Iqro! Bacalah! Dalam konteks ayat ini, profesi manusia bisa dibagi menjadi 2 yaitu praktisi dan ilmuwan. Praktisi diwajibkan membaca untuk dipraktekkan dalam kehidupan praktisnya keseharian. Contoh: petani membaca buku-buku pertanian untuk diterapkan di sawah ladangnya agar makin produktif. Nelayan membaca buku-buku tentang teknologi penangkapan ikan untuk dipraktekkan pada kehidupan profesi kesehariannya agar makin produktif. Manajer membaca buku-buku manajemen agar bisa mengelola perusahaannya dengan makin efektif dan efisien.
Praktisi wajib membaca untuk dipraktekkan. Lalu siapa yang menyediakan bahan bacaan? Tidak lain adalah para ilmuwan atau akademisi. Tugas mereka adalah terus menerus melakukan penelitian menggali ilmu dan menuliskannya. Kewajiban membaca para praktisi tidak akan terlaksana kecuali ada tulisan para ilmuwan sebagai hasil penelitiannya. Maka, praktisi dan ilmuwan bekerja sama untuk melaksanakan perintah pertama dalam Al Qur’an.

Pastikan hanya kematian yang menghentikan keasyikan Anda untuk berkarya memberi manfaat bagi sesama. Pastikan pula setelah kematian datang karya itu masih terus memberi manfaat sebagai amal jariyah
Sebagai penulis, saya sangat terinspirasi oleh Peter Drucker. Menurut wikipedia, Ilmuwan manajemen ini sepanjang hidupnya telah 51 buku. Jika dihitung masa produktifnya, rata rata tiap 1,5 tahun pakar manajemen kelahiran 1909 ini menghasilkan 1 buku. Yang lebih menarik, buku terakhirnya terbit pada tahun 2008 padahal pria berdarah Yahudi ini telah meninggal pada tahun 2005. Luar biasa produktif sehingga kalau Anda belajar tentang manajemen, pastilah Anda akan akrab dengan karya Drucker. Bahkan ia seolah sudah menjadi “nabi” ilmu manajemen. Sangat produktif hingga akhir hayat. Andai saja dia seorang muslim…ilmunya akan menjadi amal jariyah yang pahalanya selalu mengalir karena sampai saat ini selalu dipakai dan diamalkan oleh masyarakat seluruh dunia!
•••
Bisnis sukses dan pensiun muda pada umur 40 tahun! Mungkin Anda pernah mendengar juga slogan seperti ini. Mungkin Anda mendengarnya pada sebuah event seminar motivasi entrepreneurship yang penuh gelora. Wajah wajah antusias disana sini. Membayangkan nikmatnya kesuksesan bisnis dan kemudian pensiun pada umur yang sangat muda. Empat puluh tahun!

Berkarya untuk kemanfaatan bagi sesama sampai akhir hayat
Benarkah pensiun muda menjadi sebuah kabar gembira? Coba kita tengok sejarah para tokoh sejarah Islam. Nabi dan 4 khalifah penerusnya: Abu Bakar, Umar, Utsman dan ‘Ali. Kapan tokoh tokoh besar ini pensiun? Dan…sejarah mencatat, mereka semua tidak pernah pensiun. Mereka mengakhiri karyanya dalam kehidupan dunia ini adalah pada saat ajal menjemput. Bekerja dan berkarya sampai ajal tiba. Itulah kehidupan orang terbaik menurut penghuni bumi maupun penghuni langit. Teladan agung. Terus berkarya sampai kapanpun selama masih ada detak jantung karunia-Nya. Mensyukuri nikmat berupa kesempatan dari Nya dengan memanfaatkannya untuk berkarya.
Jadi, tidak ada konsep pensiun bagi nabi dan para sahabat terbaiknya. Produktif sampai akhir hayat! Drucker yang pakar manajemen melakukan ini dengan sangat baik. Ayah saya di kampung halaman, Hardjo Sentono, saat ini sudah berumur 74 tahun dan juga tetap produktif memelihara sapi, ayam sambil memproduksi brem, jajanan tradisional madiun. Saya menemukan hikmah lain dari orang seperti ayah saya ini: badan dan pikiran tetap prima karena selalu diasah tiap hari. Sampai saat ini ayah masih tangguh bepergian naik sepeda motor berboncengan dengan ibu kesana kemari. Bahkan malam hari gerimis pun masih lincah nyetir berkilo-kilo. Luar biasa!
•••
Nah, pelajaran dari nabi, para sahabat, Peter Drucker, dan ayah saya adalah: tidak ada pensiun! Anda yang para entrepreneur atau profesional bidang tertentu seperti saya yang penulis mungkin akan dengan mudah melakukannya. Lalu…bagaimana dengan para pekerja atau profesional tertentu yang suatu saat harus pensiun seperti notaris, tentara, polisi, pegawai negeri, guru, dan sebagainya? Ada beberapa persiapan yang harus dilakukan.

