Krupuk Warna Warni Abunawas
Oleh Iman Supriyono, konsultan pada SNF Consulting, http://www.snfconsulting.com
Konon, Abunawas memiliki seorang istri yang sangat cantik. Paling cantik di kampungnya. Begitu cantiknya sehingga siapapun kaum lelaki pasti akan mengaguminya. Bapak-bapak tetangga Abunawas yang sudah beristri bahkan bukan hanya mengagumi. Mereka suka memandang berlama-lama kecantikan nyonya Abunawas. Bahkan ada yang usil menggoda manakala wanita tercantik yang tidak lain adalah istri Abunawas lewat.
Melihat ulah tetangganya ini, tentu saja Abunawas tidak suka. Ia merancang sebuah cara untuk menasihati para tetangganya. Untuk itu ia mendapatkan ide yang sangat jitu. Dengan skenario ide itulah pada suatu hari Abunawas mengundang seluruh tetangganya yang sudah beristri.
Begitu seluruh undangan berkumpul, Abunawaspun meminta para pembantunya untuk segera mengeluarkan hidangan yang telah dipersiapkan. Kali ini Abunawas menghidangkan krupuk istimewa kepada para tamunya. Satu orang satu piring. Mak Nyuus….begitulah krupuk hidangan Abunawas kali ini.
Ada yang menggelitik para undangan. Memang krupuk yang disantapnya benar-benar nikmat. Namun demikian, para undangan penasaran dengan krupuk yang dinikmati undangan lain. Penasaran ini timbul karena memang setiap orang mendapatkan sepiring krupuk dengan warna tertentu yang berbeda dengan warna krupuk tamu lainnya. Si A mendapatkan krupuk merah, si B krupuk kuning, si C hijau, si D biru….dan seterusnya.
Si A yang mendapatkan krupuk merah mencicipi krupuk kuning milik si B dan sebaliknya. Si A juga mencicipi krupuk hijau miliki si C dan sebaliknya. Demikianlah, semua orang akhirnya mencicipi krupuk warna lain di piring kawan-kawannya sesama tamu.
Ternyata, seluruh krupuk yang berwarna warni tadi rasanya sama. Jadilah para tamu protes kepada Abunawas. Memang mereka merasakan krupuk yang istimewa dan luar biasa nikmat. Tetapi mereka protes mengapa krupuk yang rasanya sama saja kok diberi warna bermacam macam. Mereka protes karena Abunawas telah membuat kecele para tetangganya.
Mendapatkan protes seperti itu, Abunawas lega. Memang protes seperti itulah yang menjadi skenarionya. Ia pun berdiri dan berbicara. “Bapak-bapak tetanggaku semua, krupuk aneka warna rasa sama itu adalah sebuah cermin. Toh semuanya sama nikmatnya. Sebenarnya saya yang lebih protes kepada Bapak-bapak. Mengapa Bapak-Bapak suka memandangi dan menggoda istri saya. Bukankah bapak-bapak semua telah beristri? Bukankah istri saya dan istri bapak-bapak rasanya juga sama?”
@@@
“Assalamualaikum. Saya seorang pegawai di sebuah perusahaan. Alhamdulillah, saya memiliki sebuah mobil. namun jarang dipakai. Saya berencana menyewakan mobil tersebut. Tapi, ada saudara yang menyarankan mobil itu dipakai untuk berjualan makanan seperti yang terlihat di beberapa ruas jalan di Surabaya. Menurut Pak Iman, manakah yang lebih menguntungkan, menyewakan mobil atau menggunakan untuk jualan makanan keliling? Terus terang, saya tertarik untuk memanfaatkan mobil itu agar mendatangkan keuntungan daripada sekedar untuk jalan – jalan sama keluarga. Terima kasih atas masukannya”. Demikian pertanyaan Pak Anwar, salah seorang pembaca majalah kita yang berada di Surabaya ini.
Kalau Anda membaca rubrik ini edisi bulan lalu, disana telah saya gambarkan bahwa untuk menggapai kesuksesan yang optimal, seseorang harus memilih suatu bidang dan kemudian fokus. Fokus seperti inilah yang mampu mengantarkan kerja keras seseorang menuju kesuksesan.
Pak Anwar, pengirim pertanyaan di atas, adalah seorang pegawai sebuah perusahaan. Bila sudah mantap dengan pilihan karir sebagai seorang pegawai pada sebuah perusahaan, langkah selanjutnya adalah fokus dan berkonsentrasi pada pekerjaan agar karir berkembang. Bekerja habis-habisan.
