Pemain Band: Logika Asuransi


Saat sekolah SMP di kota kecil 6 kilometer dari kampung halaman, bisa bermain musik adalah salah satu tanda tingginya kelas sosial. Maka, sebagai anak desa tepi hutan yang sederhana, saat itu saya merasa berada di kelas sosial yang berada jauh dibawah Edy, Andri, Arif, dan Sapta. Mereka adalah beberapa kawan pemain band pada acara acara pentas musik di sekolah yang masih saya ingat. Mereka adalah beberapa contoh selebritis. Mereka kelas atas saat itu. Saya? Jangankan membayangkan bermain gitar dan memiliki gitar… bisa membeli sepeda angin untuk pergi pulang ke sekolah saja sudah sangat bersyukur.

Dua puluh empat tahun kemudian kawan kawan SMP mengadakan reuni. Tentu saja sebuah keindahan luar biasa bisa bertemu lebih dari separuh dari sekitar 300 kawan seangkatan. Tampak juga beberapa kawan yang dulu menjadi selebritis sekolah. Keindahan makin sempurna dengan hadirnya beberapa bapak ibu guru yang sekarang sudah sepuh. Berusia lanjut.

Sebagian dari kawan-kawan selebritis sekolah saat SMP

Asyik sekali bersenda gurau dengan kawan masa kecil. Salah satu topik pembicaraan yang sering muncul adalah kabar tentang kawan kawan yang tidak sempat hadir. Nah…dari pembicaraan ini saya memperoleh sebuah kabar penuh hikmah. Seorang kawan yang dulu menjadi pemain musik dan selebriti sekolah (tentu bukan salah satu dari nama yang saya tulis di atas) kini nasibnya berbalik. Saat remaja menajdi selebritis…24 tahun kemudian berada pada kelas ekonomi yang jauh dari selebritis. Bahkan untuk hadir di reuni saja tidak berani karena minder. Perubahan luar biasa: dari selebritis yang sangat pede menjadi orang bawah yang minder.

•••

“Saya Adi usia 36 tahun, jabatan saya sebagai manejer disalah satu perusahaan swasta. penghasilan 8 juta perbulan, anak 3 orang. anak pertama berusia 6 tahun, anak kedua berusia 4 tahun dan yang ketiga berusia 2 tahun. Sekarang banyak tawaran asuransi pendidikan anak, dengan model investasil. saya pengen merencanakan pendidikan anak saya tapi masih bingung. Pilihan perencanaan keungan untuk pendidikan anak itu seharusnya bagaimana?”

Ini adalah pertanyaan seorang pembaca. Kisah tentang kawan selebritis yang kemudian nasibnya berubah drastis menjadi kelas ekonomi bawah bisa memberi inspirasi jawaban. Kehidupan memang terkadang bisa menurun. Tidak selalu datar atau naik. Orang kaya bisa menjadi miskin. Orang sehat bisa sakit. Orang sehat bisa mati. Sering kali sakit dan kematian datang tanpa tanda tanda sama sekali. Diluar dugaan.

Saat risiko seperti itu terjadi, maka tentu terasa berat bagi yang mengalaminya. Maka…tolong menolong menjadi sesuatu yang sangat penting. Di desa-desa, setiap ada warga yang terkena musibah seperti itu, para tetangga berbondong bondong datang membantu. Ada yang membawa beras, gula, kopi, dan tidak jarang juga berupa uang. Model tolong menolong seperti inilah yang di jaman modern ini kurang lebih dilakukan dengan asuransi. Ribuan bahkan jutaan orang dari berbagai penjuru saling tolong menolong dalam menghadapi risiko dan musibah dengan dikoordinir oleh perusahaan asuransi.

Asuransi pendidikan, seperti yang ditanyakan oleh Pak Adi, pada dasarnya bukanlah murni asuransi. Asuransi pendidikan adalah gabungan dari dua hal yang dibendel jadi satu: asuransi dan investasi. Asuransi berfungsi sebagai pelindung alias sarana tolong menolong untuk menghadapi risiko risiko yang mungkin timbul. Persis seperti model tolong menolong yang ada di kampung kampung. Saat ada tetatangga yang sakit atau meninggal, Pak Adi atau Anda para pembaca menolongnya. Ini mirip premi asuransi. Anda tidak sakit atau terkena musibah tetapi mengeluarkan uang. Sebaliknya nanti kalau Anda menghadapi musibah akan ganti ditolong oleh warga kampung. Pertolongan ini persis cairnya klaim asuransi saat Anda menghadapai risiko musibah.

