Mencintai Orang Miskin
Oleh Iman Supriyono, konsultan pada SNF Consulting, http://www.snfconsulting.com
Melalui pesawat telepon, Fulan Satu mencetakan kesulitan ekonominya. Ia adalah seorang pedagang roti. Setiap pagi Fulan mengambil roti dan menjualnya keliling. Nilai seluruh barang dagangan yang biasa dibawanya tiap hari adalah sekitar Rp 500 ribu. Dengan cara inilah ia menghidupi diri dan keluarganya
Suatu saat, sebagaimana yang dicerikakannya melali pesawat telepon, keluarganya membutuhkan uang mendadak. Karena tidak ada alternatif lain, ia pun terpaksa memakai uang yang biasa dipakai untuk modal berjualan roti. Akhirnya, sudah beberapa hari ia tidak bias lagi berjualan roti. Praktis sendi ekonomi keuarganya kacau balau.
Melalui pesawat telepon, fulan kemudian menyatakan keinginannya untuk datang dan berkonsultasi. Ia ingin menyelesaikan permasalahannya. Ia ingin bangkit lagi. Ia ingin berdagang roti seperti biasanya. Sayapun mempersilakan Fulan untuk datang.
Sebagaimana waktu yang dijanjikan, fulang datang. Pertemuan dengannya saya manfaatkan untuk menggali lebih lanjut informasinya. Berkenalan lebih dalam tentang iri dan usaha jualan rotinya. Singkat kata, Ia memang membutuhkan suntikan dana agar sendi ekonominya berputar kembali. Ketika pulan, saya pun memberikan uang yang dibutuhkannya untuk melanjutkan usaha jualan rotinya. Janjinya, ia akan mengembalikan uang itu pada saat tertentu.
♦♦♦♦
Ia adalah seorang pedangan kue gorengan tidak jauh dari rumah saya. Tiap malam, Fulan Dua, sebut saja begitu, menjajakan pisang goreng, singkong goreng, ote ote, tempe goreng, dan sejenisnya di sebuah kios sederhana di pinggir jalan kampung. Dengan cara inilah ia membiayui kebutuhan hidup istri bersama seorang anaknya.
Suatu saat, sebagaimana yang diceritakan pada saya, ia terpukul bukan kepalang. Peralatan untuk memasak kue gorengannya hilang dicuri orang. Maka, praktis seluruh aktivitas bisnsinya terhenti. Sumber pendaptan keluarga pun terputus. Ekonomi keluarganya korat karit.
Beban permasalahan yang dirasakannya berat mendorongnya untuk mendatangi saya. Intinya, ia memerlukan bantuan. Ia butuh dipinjami uang yang cukup untuk membeli perlengkapan dapur yang hilang. Tanpa pikir panjang, saya langsung meminjaminya. Tidak terlalu banyak memang. Tetapi dengan uang itu ia sudah bisa mendapatkan kembali “cangkul” bisnsisnya yang hilang.
♦♦♦♦
Suatu sore sepulang sholat magrib dari masjid saya sedang bersantai di rumah. Ngobrol santai sana sini dengan keluarga. Tiba tiba pintu diketuk oleh seseorang. Begitu saya buka, yang datang adalah seorang lelaki paruh baya. Fulan tiga, sebut saja begitu, menceritakan kesulitan hidupnya. Anaknya yang nomor tiga dirawat di rumah sakit dengan sakit cukup serius: muntah darah.
Ia pun menceritakan lebih detail tentang latar belakang kelaurganya, anak anaknya, tempat tinggalnya, proses membawa anaknya ke rumah sakit, dan…..tentu saja tentang kesulitan finansialnya. Ia tidak memiliki kemampuan ekonomi yang cukup untuk membayar biaya rumah sakit.
Atas kesulitan itu, ia perlu bantuan. Ia minta sumbahan uang seiklasnya. Saya pun tergerak untuk membantunya. Rp 20 ribu saya berikan secara tunai. Karena fisiknya yang masih kuat dan latar belakang, saya berjanji akan memberinya lagi uang Rp 100 ribu keesokan harinya dengan syarat: setelah ia membersihkan rerumputan liar yang tumbuh di sebuah tanah kosong di samping dan belakang rumah saya. Ia pun berjanji untuk datang.
♦♦♦♦
Wasis Sulaiman, kawan yang pimpinan PT Indosat di Medan pernah bercerita tentang renungannya. Renungan tentang Nabi Muhammad SAW. Orang Islam selalu diajari bahwa Nabi SAW sangat mencintai orang miskin. Pak Wasis-semikian saya biasa memanggilnya- risau terhadap orang islam yang mengagungkan kemiskinan. Bahkan hidup miskin dengan alasan agar dicintai nabinya.
Renungan pak Wasis dilatar belakangi oleh orang orang seperti Fulan Satu, Fulan Dua dan Fulan Tiga di atas. Ada apa dengan para fulan itu? Ketiganya kompak tidak pernah lagi datang ke saya sebagaimana yang telah dijanjikannya. Menghilang.
Dalam renungan Pak Wasis, inilah salah satu karakter negatif orang miskin di antara banyak karakter negatif lain: tidak bisa dipercaya, tidak suka belajar, kata katanya tidak bisa dipegang, sulit diatur, jorok, menjengkelkan, suka “menduduki” tempat tempat umum dengan lapak lapak dagangannya, dan sebagainya. Tentu banyak orang miskin yang tidak seperti ini. Tetapi Fulan Satu, Fulan Dua dan Fulan Tiga ternyata juga punya banyak kawan.
