“Saya tidak bisa membayangkan apakah orang seperti keluarga Wardah sampai hati untuk goreng-goreng saham. Atau akuisisi sini akuisisi sana. Kalau perlu secara curang – yang penting harga saham naik terus. Saya tidak bisa membayangkan apakah Nurhayati tega sengaja menjatuhkan harga saham untuk menipu publik”
Itulah kutipan tulisan Dahlan Iskan dalam tulisan berjudul “Wardah Sasmi”. Pada artikel yang ditulis setelah wawancara dengan Nurhayati itu, diungkap bahwa dengan berbagai alasan Wardah tidak mau masuk lantai bursa. Kutipan diatas menunjukkan dukungan Pak Dahlan, demikian saya biasa memanggil, terhadap keputusan Wardah untuk tidak masuk lantai bursa.

Saatnya menerjemahkan semangat juang membela merah putih melalui korporasi. Di era korporasi, ekonomi antara negara itu seperti permainan sepak bola. Pemenang adalah bangsa yang lebih banyak memasukkan “gol” produk dan perusahaannya ke negara lain daripada sebaliknya.
Sebagai pendiri Wardah, Bu Nur, demikian saya biasa memanggilnya, memang jauh sekali dari karakter curang atau goreng-goreng saham. Jadi jika lantai bursa identik dengan goreng-goreng saham dan kecurangan, memang Wardah tidak akan cocok. Pertanyaannya, benarkah goreng-goreng saham dan curang identik dengan masuknya suatu perusahaan di lantai bursa? Apakah akuisisi merupakan sebuah keserakahan? Mari kita lihat secara seksama. Supaya lebih terstruktur, saya akan menuliskannya dalam bentuk poin-poin:
- Sebuah perusahaan bisa eksis jika menghasilkan produk yang bisa memberikan manfaat alias benefit untuk masyarakat. Masyarakat memang harus membeli produk itu. Tetapi pembeli akan melakukan evaluasi. Pembelian ulang akan terjadi jika customer mendapatkan benefit jauh lebih besar dari uang (cost) yang digunakan untuk membelinya.
- Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi sesama. Demikian terjemah sebuah hadits shahih. Dengan tinjauan benefit-cost, perusahaan yang terus tumbuh dalam omset, aset, laba dan ekuitas pada dasarnya adalah tumbuh juga dalam memberikan manfaat bagi umat manusia.
- Ada pendiri perusahaan yang berbisnis sekedar mencari uang. Ada yang berbisnis untuk membangun kemanfaatan bagi sesama. Sepanjang berinteraksi dengan Bu Nur dan Pak Subakat, tampak jelas sekali bahwa Wardah bukan tipe yang disebut pertama. Bu Nur berbisnis bukan sekedar untuk mencari uang. Berbisnis adalah ibadah dan memberi manfaat untuk sesama. Sumbanganya ke berbagai kepentingan sosial besar sekali
- Kemanfaatan dalam hadits tersebut tidak dibatasi oleh sekat sekat negara, bangsa, etnis, agama, atau sekat apapun. Untuk mencapai itu, tentu tidak bisa dilakukan sendiri. Dibutuhkan konsolidasi kekuatan yang luar biasa. Konsolidasi yang juga telah dilakukan oleh pesaing wardah seperti Unilever atau L’oreal misalnya sepanjang sejarah mereka.
- Konsolidasi seperti apa? Di republik ini ada 2 perusahaan kosmetik yang didirikan dan dikelola oleh anak bangsa yaitu Sariayu dan Mustika Ratu. Keduanya kini berada dalam kondisi yang tidak bagus
- Mustika Ratu mengalami kerugian terus menerus dari tahun 2016 sampai tahun 2018. Tahun 2019 baru membukukan laba sebesar Rp 132 juta. Tetapi omzetnya sepanjang periode tersebut turun. Penjualan tahun 2016 Rp 344 miliar, turun 20% dibanding tahun sebelumnya yang Rp 428 miliar. Tahun 2019 penjualan Rp 305 miliar alias masih turun 29% dibanding tahun 2015.
- Sariayu setali tiga uang. Tahun 2019 membukukan rugi sebesar Rp 114 miliar. Dua tahun sebelumnya juga rugi. Tahun 2016 laba Rp 8 miliar tapi 2015 juga rugi Rp 14 miliar. Omzet tahun 2015 Rp 694 miliar. Tahun 2019 omset masih berada posisi Rp 502 miliar alias turun 28% dibanding posisi tahun 2015.