Jika ikut produk asuransi pendidikan, secara periodik Anda harus menyetor uang kepada perusahaan asuransi. Setoaran ini mengandung dua komponen: premi asuransi dan investasi. premi asuransi berfungsi mirip sumbangan kematian warga desa kepada siapapun yang mendapatkan musibah. Uang investasi akan dikelola oleh perusahaan investasi dan ditanamkan pada investasi yang pada umumnya berupa investasi sektor finansial seperti deposito, obligasi, saham atau mata uang asing dengan harapan mendapatkan imbal hasil alias return. Imbal hasil ini sebagian akan diambil oleh perusahaan asuransi sebagai bagi sumber pendapatan perusahaan dan sebagian lainnya akan dikembalikan kepada Anda sebagai bagi hasil. Uang inilah yang nanti akan diberikan kepada putra putri Anda sebagai biaya pendidikan.
Gambar berikut tidak memiliki atribut alt; nama berkasnya adalah drum.jpg

Bukan hanya uang investasi dan bagi hasil yang menjadi hak Anda. Saat risiko terjadi, Anda juga akan mendapatkan uang pertanggungan seperti layaknya jika di kampung halaman Anda mengalami musibah juga akan dibantu oleh tetangga lain. Uang pertanggungan ini akan diberikan bersamaan dengan uang pendidikan yang diperoleh dari investasi. inilah yang akan diterima putra putri Anda saat mereka nanti membutuhkan uang sekolah sesuai dengan program yang Anda ikuti.

Terus bagaimana memilih tawaran dari berbagai perusahaan asuransi dan aneka paket asuransi yang ditawarkan? Pertama yang harus Anda lakukan adalah memilih perusahaan asuransi yang kredibel. Perusahaan asuransi yang amanah. Jangan sampaai keliru karena ini menyangkut kebutuhan dalam jangka panjang. Kebutuhan saat terjadi risiko. Bukan kebutuhan sekarang. Maka Anda harus memastikan bahwa kondisi perusahaan asuransinya benar benar bagus. Cari info mendetail perusahaan asuransi itu: track recordnya, laporan keuangannya dalam beberapa tahun terakhir, pemegang sahamnya, keluhan pemegang polis saat terjadi klaim dan sebagainya. Semuanya dengan mudah bisa diperleh dengan googling.

Bagaimana dengan pemilihan paketnya? Pilihlah yang sesuai dengan kondisi finansial Anda. Sesuaikan juga dengan prediksi kebutuhan dana pendidikan putra putri Anda. Cari titik temu antara keduanya.

Apakah harus berinvestasi di perusahaan asuransi? Tentu tidak. Asuransi tetap dibutuhkan tetapi investasinya bisa saja tidak di perusahaan asuransi. Bisa saja investasi dengan membeli properti secara kredit untuk disewakan misalnya. Karena melakukan dan mengelolanya sendiri, maka Anda tidak perlu memberi bagi hasil kepada perusahaan asuransi. Semua hasil Anda nikmati sendiri. Tetapi tentu membutuhkan upaya dan keahlian tersendiri. Maka….silakan pilih yang paling sesuai dengan kondisi.

Kehidupan selalu naik turun. Persis seperti yang dialami kawan SMP selebritis pemain band dalam pembuka tulisan ini. Seorang selebritis bisa “terbanting” dan turun menjadi kelas paling bawah. Disinilah perlunya tolong menolong. Disinilah perlunya asuransi. Disinilah perlunya investasi. Apapun yang Anda pilih. Ingat kawan SMP saya yang selebritis pemain band. Ambil pelajarannya. Bisa kan?

Tulisan Iman Supriyono ini pernah dimuat di majalah Mulia, terbit di Surabaya sekitar tahun 2012

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s