Secara finansial, fokus pada pekerjaan sebagai seoang pegawai perusahaan harus didukung dengan kebijakan anggaran yang disiplin menabung. Tiap bulan harus ada sebagian gaji yang ditabungkan. Orang-orang yahudi menguasai ekonomi dunia salah satunya adalah karena ia biasa berdisiplin untuk menyisihkan 10% pendapatan tiap bulan untuk ditabung dan selanjutnya untuk investasi.
Nah, kembali pada pertanyaan tentang mobil, agar bisa tetap fokus pada pekerjaan, pendayagunaan mobil untuk menghasilkan pendapatan harus diposisikan sebagai investasi, bukan bisnis. Bedanya, bisnis dikerjakan sendiri sedangkan investasi dikerjakan orang lain.
Menyewakan mobil bisa bermakna investasi bila pengelolaanya dilakukan oleh orang lain. Mobil dipercayakan kepada orang lain yang memiliki bisnis rental dan sudah terbukti berjalan dengan baik paling tidak selama dua tahun. Sistemnya bisa bagi hasil atau mungkin disewakan dengan sistem bulanan. Jadi Pak Anwar menyewakan mobil kepada rental profesional dengan tarip bulanan dan rental tersebut yang akan mencari konsumen bersama-sama dengan mencarikan konsumen untuk mobil lain yang selama ini juga sudah dikelolanya.
Menggunakan mobil untuk berjualan makanan pun juga harus diposisikan sebagai investasi, bukan bisnis. Mengelola sendiri usaha jualan makanan dengan mobil berarti berbisnis. Kulakan bahan makanan, mencari pekerja, mencuci piring, melakukan pencatatan keuangan, dan sebagainya adalah aktivitas yang harus dilakukan dalam mengelola usaha jualan makanan bermobil sebagai bisnis.
Menggunakan mobil untuk berjualan makanan sebagai investasi berarti mencari partner. Partner itulah yang akan mengerjakan seluruh operasional bisnis dan Pak Anwar adalah investor. Mobil milik Pak Anwar dimanfaatkan sebagai saran berjualan nasi dan diperhitungkan sebagai investasi. Imbalan investasi bisa disusun dengan skema bagi hasil dengan porsi seseuai kesepakatan.
Memposisikan mobil sebagai investasi sebagaimana penjelasan di atas berlaku kalau Pak Anwar sebagai pemilik mobil sudah mantap untuk memilih karir sebagai seorang pegawai perusahaan. Segala sesuatunya akan jagi lain kalau Pak Anwar merasa tidak pas dengan posisinya sebagai seorang karyawan. Jika demikian halnya, maka pemanfaatan mobil dilakukan dalam kerangka rintisan bisnis. Pak Anwar memulai bisnis kecil kecilan dengan memanfaatkan mobil (bisa berupa persewaan mobil atau jualan makanan, pilih salah satu). Nanti, kalau bisnis sudah cukup menghasilkan uang sebagai pengganti gaji dari perusahaan, Pak Anwar bisa keluar dan kemudian konsentrai (fokus) menggenjot bisnisnya agar membesar.
Lalu…menyewakan mobil atau berjualan makanan? Baik memposisikan sebagai bisnis maupun sebagai investasi, keduanya bisa dipilih dengan pertimbangan utama: penguasan. Sebagai investasi, mana partner yang dianggap lebih menguasai bisnisnya dan lebih kredibel. Kalau partner rental lebih kredibel pilihlah rental, kalau partner dalam penjualan makanan lebih kredibel, pilihlah berjualan makanan.
Sebagai bisnis, kalau Pak Anwar lebih menguasai medan bisnis rental, pilihlah rental. Sebaliknya kalau penguasaan medan bisnis penjulan makanan lebih unggul, pilihlah penjulan makanan dan tekuni.
Yang penting, ketika seseorang telah menentukan pilihan, harus tahan untuk menepis godaan-godaan untuk melirik pilihan orang lain. Apa yang dilakukan orang lain nampak lebih mudah menghasilkan duit dari pada apa yang kita lakukan. Istri orang lain nampak lebih cantik dari pada istri sendiri. Ini bahaya. Bahaya tidak bersyukur atas nikmat-Nya, juga bahaya karena kehilangan daya fokus. Anda sudah memilih? Sudah fokus?
tulisan ini pernah diumuat di majalah Lagzis, terbit di sby