,8 triliun. Mahal sekali. Itulah Astra di mata para investor. Starbucks hanya sekitar 4%.

Bagaimana di mata para calon karyawan? Bagi mereka, CAGR adalah sejalan dengan pertumbuhan kesejahteraan. Bekerja di perusahaan dengan CAGR tinggi artinya pertumbuhan kesejahteraan juga tinggi. Demikian juga sebaliknya. Maka, CAGR juga merupakan variabel penting untuk memilih perusahaan sebagai tempat bekerja.

Apa artinya? Rendahnya CAGR dalam jangka panjang adalah membahayakan masa depan Astra. Dibutuhkan koreksi strategi dari apa yang selama belasan tahun ini telah dijalani perusahaan konglomerasi itu. Perbaikan seperti apa? Tidak mungkin untuk menganalisisnya secara lebih dalam kecuali dengan membaca data internal Astra. Dan tentu saja tidak mungkin ditulis dalam artikel singkat seperti ini. Apalagi Astra memiliki bisnis yang dari A sampai Z. Lalu untuk apa ditulis dalam artikel ini? Sebagai pembelajaran bagi Anda para pembaca agar tidak mudah silau dengan perusahaan yang sekilas tampak mengagumkan. Anda mendapatkan pelajarannya?

Membutuhkan layanan penyusunan Family Constitution? Hubungi SNF Consulting

Artikel ke-444 karya Iman Supriyono ini ditulis untuk dan diterbitkan oleh Majalah Matan edisi April 2024, terbit di Surabaya.

Diskusi lebih lanjut? Silakan bergabung Grup Telegram  atau Grup WA KORPORATISASI atau hadiri KELAS KORPORATISASI
Anda memahami korporasi? Klik untuk uji kelayakan Anda sebagai insan korporasi

3 responses to “Astra Internasional, Masihkah Mengagumkan?

  1. jika saya sebagai pencari kerja sepertinya memilih kerja di Astra atau di Starbucks masih memilih kerja di Astra, karena Starbuck di Indonesia hanya operator tidak ada jenjang karier hingga atas seperti Astra, CMIIW

  2. Ping-balik: Jebloknya Konglomerasi | Korporatisasi

Tinggalkan Balasan ke Korporatisasi Batalkan balasan