Sukses: Melawan Takut & Trauma


Entrepreneur kita sudah terlalu banyak. Catatan BPS, ada 57 895 721 pengusaha mikro kecil dan menengah (UMKM) dari 118,19 juta orang angkatan kerja. Artinya, persentase entrepreneur kita sudah  49%. Dari 100 orang, ada 49 orang yang entrepreneur. Sisanya, 51 orang, adalah karyawan.

Entrepreneur seperti apa puluhan juta orang itu? Entrepreneur yang bisnisnya hanya merekrut 1 karyawan. Betul, 49 entrepreneur dengan 51 karyawan. Perusahaan gurem. Jangan harap ada pabrik mobil, gadged, komputer, robot,  pesawat, pertanian modern, sampo, sabun, atau pabrik apapun dengan perusahaan yang rata-rata hanya punya 1 karyawan.

Itulah kenyataan di dunia bisnis kita. Maka, jangan lagi memperunyam keadaan dengan berkampanye menambah jumlah entrepreneur. Jangan lagi ada seminar motivasi entrepreneur. Jangan lagi ada mata kuliah yang memacu orang menjadi entrepreneur. Akan makin bikin ekonomi kita terpecah-pecah menjadi perusahaan-perusahaan gurem. Pasar kita akan makin dikuasai korporasi asing yang kokoh dengan karyawan puluhan ribu bahkan ratusan ribu orang. Dikuasai perusahaan asing dengan merek kuat yang dipakai di seluruh dunia. Dikuasai perusahaan terkorporatisasi. Perusahaan yang mengikuti corporate life cycle secara sempurna sampai tahap ke-8.

Irisan bawang merah mentah yang bikin trauma. Saya lawan. Kini menjadi nikmat.

Terhadap fakta seperti di atas, akan ada banyak orang yang takut. “Ya sudah, saya merintis karir di perusahaan besar saja”. Tetapi, pasti ada satu dua yang berbeda. Ditakut-takuti justru tidak takut. Bisa melawan ketakutan. Dan inilah yang dibutuhkan di dunia bisnis nasional. Entrepreneur yang bisa melakukan korporatisasi dan menyatukan dunia bisnis kita yang kecil-kecil dan terpecah belah. Kata kuncinya: melawan ketakutan!

&&&

Melawan takut. Bahkan melawan trauma. Ketakutan yang sudah menancap dalam dalam di jiwa masuk alam bawah sadar. Untuk ini saya punya pengalaman kecil. Sangat penting sebagai sikap mental.

Saya lahir di sebuah desa tepi hutan di Kabupaten Madiun. Sebagaimana orang orang pada umumnya, kelahiran saya ditolong oleh mbah dukun. Bukan bidan. Apalagi dokter kandungan. Jika bayi dan anak anak sakit, cukup dibacakan jampi-jampi yang ditiupkan ke segelas air oleh mbah dukun. Air itu diminumkan ke si sakit. Dan sembuh. Tentu saja ada yang tidak sembuh dan mati heheheh.

Ada sebuah tradisi desa yang juga dilakukan oleh ibu saya. Jika sakit panas, anak-anak selalu dikompres dengan irisan bawang merah mentah dicampur dengan minyak goreng. Demikian  juga saya. Aromanya tajam tidak enak dan sangat mengganggu. Ngalek-ngalek kata orang jawa. Bikin trauma. Jadi kalau sakit, saya ingin sekali segera sembuh karena paling tidak suka dengan aroma irisan bawang merah mentah berpadu minyak goreng itu.

Nah, begitu hijrah di Surabaya, saya mendapati sesuatu yang menarik. Jika makan sate, orang orang selalu menyertainya dengan irisan bawang merah banyak-banyak.  Menarik karena sesuatu yang saya menganggapnya sangat mengganggu dan traumatis justru dimakan dengan lahapnya oleh orang-orang. Bagaimana bisa?

Tetapi saya adalah orang yang suka tantangan. Maka, saya putuskan untuk menjadikannya sebagai tantangan. Bagaimana mengubah diri dari trauma bawang merah mentah menjadi penggemarnya. Seperti orang-orang surabaya. Saya pun memulai. Memaksakan makan sate dengan bawang merah  mentah. Pertama memakannya mual. Hampir muntah. Hanya seiris dua iris dan saya hentikan. Saya tidak kuat.

Beberapa waktu kemudian saya makan sate lagi. Saya coba lagi dengan seiris dua iris bawang merah mentah. Masih sama. Tidak kuat meneruskannya. Mual. Hampir muntah. Demikian seterusnya. Saya terus mencoba dan mencoba lagi. Makin lama makin banyak yang bisa saya makan. Dan kini…..saya sudah seperti orang orang Surabaya. Jika makan sate selalu dengan bawang merah banyak banyak. Nikmat sekali……. Konon juga menjadi penawar kolesterol.

&&&

Melawan takut. Melawan trauma. Dari takut menjadi berani. Dari trauma menjadi nikmat. Itulah yang memenuhi kriteria entrepreneur sejati. Entrepreneur pendiri korporasi dengan produk yang dipakai di berbagai negara. Pendiri korporasi penanda sejarah. Bukan yang bermental UKM atau UMKM.

Dunia bisnis kita butuh entrepreneur yang jika ditakut-takuti justru tertantang. Dan ini saya kira berlaku umum. Termasuk bagi para pegawai di berbagai perusahaan yang sampai pada level CEO perusahaan besar. Dari takut memutuskan menjadi berani dan akhirnya menikmati. Sukses. Trauma irisan bawang merah mentah menjadi pelajaran. Dari trauma, berani melawan trauma, memulai dari sedikit, terus melawan mual, melawan muntah, akhirnya terasa nikmat. Sukses. Bagaimana Anda? Apa ketakutan Anda? Apa trauma Anda? Jadikan sebagai training mental Anda. Putuskan sekarang juga untuk menjadi berani. Menjadi sukses! Bisa!

Diskusi lebih lanjut? Gabung Grup Telegram  atau Grup WA SNF Consulting

*)Artikel ke-280 ini ditulis pada tanggal 23 Agustus 2020 oleh Iman Supriyono, CEO SNF Consulting, dipersembahkan spesial untuk seseorang yang sangat diharapkan kebaikannya yang mengalami kasus trauma serupa.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s