Nabi menyintai orang miskin. Bukan karena orang miskin itu hebat sehingga kita harus menjadi miskin. Tetapi, justru karena nabi lah yang hebat. Tidak dibutuhkan orang hebat untuk menyintai orang kaya yang cerdas, pintar, menepati janji, rapi, wangi, perlente, janjinya selalu tetap karena di back up bank garansi, dan sebagainya. Maka, kita harus meneladani nabi yang hebat. Hebat karena terhadap orang miskin-termasuk yang menjengkelkanpun- nabi masih sangat dalam cintanya. Tentu bukan dengan mempertahankan karakter buruk yang sering identik dengan orang miskin. Tetapi dengan mengajarinya menajadi orang yang kata katanya bisa dipegang, menjaga kebersihan, tidak menempati lahan lahan yang bukan hakmiliknya, dan sebagainya. Terpercaya. Jika sudah seperti ini, tentu akan mudah bagi mereka untuk dipercaya para pemilik uang. Kalau bekerja karirnya akan menanjak. Kalau berjualan dagangannya akan laris. Tidak miskin lagi!
tulisan ini pernah dimuat di majalah Yatim, terbit di Surabaya
Mudah2an memberi manfaat..Para sahabat Rosul Khulafaur Rasyidin adalah orang kaya dan Rosul Cinta dan Bangga terhadap sahabatnya. mudah-mudahan saya bisa meniru para Sahabat saja Amien dan bukan mnjadi bagian dari ketiga fulan diatas,
amin, semoga barokah-Nya selalu menyertai kita
boleh jadi memang keliru yang digemari. mengapa? ya karena rasa keberpihakan apalagi dilakukan oleh Kekasih Tuhan, dilihat dari sisi yang kasad mata telanjang bukan dan menjadikannya senjata ampuh
“… Nabi: Mencintai Orang Miskin” (bagaimana kalau di edit/potong, di sini, sementara “Jangan Sampai Salah Persepsi…” di sembunyikan, sesuai asas menguntungkan (sesaat) disini merugikan (keseluruhan) disana . . . unsur menghiba+ber dalil, jadi lebih kuwatt+membenarkan diri memilih sikap.
keuntungan bagi, mereka berkenan melanjutkan membaca kaji kupasan mas Imam (hingga tuntas, bukan ambil potongan dan menyikapi dengan teguh).
boleh saya mengajukan pertanyaan?
ada kecenderungan menyimak sesuatu kelewat (membaca) tjepat,
sayang tak cermat kemudian memutuskan bersikap? apa ini 1 famili dengan pemikiran instant+efectnya
Ini Share pak…di suatu hari kami betemu seorang dimana org tsb finasialnya dan kehidupannya sangat memprihatinkan, rumahnya sanagt terbuka maksud sy tmpa da sekat sama skali artinya ruang tidur ruang tamu tempat memasak jadi satu dan keadaanya sangt berantakan punya anak tiga dan satunya perempuan sdh balig. rumahnya beralaskan tanah. sesama manusia dan seorg muslim sdh kwajiban kita u membantunya. kita berikan pekerjaan sesuai dgn kemampuananay dgn harapan mereka bs mempaerbaiaki kehidpannya lebih maju dan lebih bertaqwa kpd Allah. kami membbingnya step by step. Dari segi ruhiya kami mebibngnya mis : mengajaknya sholat bareang ato mengingatkan wakt sholat walaupun itu tak paernah dia kerjakan kami masih berharap da perubahan dlm dirinya melalui sentuhan sentuhan kita.
Dari beberapa interaksi org ni bs dberi kepercayaan dan bs bekerja.tanpa da rasa suudhzon kami berikan kepercyaan itu karna kami t pernah membeda dedakan org . Dia adalah saudara kami itulah yg da dlm diri kami. Dlm beberapa bln mereka manpu melksankan amanahnya dlm bekerja tp ternyata mereka bermain d belakang layar. Terutama isrtinya ternyata tdk amanah tdak jujur mereka menyalahgunakan kepercayan yg tlh kami berikan. mereka membuat data fiktif dan menggunkan uang kami. beberpa kasus kami msh mentolilir tapi akhirnya kami t sanggup lagi karna belkangan dia tenyata ketahuan bohong damn kami pyn tanggungan yg hrs d wajib kami penuhi.
Kami berlindung dari amal yg buruk dan penyakit hati kami kpd Allah. sebebarnya g tega juga tp gmn lagi.kami skrg jg tengah dlm kesulitan financial karna masalah itu. Masih bayak taggunagn keuangan yg hrs kami bayar kapada rekan kerja kami dlm beberapa hari ini sedangkan uang kami mash blm mencukupi. Rsa cemas bingung geregetan jga bercampur adauk. Ya Allah berikan jlan keluar dan kemudahan problem kami.
Kami msh berharap mereka jg bs mengambil hikmah tas perbuatannya dan berubah u dlm kebaiakan. Bermuhasabah dan memperbaiaki diri kami smoga kami bis menjalani kedaan ini. berilah bimbinganMU Ya Allah.
sebuah pengalaman yang insyaallah memperkaya himah dalam diri kita. terima kasih telah berbagi. moga semuanya jadi lebih baik