Tisu Bekas


Sore itu jalan Bali lengang. Sengatan mentari di puncak musim kemarau nampaknya telah mencegah banyak orang untuk keluar rumah atau kantor. Jalanan lengang. Lalu lintas di jalan yang berada di tengah kota Surabaya ini pun lancar. Mengemudi pun jadi santai.

jorok aaah……

Jalanan memang panas. Tetapi, lengangnya jalan telah menjadi pendingin tersendiri. Alunan lagu lagu santai dari sebuah radio FM pun makin mendinginkan hati. Dalam suasana seperti itu, tiba-tiba saja saya terkejut oleh meluncurnya beberapa potong tisue bekas dari jendela sebuah mobil persis di depan saya. Tangan seorang dari dalam mobil mewah Land Cruiser hijau metalik B 58 CU telah melemparkan begitu saja tisu bekasnya ke jalanan.  

♦♦♦♦

Beberapa petugas sedang membersihkan selokan. Aneka sampah telah dibersihkan dari saluran air yang menembus perkampungan padat di pinggiran surabaya itu. Tas plastik, kemasan sabun cuci, bekas kemasan aneka kue, minuman, makanan dan bermacam bahan bahan bekas berbahan plastik telah dibersihkan. Selokan pun nampak bersih.
Beberapa saat selokan masih tampak bersih. Tetapi ternyata kondisi itu tidak bertahan lama. Segeralah tumpukan sampah memenuhi sekujur selokan. Semuanya berasalal dari masyarakat penghuni kampung nan padat itu. Mereka membuang sampah begitu saja ke selokan. Kerja petugas kebersihan seolah tak bermakna. Sia-sia.
♦♦♦♦
Pembaca yang antusias, tidak ada seorangpun yang nyaman dengan sampah dan kotoran. Kita mandi untuk menghilangkan ketidaknyamanan karena badan yang kotor. Ketidaknyamanan karena pakaian kotor telah “menyuruh” kita untuk menanggalkannya dan menggantinya dengan yang bersih. Ketidaknyamanan karena rumah yang kotor telah menggerakkan kita untuk menyapu, mengepel, atau membayari pembantu rumah tangga untuk melakukannya. Itulah tanda bahwa sebagai manusia, kita dibekali dengan insting dan perasaan dasar untuk menghindar dari kotoran. Menghindar dari sampah.

Apa yang dilakukan oleh pengendara atau penumpang land cruiser di jalan Bali tidak lain terdorong karena perasaan atau insting itu. Mereka tidak nyaman sampah memenuhi ruangan di dalam mobil mewahnya. Mereka tidak suka tisue bekas yang mungkin telah dipakai untuk mengelap ingus atau korotan-kotoran yang menjijikkan lain tetap berada dalam mobil yang harganya berbilang milyar itu. Maka, mereka pun membuanya.

Gambar berikut tidak memiliki atribut alt; nama berkasnya adalah tisu-bekas.jpg

Demikian juga yang dilakukan oleh warga kampung. Mereka tidak ingin tumpukan sampah berserakan di dalam rumahnya. Apalagi kebanyakan kampung itu brerisi rumah-rumah kecil. Rumah-rumah petak mereka yang sempit tentu sangat terganggu dengan sampah. Maka, mereka pun membung sampah keluar rumah. Membebaskan rumah dari ketidaknyamanan.

Sayang, mereka tidak sadar bahwa ulah mereka telah mengakibatkan orang lain merasa tidak nyaman. Bukan hanya satu atau dua orang. Yang dibuat tidak nyaman adalah masayarakat luas yang melintas jalan itu. Yang dibuat tidak nyaman adalah masyarakat yang berada di sekitar selokan itu. Memindahkan ketidaknyamanan pribadi menjadi ketidaknyamanan orang lain. Memindahkan ketidaknyamanan pribadi menjadi ketidaknyamanan bersama.

Pembaca yang antusias, perilaku seperti itu bisa juga terjadi dalam dunia bisnis. Mencari keuntungan dengan mengganggu orang lain. Dalam skala kecil bentuknya bisa seperti apa yang dilakukan para pedagang kecil pinggiran sungai, trotoar, taman kota dan tempat tempat umum lain. Dalam skala besar misalnya bisa berupa pabrik kimia yang begitu saja membuang air limbah di sungai. memikirkan keuntungan pribadi dan merugikan orang lain. Pebisnis raja tega. Seperti pembuang sampah di selokan kampung kumuh pinggiran Surabaya itu. Seperti pembuang tisue dari Land Cruiser mewah itu. Jangan ah!

Tulisan Iman Supriyono ini pernah dimuat di Majalah Matan, terbit di Surabaya

One response to “Tisu Bekas

  1. Jadi ingat pesan nabi semenjak 14 abad silam, “La dharar, tidak boleh menimpakan bahaya kepada orang lain”. Terima kasih. Pesan nabi n mencakup kesentosaan banyak orang lain. Sip.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s