- Banyak penjelasan yang bisa diberikan terhadap menurunnya kinerja Mustika Ratu dan Sariayu. Tetapi poin penjelasan paling penting adalah bahwa keduanya beroperasi dibawah economic of scale. Pendapatannya tidak cukup untuk menopang seluruh biaya perusahaan. Omzet yang menurun dalam 4 tahun terakhir adalah kinerja yang paling harus diperhatikan. Perusahaan makin kehilangan kekuatan dalam persaingan. Dalam kondisi seperti ini, konsolidasi adalah alternatif terbaiknya.
- Nah, dalam kondisi seperti itu, konsolidasi kekuatan sesama anak bangsa adalah solusi. Bersatu kita teguh. Bhineka tunggal ika. Unilever yang kini begitu digdaya adalah hasil dari proses konsolidasi panjang melalui merger dan akuisisi puluhan perusahaan sepanjang sejarah sejak kelahirannya tahun 1929. L’oreal pun idem ditto. Wardah adalah perusahaan yang tepat untuk memimpin konsolidasi kekuatan nasional di bidang kosmetik melalui akuisisi dan merger.
- Apakah akuisisi merupakan keserakahan? Bagi banyak orang dipandang demikian. Tetapi pandangan ini terjadi karena ketidakpahaman tentang korporasi. Faktanya sama sekali tidak. Kita bisa mempelajarinya dari sejarah panjang berbagai perusahaan. Termasuk Unilever dan L’oreal. Akuisisi adalah bentuk konsolidasi yang menguntungkan semua pihak yang terlibat. Untuk menggambarkannya mari kita umpamakan Wardah mengakuisisi Sariayu dan Mustika Ratu untuk membentuk sebuah perusahaan kosmetik besar. Perusahaan yang mampu mengibarkan sang merah putih tinggi-tinggi di berbagai negara. Seperti Unilever yang mengibarkan bendera Inggris dan Belanda dimana-mana termasuk di Indonesia. Seperti L’oreal yang mengibarkan bendera Perancis dimana-mana, termasuk di Indonesia.
- Mari kita hitung. Harga 100% saham Mustika Ratu hari ini adalah Rp 58 miliar. Dengan laba seperti tersebut diatas maka ROI bagi pemegang saham adalah 6,64%. Artinya, misalkan Anda saat ini membeli saham Mustika Ratu senilai Rp 100 juta, Anda akan mendapatkan hak laba Rp 6,64 juta sesuai dengan laba tahun 2019.
- Wardah sampai saat ini belum tercatat di lantai bursa sehingga belum ada data yang tersedia untuk publik. Tapi untuk kepentingan ini kita bisa mengambil asumsi. Asumsi saya ambil berdasarkan selentingan informasi di berbagai media. Misalkan omzet Wardah 2019 adalah Rp 5 triliun dengan laba Rp 100 miliar. sekali lagi ini adalah angka asumsi. Nah, akuisisi yang bermakna konsolidasi artinya Wardah membeli 100% saham Mustika Ratu.
- Akuisisi biasanya terjadi pada harga diatas harga pasar. Harga pasar Mustika Ratu hari ini Rp 58 miliar. Misalkan transaksi terjadi pada harga Rp 200 miliar. Nah, uang itulah yang akan diterima oleh semua pemegang saham Mustika Ratu Termasuk pemegang saham pendiri. Karena tujuannya adalah konsolidasi, maka uang itu tidak kemana-kemanakan. Tetapi digunakan untuk membeli saham wardah..
- Misalkan, Wardah saat ini terdiri dari 100 000 lembar saham yang masing-masing nilainya di akta adalah Rp 1 juta. Sekali lagi ini angka asumsi. Modal setor total adalah Rp 100 miliar. Semua dipegang oleh keluarga Bu Nur.
- Bu Nur dan keluarga sama sekali tidak perlu menjual saham yang dimilikinya. Yang akan dibeli oleh mantan pemegang saham Mustika Ratu adalah saham yang baru diterbitkan oleh Wardah. Jumlah lembar yang akan diterbitkan adalah sedemikian rupa sehingga hak laba mantan pemegang saham Mustika Ratu tetap sebesar Rp 132 juta. Dengan demikian tidak ada perubahan ROI bagi mereka.
