Ajal Saat Rapat


Surabaya di suatu sore. Rapat klien SNF Consulting yang membahas strategi itu segera dimulai begitu shalat ashar kelar.  Semua peserta telah kembali dari masjid yang tinggal jalan kaki menyeberang jalan dari tempat rapat. Segera rapat dibuka kembali oleh pimpinan rapat. Agenda pertama adalah mendengarkan presentasi progress pekerjaan oleh Pak Imam, begitu panggilannya sehari-hari.

Pak Imam berdiri mendekat layar. Dengan mantap dipaparkannya berbagai agenda penting yang menjadi tugasnya. Tentang upaya-upaya pemasaran. Tentang program promosi. Tentang pertumbuhan pendapatan. Di tengah-tengah keasyikan presentasi, tiba-tiba ia memegang dada dan menyampaikan bahwa dirinya tidak kuat. Lalu terjatuh.

Karena posisi duduk yang paling dekat dengan posisinya, segera saya meraihnya. Lalu membopongnya bersama peserta rapat lain. Lalu dengan mobil yang ada membawanya ke rumah sakit terdekat Dan…setelah berbagai upaya pertolongan dilakukan di rumah sakit, dokter menyatakan bahwa ia telah meninggal. Innalillahi wa inna ilaihi rojiun.

&&&

Kematian memang datang sewaktu-waktu. Pasti terjadi pada setiap orang. Tetapi tidak ada satupun yang bisa memastikan kapan akan terjadi. Nah, selepas ashar tiga tahun lalu itu saya mengalami peristiwa kematian yang paling dramatis terjadi pada seorang kawan. Kematian dalam sebuah rapat perusahaan. Persis di depan saya.

Satu sisi, saya dan seluruh peserta rapat benar-benar shock. Tetapi, sisi lain, juga ada perasaan lega. Mengapa? Karena peristiwa itu terjadi setelah yang bersangkutan mengerjakan sholat berjamaah di masjid. Tidak ada pekerjaan lain yang dilakukan si Fulan ini setelah shalat berjamaah kecuali sebuah kebaikan: rapat untuk memajukan perusahaan yang pendiriannya memang diniatkan sebagai sebuah bentuk ibadah. Bukan sekedar mencari uang.

Satu sisi adalah shock. Sisi lain adalah munculnya untaian hikmah. Pertama, bahwa para direksi, karyawan dan segenap personil perusahaan bisa menghadapi kematian saat sedang mengerjakan tugas perusahaan. Maka, rugi sekali jika pendiri, direksi, karyawan dan segenap personil perusahaan tidak meniatkan apa  yang dikerjakan di perusahaan sebagai ibadah. Tidak mendirikan perusahaan dengan niat ibadah. Tidak berangkat bekerja dengan niat ibadah. Membiarkan tarikan nafas saat bekerja bukan untuk ibadah.

Niat ibadah mesti dibenamkan dalam misi dan kemudian dijabarkan dalam corporate culture. Dengan demikian, niat ibadah akan terus-menerus ditanamkan dan diperkuat pada jiwa setiap personil. Merancang jadwal rapat agar setiap karyawan bisa melaksanakan sholat berjamaah secara on time seperti yang terjadi pada almarhum Imam adalah salah satu aplikasi teknis dari corporate culture.

Kedua, niat ibadah mesti diterjemahkan dalam apa yang akan dicapai oleh perusahaan. Secara teknis, visi perusahaan memang harus singkat, padaat, berisi, inspiratif dan menggerakkan. Visi yang bertenaga dan berbobot. Dalam kerangka ini, niat ibadah dituangkan menjadi visi memberi manfaat bagi umat manusia tanpa pandang suku, ras, agama dan bangsa.

Burung mati edit

Ajal datang sewaktu-waktu. Siapkan diri untuk itu….

Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi sesama. Terjemah Hadits ini sangat relevan bagi visi sebuah perusahaan. Memberi manfaat bagi sesama artinya adalah bahwa produk perusahaan bisa dinikmati umat manusia dimanapun berada. Dunia ini terdapat lebih dari 200 negara. Perusahaan mesti memasukkan kemanfaatan produk untuk mereka semua sebagai bagian dari visinya.

Ketiga, bahwa perusahaan mesti bekerja keras untuk memastikan kesejahteraan ahli waris personil yang meninggal tidak terlalu terganggu dengan kepergian si almarhum. Artinya, perusahaan mesti memastikan bahwa setiap personilnya memiliki financial planning yang memasukkan variabel  ajal yang datang sewaktu-waktu. Memang perusahaan memiliki kewajiban pasca kerja kepada karyawan. Tetapi itu tidak cukup. Mesti dibarengi dengan edukasi personal finance yang yang memadai kepada setiap personil pada level manapun.

Meninggal saat rapat memang membuat seluruh peserta rapat shock. Tetapi di dalamnya juga mengandung hikmah besar. Paling tidak tiga hikmah di atas. Anda para pengelola perusahaan, jangan menunggu kejadian seperti yang dialami almarhum Imam terjadi pada perusahaan Anda. Mari berbenah untuk kebaikan semua personil. Ayo!

Baca juga:
Surga: ketika bekerja bisnis dan ibadah menyatu
Perusahaan Dakwah

Diskusi tentang Korporatisasi? Gabung Grup Telegram  atau Grup WA SNF Consulting

*)Artikel ke-276 ini ditulis oleh Iman Supriyono, CEO SNF Consulting, juga dimuat di Majalah Matan edisi Agustus 2020, terbit di Surabaya.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s