Tujuh juta orang. Masing-masing menyetor seratus ribu rupiah tiap bulan dengan disiplin. Tiap bulan terkumpul Rp 700 Miliar. Tiap-tiap tahun terkumpul 8,4 Triliun. Uang itu nilainya lebih besar dari harga 5,062 miliar lembar saham PT Nippon Indosari Corpindo Tbk. (Sari Roti) yang harga perlembarnya saat ini berkisar pada angka Rp 1500 ini. Ya..angka itu lebih besar dari harga seluruh saham (kapitalisasi pasar, nilai seluruh perusahaan) Sari Roti yang sebesar Rp 7,5 Triliun.
Tujuh juta orang. Masing masing membutuhkan satu porsi nasi dan satu botol air minum untuk makan siang. Dengan harga nasi Rp 18 ribu per porsi dan air minum per botol Rp 2 ribu, ada potensi omset Rp 140 miliar untuk sekali makan. Ini adalah gambaran kumpulan 7 juta orang sebagai pasar. Tentu masih ada banyak potensi lain.
Itu potensinya. Pertanyaannya adalah, bagaimana menjadikan potensi itu menjadi sebuah kenyataan? Ada beberapa informasi berseliweran melalui media sosial untuk menangkap potensi itu. Ada yang berencana mendirikan sebuah koperasi. Bahkan daftar pengurusnya sudah beredar pula di media sosial. Ada yang berencana membuat minimarket atau supermarket. Koordinasi juga sudah dilakukan melalui pertemuan-pertemuan. Ada yang akan membuat pabrik roti. Sama….informasinya juga sudah beredar secara deras melalui media sosial dan grup-grup chatting. Itu yang informasinya masuk melalui gadget saya. Diluar itu mungkin masih akan banyak ide untuk menangkap potensi itu.
&&&
Vanguard Investment Company didirikan tahun 1975 oleh John C Bogie di Amerika Serikat. Bogie adalah orang yang sejak lulus kuliah menekuni bekerja di bidang investasi. Dengan keahlian pendirinya yang tidak diragukan di bidang investasi itu, Vanguard meraih kepercayaan yang luar biasa dari para Investor. Saat ini, dalam usianya yang ke 41, Vanguard dipercaya oleh lebih dari 20 juta orang untuk mengelola dana investasi senilai lebih dari Rp 40 ribu Triliun.

Monas saat aksi 212
Apa yang dilakukan perusahaan berkaryawan lebih dari 14 ribu itu? Sebagaimana layaknya sebuah investment company, Vanguard menginvestasikan dana yang dikelolanya dengan konsep portofolio. Menyebar risiko investasi pada berbagai instrumen investasi.
Jika beberapa waktu lalu Anda mendengar kabar tentang akuisisi Yahoo oleh Verizon, maka Vanguard berada di balik transaksi itu. kenapa? Vanguard adalah investment company dibalik berita itu. Vanguard adalah salah satu pemegang saham besar dari kedua perusahaan tersebut. Di Verizon, Vanguard adalah pemegang saham terbesar dengan 6,46%. Pemegang saham lain persentase kepemilikannya lebih kecil. Di Yahoo, Vanguard pegang 5,73%. Saham di Yahoo ini adalah persentase terbesar kedua setelah TCI Fund Management yang memegang 9,04% saham.
&&&
Pembaca yang baik, investment company adalah format yang paling cocok untuk mewadahi potensi ekonomi dari jutaan orang. Ada beberapa argumen untuk ini. Yang utama, investment company berfokus pada keamanan dana. Warren Buffett, salah satu dedengkot investment company global dalam laporan tahunan Berkshire Hathaway menyatakan bahwa sebuah investment company tidak tertarik dengan prospek. Investment company hanya tertarik pada kinerja. Maka, haram bagi sebuah investment company menanamkan uangnya pada perusahaan baru (start up) kecuali dalam porsi kecil. Umumnya tidak lebih dari 1% dari total dana kelolaannya. Investment company menanamkan nyaris seluruh uangnya pada perusahaan yang telah terbukti memiliki kinerja ekselen dalam jangka panjang.
Selain memilih tempat investasi yang aman, sebuah perusahaan investasi mestilah menanamkan dananya pada banyak perusahaan dan banyak instrumen investasi. Menanamkan dananya sesuai dengan konsep portofolio. Jangan taruh telur pada satu keranjang. Demikian doktrin yang umum bagi sebuah perusahaan investasi. Itulah mengapa kepemilikan Vanguard di yahoo, verizon atau pun perusahaan lain berada dalam persentase yang kecil-kecil. Tidak memegang saham dominan apalagi pengendali.
Potensi pengumpulan dana Rp 8,4 Triliun dalam setahun seperti yang saya narasikan di awal tulisan ini masih bisa diperbesar. Jika Vanguard bisa mengumpulkan 20 juta investor dari 170 negara, semangat 212 bisa menjadi momentum untuk bisa melakukan seperti apa yang telah dilakukan oleh Vanguard. Mengumpulkan dana dari masyarakat luas dan kemudian digunakan untuk berinvestasi di sebagai perusahaan yang sudah terbukti mapan di pasar.
Salah satu yang bisa dibeli sahamnya adalah Sari Roti. Meneladani Utsman bin Affan yang atas perintah Rasulullah dulu membeli “saham” sebuah sumur di Madinah. Pembelian yang mengakhiri ketergantungan konsumen muslim ketika itu kepada sumur milik Yahudi. Selanjutnya, dengan meningkatkan jumlah orang maupun setoran dana investasinya, bukan hanya Sari Roti yang sahamnya dibeli. Masih ada ratusan perusahaan yang sahamnya mesti dibeli. Dan juga masih banyak perusahaan milik kaum muslim yang sudah lama eksis di pasar tapi masih kecil membutuhkan gelontoran dana untuk berekspansi dengan cepat. Perusahaan yang melakukan korporatisasi untuk bisa berekspansi dengan investasi lebih dari 5x laba. Ini semua adalah pekerjaan sebuah investment company. Semoga semangat 212 bisa terwujud menjadi investment company raksasa. Seperti Vanguard.
Diskusi lebih lanjut? Gabung Grup WA SNF Consulting atau Gabung Grup Telegram SNF Consulting
Baca tulisan lain tentang investment company dan cara mendirikan investment companay dari nol
*)Tulisan ini pernah dimuat di Majalah Matan, terbit di Surabaya
Catatan Maret 2020:
Gerai-gerai 212 mart bagaimanapun juga adalah sebuah start up. Butuh energi besar untuk merawatnya menjadi sebuah perusahaan besar dan mapan. Tidak sedikit yang saat ini mulai menunjukkan tanda-tanda kehabisan nafas. Ini yang harusnya dikoreksi. Mestinya dulu tidak membuat perusahaan atau brand baru seperti 212 mart itu. Besarkan saja brand yang sudah ada seperti Sakinah yang didirikan oleh Pesantren Hidayatullah atau Basmallah yang didirikan oleh Pesantren Sidogiri. Saatnya membangun investment company untuk membesarkan Sakinah, Basmalah, dan perusahaan-perusahaan milik umat yang lain. Tidak perlu membuat yang baru. Bahkan pada saatnya nanti bisa membiayai start up sekelas Gojek atau Traveloka dengan aman. Agar start up kita tidak dikuasai asing. Mari bekerja keras untuk kejayaan umat dan bangsa di kancah percaturan bisnis antar bangsa yang suasananya mirip pertandingan sepak bola ini.