- Misalkan laba wardah setelah mengakuisisi akan menjadi Rp 210 miliar. Naik Rp 10 miliar dari hasil efisiensi, sinergi dan pengambangan pasar setelah memiliki merek-merek dari Mustika Ratu. Maka, Wardah harus menerbitkan 63 lembar saham baru untuk dibeli oleh mantan pemegang saham Mustika ratu. Dengan demikian total lembar saham Wardah akan menjadi 100 063 lembar. Keluarga Bu Nur tetap memegang 100 000 lembar. Sama sekali tidak berkurang. Mantan pemegang saham Mustika Ratu memiliki 63 lembar. Nilai saham tersebut tetap Rp 200 miliar alias Rp 3,174 miliar per lembar saham. Tidak ada perubahan nilai dari uang yang diterima saat menjual saham Mustika Ratu.
- Dengan laba Rp 210 miliar seperti disebut diatas, hak mantan pemegang saham Mustika Ratu akan menjadi 63/100063 dikalikan Rp 210 miliar yaitu Rp 132 juta. Selanjutnya, keluarga bu Nur akan mendapatan hak laba sebesar 100 000/100 063 dikalikan Rp 210 miliar yaitu Rp 209 868 miliar.
- Salah satu keuntungan dari keluarga Bu Nur adalah nilai perusahaan yang meningkat. Dengan harga per lembar saham Rp 3,174 milar di atas, nilai aset 100 000 lembar saham keluarga Bu Nur setelah akuisisi adalah menjadi Rp 317 triliun.
- Dengan jumlah lembar saham seperti di atas, hak laba mantan pemegang saham mustika ratu tidak dikurangi. Sama persis dengan yang diterima sebelum diakuisisi. Bahkan setelah akuisisi akan makin berkembang pesat seperti perkembangan Wardah yang lagi naik daun.
- Hak laba keluarga Bu Nur mengalami naik Rp 9,668 miliar dibanding sebelum mengakuisisi. Penambahan ini adalah hasil dari sinergi.
- Tentu saja angka jumlah lembar saham untuk mantan pemegang saham Mustika Ratu bisa dinegosiasikan. Misalnya saja Wardah bisa menerbitkan 200 lembar saham baru untuk mantan pemegang saham Mustika Ratu. Jika angka ini yang dipakai maka hak laba mantan pemegang saham Mustika Ratu akan menjadi 300/100300 dikalikan Rp 210 miliar alias Rp 628 juta. Tentu merupakan keuntungan luar biasa jika ini terjadi bagi pemegang saham Mustika Ratu. Hak laba keluarga Bu Nurhayati akan menjadi 100 000/100 300 dikalikan Rp 210 miliar yaitu Rp 209,372 miliar. Masih naik juga.
- Nah, jika demikian, akuisisi Mustika Ratu oleh Wardah jauh dari stigma negatif seperti serakah, goreng-goreng saham, mencaplok dan sejenisnya. Yang terjadi adalah bersatu untuk menghasilkan sinergi yang akan dinikmati bersama baik oleh pemegang saham kedua perusahaan. Juga untuk pemangku kepentingan yang lain seperti pemerintah dan masyarakat indonesia. Pemerintah menikmati karena ada kenaikan setoran pajak dari laba perusahaan pasca akuisisi dibanding dua perusahaan sebelum akuisisi. Juga karena serapan tenaga kerja karena ekspansi setelah akuisisi. Masyarakat akan bangga karena dengan akuisisi konsolidasi ini berikutnya Wardah akan mudah melakukan hal serupa untuk perusahaan-perusahaan kosmetik di berbagai negara di seluruh dunia. Seperti yang juga selalu dilakukan oleh Unilever dan L’oreal
- Akuisisi Sariayu juga kurang lebih seperti terhadap Mustika Ratu itu. Salah satu pekerjaan konsultan manajemen seperti SNF Consulting, kantor dimana sehari hari saya berkarya, memang membantu akuisisi seperti seperti itu. Bahkan biasanya untuk lebih powerful akuisisi akan ditindaklanjuti dengan merger.
- Apakah dengan demikian Wardah harus IPO? Belum. Ukuran Wardah masih kurang besar untuk masuk lantai bursa. Masih rawan terkena IPO Trap. Wardah mesti terus-menerus menerbitkan saham baru baik untuk akuisisi maupun tumbuh secara organik dengan membangun pabrik. Juga untuk meluncurkan merek-merek baru di berbagai kategori. Di dalam maupun luar negeri di berbagai bangsa.
- Penerbitan saham mesti dilakukan di luar lantai bursa. Seperti yang terus-menerus juga dilakukan oleh Gojek misalnya. Seperti juga oleh Unilever dan L’oreal pada awal-awal sejarahnya. IPO baru dilakukan setelah ukurannya cukup besar. Paling tidak sudah dekat-dekat Unilever Indonesia yang kini omzetnya Rp 43 triliun. Setelah IPO masih terus-menerus menerbitkan saham untuk terus tumbuh. Penerbitan saham baru berhenti setelah Wardah hadir di lebih dari 150 negara seperti Unilever.
