Yulianto Sochebu. Orang perhotelan dan pariwisata tentu sangat mengenalnya. Kini ia adalah ketua PHRI Jawa Timur. Organisasi ini mewadahi insan perhotelan dan restoran untuk bersinergi mencapai kemajuan bersama.
Beberapa tahun yang lalu, Pak Yul, demikian saya biasa memanggil, adalah general manager Natour Simpang Hotel Surabaya. Di hotel yang kini bernama Inna itu Pak Yul terbilang sukses. Atas keberhasilan itu kemudian ia dipromosikan untuk memimpin hotel hotel lain yang lebih besar dalam jaringan Inna. Kini ia berposisi di kantor pusat hotel yang jaringan nya tersebar ke berbagai kawasan di Indonesia itu.
Pada saat masa kepemimpinannya di Inna Simpang, saya sempat menjadi konsumennya. Beberapa kali saya membutuhkan ruang dan kamar untuk penyelenggaraan acara yang saya gelar. Jadilah saya lumayan dekat dengan beberapa orang karyawan anak buah Pak Yul. Dari cerita mereka, saya mendapatkan informasi menarik tentang pak Yul. Informasi tentang bagaimana Pak Yul sukses memimpin hotel yang berada di jantung kota pahlawan ini. Apa rahasianya? Pak Yul kenal dengan siapapun. Seolah tidak ada orang yang tidak dikenalnya. Pergaulannya luas sekali.
♦♦♦♦
Iwan Fals, Titiek Puspa, Rhoma Irama, Inul Daratista, Ebiet G Ade, Ahmad Dhani, Kris Dayanti, Rossa, Opick, Pasha Ungu, Gita Gutawa, Bunga Citra Lestari, Dian Sastro, Giring Nidji. Anda tentu mengenal deretan nama nama ini. Walaupun tidak semuanya Anda kenal, saya yakin sebagian besar nama itu Anda kenal.
Bahkan ada banyak orang yang bukan sekedar mengenal namanya. Ada yang sampai hafal betul dengan segala detail. Hafal dan bahkan mengoleksi seluruh lagu yang pernah dinyanyikannya, hafal sejarah perjalanan hidupnya, hafal tanggal lahirnya, hafal nama keluarganya. Mengapa? Karena mereka memang sangat dikenal. Artis sukses. Selebritis.
Bagaimana kalau pertanyaannya dibalik? Apakah mereka para selebritis itu mengenal Anda? Saya yakin jawabannya akan kompak. Para selebritis itu tidak mengenal Anda. Memang begitulah sifat yang melekat pada para selebritis: dikenal banyak orang tetapi tidak mengenal banyak orang. Jutaan orang menghafal dengan sangat baik deretan nama nama di atas. Tetapi, para pesohor itu tentu tidak mengenal jutaan orang penggemarnya.
Enakkah menjadi selebritis? Mungkin kita bisa belajar dari orang lain yang karakternya kebalikan dari para selebritis. Jika selebritis dikenal banyak orang tetapi tidak mengenal banyak orang, orang ini kebalikannya. Mengenal banyak orang tetapi tidak dikenal banyak orang. Adakah orang seperti ini? Ada. Siapa? Mereka adalah para intel alias agen rahasia. Dalam menjalankan pekerjaanya, seorang intel dituntut untuk mengenal banyak orang dengan baik dan detail. Tetapi, ia sendiri tidak boleh dikenal banyak orang. Intel harus selalu menjaga kerahasiaannya. Namanya juga dinas rahasia.

Intelijen: kenal banyak orang tetapi tidak mau dikenali orang lain
♦♦♦♦
Pembaca yang budiman, profesi apapun membutuhkan pemasaran. Keahlian ini akan menjadi pemicu prestasi tinggi untuk bidang pekerjaan apapun. Apalagi kalau profesi kita memang pemasar atau pengusaha. Pemasaran akan menjadi cara terpenting untuk mencapai keberhasilan profesi. Pemasaran akan menjadi keahlian terpenting untuk mengundang uang.
Apa hubungannya dengan selebritis dan intel? Pemasaran membutuhkan gabungan dari keduanya. Gabungan yang seperti apa? Ada dua kemungkinan. Pertama adalah orang yang berkarakter tidak dikenal banyak orang (seperti intel) dan tidak kenal banyak orang (seperti selebritis). Tidak dikenal banyak orang dan tidak mengenal banyak orang. Seimbang dalam pengertian negatif. Kurang pergaulan. Nah, karakter ini tentu sangat tidak cocok untuk pemasaran. Apapun profesi kita.
Kemungkinan kedua adalah dikenal banyak orang (seperti selebritis) dan kenal banyak orang (seperti intel). Dikenal banyak orang dan mengenal banyak orang. Sangat mudah bergaul. Supel. Siapapun dikenalnya dan siapapun mengenalnya. Seimbang dalam pengertian yang positif. Sangat dibutuhkan untuk pemasaran. Apapun profesi kita.
Pembaca yang budiman, suatu saat saya pernah menelepon Pak Yul, orang yang saya ceritakan pada pembukaan tulisan ini. saya menelponnya setelah lama sekali tidak menelepon. Terdengar nada yang menunjukkan bahwa nomor telepon Pak Yul sedang aktif. Tetapi beberapa kali dering tidak diangkatnya. Saya Pun menghentikan telepon tersebut. Nanti akan mencobanya lagi.
Tetapi apa yang terjadi, sebelum saya menelponnya kembali ternyata Pak Yul yang terlebih dahulu mengontak saya melalui SMS. Ia menyatakan minta maaf tidak bisa mengangkat telepon karena suatu hal dan kemudian juga menanyakan siapa saya. Dia sudah tidak menyimpan nomor saya di telepon selulernya. Mungkin ia pernah berganti telepon seluler dan belum sempat memasukkan kembali nama saya.
Apa yang menarik? Ternyata Pak Yul benar benar berkarakter marketer. Tidak menyepelekan setiap kontak dengan orang lain. Orang lain yang nomornya tidak dikenal pun diperhatikan. Bukan sebaliknya, tidak mau mengangkat telepon apabila nomor yang masuk ke handphonenya tidak dikenal.
Dengan cara begitu, Pak Yul tidak pernah kehilangan kontak. Aset untuk mengenal banyak orang dan sekaligus dikenal banyak orang. Tidak bergaya selebritis. Juga tidak bergaya intel. Ia menggabungkan gaya selebritis dan intel dalam pengertian positif. Dikenal dan mengenal banyak orang. Seimbang. Persis seperti pendiri Zara yang kurang lebih mengatakan bahwa seorang entrepreneur sejati itu seumur hidupnya hanya tiga kali dikornkan. Atau diviralkan dalam konteks kekinian. Kapan itu? Saat lahir diviralkan oleh ayah ibunya. Saat menikah divirialkan oleh ayah ibunya, kawan-kawan dekatnya dan dirinya sendiri. Dan saat meninggal diviralkan oleh keluarga yang ditinggalkannya. Selebihnya hanya dikenal oleh orang yang juga mengenalnya. Anda bagaimana?
Diskusi lebih lanjut? Gabung Grup Telegram atau Grup WA SNF Consulting
Tulisan Iman Supriyono ini pernah dimuat di majalah BAZ, terbit di Surabaya, dengan sedikit pengeditan