Cerdas Finansial Spiritual Menghadapi Masa Pensiun, buku karya ke 6 Iman Supriyono, bersama Moh Farid, mantan bupati Lamongan
Pertama adala persiapan kesehatan. Apapun profesi Anda, ada pensiun atau tidak, Anda harus selalu menjaga kesehatan sejak sekarang dengan melakukan pola hidup sehat: makan sehat dan disiplin olahraga. Ini adalah dalam rangka upaya maksimal untuk memastikan bahwa Anda tetap dalam keadaan sehat sampai saat Anda dipanggil-Nya. Agar tetap bisa produktif sampai akhir hayat.
Kedua: persiapan aktivitas. Begitu pensiun, seorang tentara tidak aktif di dunia militer, seorang notaris tidak bisa lagi membuat akta, seorang polisi lalu lintas tidak bisa lagi mengatur lalu lintas di jalan. Demikian pula profesi lain yang sejenis. Maka, para pensiunan harus dari awal menyiapkan aktivitas pengganti kala pensiun. Caba pilih dari enam peran ini. Semaksimal aktivitas pengganti ini masih mendayagunakan keahlian yang telah dimiliki dan diasah dari bertahun tahun bekerja di bidangnya. Agar keahlian tersebut tetap bermanfaat untuk masyarakat banyak. Makin hari makin bermanfaat tanpa pernah ada kata menurun!
Ketiga: persiapan finansial. Bagi mereka para profesional atau pegawai, persiapan ini harus dilakukan sejak sekarang. Bahkan mestinya sejak gaji pertama dulu: mengelola gaji dengan rumus 10-10-80. Gaji bulanan dikelola dengan komposisi: 10% pertama untuk sosial keagamaan, 10% kedua untuk investasi persiapan masa depan termasuk pensiun, dan sisanya 80% untuk kehidupan sehari hari.
Ketiga persiapan ini insyaallah akan menjadikan Anda bisa terus berkarya dengan nyaman hingga akhir hayat…..apapun profesi Anda. Ilmuwan atau praktisi. Seperti Drucker, seperti ayah saya…dan ini yang paling penting: Agar seperti Rasulullah dan para sahabat agung khulafaurosyidin. Tetap berkarya dan sehat hingga akhir hayat. Tidak pensiun! Catatan: tulisan ini sebagian besar disarikan dari buku karya ke-6 penulis bersama Moh Farid, pensiunan bupati Lamongan, “Cerdas Finansial Spiritual Masa Pensiun”
Bergabung ke Grup WA SNF Consulting untuk tetap produktif sampai kapanpun
Ditulis oleh Iman Supriyono, CEO SNF Consulting. Tulisan ini pernah dimuat di majalah Mulia, terbit di Surabaya
Didalam islam tidak ada pergantian pimpinan ditenga jalan. Pemimpin dipilih sampai ajal menjemput.. Itulah sebabnya didalam pemerintahan islm tidak ada pemilihan umum. Tidak ada masa jabatan tertentu. Apabila pimpinan islam wafat dipilih penggantinya melalui
musyawarah ahlu syuro yang terdiri para ulama terkemuka …