- Pembeli saham baru tersebut bisa mantan pemegang saham perusahaan yang diakuisisi. Seperti contoh terhadap Mustika Ratu di atas. Bisa juga masyarakat luas. Termasuk oleh lembaga sosial seperti Muhammadiyah dimana Bu Nur juga aktif didalamnya. Muhammadiyah bisa mengumpulkan dana wakaf dari anggota yang jumlahnya puluhan juta untuk digunakan membeli saham baru Wardah. Menguatkan pilar ketiga Muhammadiyah.
- Dengan demikian tiap tahun Muhammadiyah aka menerima dividen sesuai dengan jumlah lembar saham yang dipegangnya. Dana dividen digunakan untuk biaya kegiatan sosial. Termasuk pendidikan gratis atau murah untuk anak bangsa. Ini membuat donasi yang selama ini sudah biasa dilakukan oleh Bu Nur atau Wardah menjadi mengikat dan permanen karena berupa dividen atas saham wakaf. Wardah akan benar-benar dekat dengan customer kosmetik halal yang selama ini menjadi positioningnya
- Jika itu dilakukan, Wardah akan menjadi seperti L’oreal yang menguasai pasar lebih dari 70 negara. Akan menjadi seperti Unilever yang menguasai pasar lebih dari 150 negara. Akan menjadi fully corporatized company yang sepenuhnya berjalan sesuai sistem manajemen. Pemegang sahamnya kecil-kecil. Tidak ada pemegang saham yang bisa mendiktekan kemauan pribadinya. Semua bekerja sesuai sistem. Direksi akan menjadi benar-benar berfungsi. Jauh dari fenomena pseudo director seperti yang jamak terjadi pada perusahaan keluarga atau BUMN. Saat ini Wardah sedang dalam perjalanan. Berada pada stage ke 5 dari 8 stage corporate life cycle.
- Wardah membesar melampaui sekat-sekat negara. Memberi manfaat untuk sesama dari berbagai bangsa. Menguatkan ekonomi umat. Memberi tempat untuk dana wakaf. Mengibarkan sang merah putih tinggi-tinggi di berbagai negara. Membanggakan Indonesia. Melayani dunia. Meneruskan semangat Panglima Sudirman yang juga kader Muhammadiyah. Meneruskan semangat Bung Tomo dengan pekiknya yang terkenal. Allahuakbar! Merdeka!
Diskusi lebih lanjut? Gabung Grup Telegram atau Grup WA SNF Consulting
*)Artikel ke-278 ini ditulis pada tanggal 11 Agustus 2020 oleh Iman Supriyono, CEO SNF Consulting.
Ping-balik: Subsidi Pupuk: Pecah Belah Petani oleh Pemerintah | Catatan Iman Supriyono
Bagaimana dengan perbedaan brand image yg diusung oleh Wardah vs Mustika Ratu vs Sariayu jika ada aksi akuisisi ? Wardah mengusung brand image Kosmetik halal, terjangkau dan sesuai utk muslimah berhijab. Mustika Ratu mengusung brand image heritage dan valuing Inner beauty. Sedangkan Sariayu mengusung brand image Natural dan Ketimuran. Apakah brand association ini bisa dipertahankan jika dilakukan akusisi corporate? Mungkinkah brand Paragon Innovation (wardah) justru yg akan mendominasi?
Brand image produk tidak diubah. Corporate brand ttp pake Paragon seperti selama ini
Problemnya apakah Paragon (corporate) masih akan tetap mau mensupport event Putri Indonesia dan Miss Indonesia? Seperti diketahui MR dan SA mensponsori event Miss Pageant tsb include dengan bikini renang dan Evening gown mereka. Paragon sendiri sdh identik dgn identitas muslim.
ya itu sepenuhnya menjadi wewenang perusahaan pengakuisisi
Kalau dr perspektif user sendiri ingredients/bahan dasar kosmetik dan personal care yang menentukan cocok atau tidak dipakai di kulit. Namun kadang produsen memproduksi dgn ingredients yg hampir sama. Contohnya trend Lidah Buaya/Aloe vera utk personal care. Dipakai baik oleh wardah, Mustika ratu & Sariayu. Jika dilakukan akuisisi ataupun merger ya bs jadi ada salah satu merk yg dominan dan yg lain bisa jadi akan dimatikan. Karena jika tdk, akan cenderung kanibalisasi.