Suportif: Obituari Kedua Pak Nadjikh


Awal September 2014. Ini adalah masa dimana sebagai pendiri SNF Consulting saya butuh meluaskan jaringan. Khususnya untuk target pasar yaitu para pimpinan perusahaan. Saya pun memanfaatkan apa yang sedang berkembang saat itu: Grup WA. Salah satu upaya itu adalah dengan membuat sebuah grup WA untuk para direksi dan pimpinan perusahaan.

Tiap hari saya memposting buletin elektronik “Sarapan Pagi” pada grup itu. Isinya adalah informasi, data, fakta dan sejarah menarik dari berbagai perusahaan. Tulisan kemudian saya ramu olah untuk menjadi sebuah pelajaran atau kesimpulan yang bisa menjadi studi kasus dan bahan belajar bagi para pimpinan perusahaan. Khususnya warga grup  WA itu.

Tidak lama setelah diskusi di grup, ada ide untuk mengadakan pertemuan fisik warga grup. Istilah populernya kopdar. Gayung bersambut. Disepakati untuk bertemu di Hotel Varna pada tanggal 6 September 2014. Hotel di jalan Tunjungan itu dipilih karena cak Arif Afandi, dirut perusahaan yang menaungi hotel dengan bangunan warisan sejarh itu, adalah salah satu warga grup. Pertemuan pun dihadiri sekitar 20-an direksi alias CEO berbagai perusahaan. Dan dibalik semangat untuk pertemuan malam itu tidak lain adalah Almarhum Pak Nadjikh. Beliau yang sangat senior di dunia bisnis hadir di atas undangan saya yang jauh lebih yunior. Beliau adalah salah satu pimpinan perusahaan yang menjadi anggota grup itu sampai akhir hayat beliau.

&&&

Panggung musik dengan Dewa-19 pada tahun 1990-an adalah hal biasa. Tetapi bagaimana jika itu terjadi tiga dekade kemudian? Apalagi bukan sekedar Dewa-19. Ada Mulan Jameela sepanggung dengan Ahmad Dhani, Andara Ramadhan, dan Ari Lasso. Tentu ini adalah panggung super istimewa.

Almarhum Mohammad Nadjikh: Gambar dari cover buku Mohammad Nadjikh Penggerak Saudagar Muhammadiyah, diedit

Sebagai salah satu hadirin, tentu saya sangat menikmati sajian  musik live seperti itu. Walau tidak sempat berkembang, saat remaja saya bisa  bermain gitar. Dan sampai kini pun di rumah ini saya masih menyimpan sebuah gitar. Saya juga menyimpan biola yang sempat dipakai belajar oleh anak-anak saya. Jadi adalah sedikit jiwa seni musik untuk bisa mengapresiasi sajian musik di Grand City malam itu.

Panggung itu terasa lebih istimewa lagi karena baru saja Ahmad Dhani bebas dari bui setelah dipersalahkan pada kasus ujaran kebencian. Jadi ini bisa disebut sebagai panggung perayaan kebebasan musisi ternama negeri  ini.

Coba bayangkan seorang yang biasa hidup bebas sebagai seorang seniman kemudian tiba-tiba harus mendekam di penjara selama 2 tahun. Tentu berat secara psikologis. Dan tentu juga tidak ringan secara ekonomi. Nah, dalam kondisi seperti itu kemudian mendapatkan order manggung lengkap dengan istrinya.

Berapa fee nya? Saya tidak sempat bertanya ke almarhum Pak Nadjikh sebagai si empunya hajat malam itu. Tetapi dengan tampilan artis kelas atas lengkap seperti itu, tentu tidak kecil. Tentu sangat mendukung. Secara psikologis maupun secara karir. Apalagi Dewa-19 tampil serius layaknya konser besar malam itu.

&&&

Jika berani jangan takut-takut. Jika takut jangan berani-berni. Inilah kutipan yang selalu ditekankan oleh Pak Nadjikh di berbagai kesempatan. Sebagai pengurus Majelis Ekonomi PWM Jatim, tentu tidak sekali dua kali saya bersama beliau di berbagai kesempatan.  Khususnya dalam motivasi kepada para entrepreneur.  Jika sudah memilih dan memutuskan untuk berani melakukan sesuatu, jangan sedikitpun terbesit rasa takut dalam diri. Berani saja. Hajar semua hambatan. Hancurkan semua kendala.

Sebaliknya, jika sudah memilih untuk takut dan memutuskan untuk tidak melakukan sesuatu, jangan seolah-olah berani. Tinggalkan jauh-jauh.  Jangan sebut-sebut lagi. Jangan menyesal terhadap keputusan untuk tidak mengambil sebuah peluang. Fokuslah pada sesuatu yang sudah diambil.

Inilah yang dalam aplikasinya kemudian kita jumpai mengapa Pak Nadjikh begitu kencang menggenjot pertumbuhan bisnisnya. Gasss polll. Demikian istilah populer anak muda. Ada puluhan pabrik pemrosesan seafood di berbagai wilayah Indonesia. Belakangan berkembang dengan banyak melakukan joint venture dengan pemain manca negara. Itulah Kelola Mina laut yang kemudian di rebranding menjadi Kelola Group besutan pak Nadjikh.

Tidak lama sebelum kepergian almarhum, saya menghadiri peresmian pabrik besar pengolahan seafood di Tuban. Pabrik tersebut adalah hasil joint venture dengan pelaku bisnis sejenis di Jepang. Tampak sekali semangat dan antusiasme almarhum dalam acara itu. Baik ketika menerima tamu, berbincang dengan para tamu, maupun dalam sambutannya dalam acara resmi.

Tentang prinsip ini Almarhum pernah menyampaikan. Ketika awal merintis usaha, almarhum memutuskan untuk meninggalkan karirnya sebagai manajer di sebuah perusahaan. Tentu beserta dengan gaji dan fasilitas yang bagus yang dinikmatinya. Semua ditinggalkan untuk memulai bisnis dari nol.

Tentu dengan risiko yang tinggi. Dalam hal inilah semangat ‘jika berani jangan takut-takut, jika takut jangan berani-berani” berperan. Memilih profesi sebagai pengusaha yang mendirikan perusahaan baru pasti penuh risiko. Dan risikonya tidak kecil.

Bagaimana memunculkan keberanian itu? Ini cerita beliau. Perhatikan resiko terburuk. Risiko terburuk menjadi pengusaha adalah bangkrut dan tidak punya uang untuk anak istri. Aset bisa terjual habis. Termasuk rumah. Kata pak Nadjikh dalam sebuah kesempatan, jika itu terjadi, masih ada cara mengatasi. Masih ada mertua. Anak dan istri sementara bisa dititipkan di rumah mertua. Jadilah sebuah keberanian utuh. Tidak dicampuri ketakutan. Dan risiko terburuk itu tidak pernah terjadi pada beliau.

Ekspansi dengan kecepatan tinggi melebihi rata-rata adalah bentuk sikap berani tanpa ragu itu. Kalau sudah dipilih ya tidak ada lain kecuali berani. Bahkan keraguan orang tercinta pun ditepis oleh pak Nadjikh. Beberapa kali beliau menceritakan keraguan sang istri terhadap apa yang dikerjakan pak Nadjikh dalam dunia bisnis. Dan sikap beliau kurang lebih begini, “Okey, saya hargai pendapatmu. Tapi kali ini aku telah memutuskan. Maka, sebagai istri, tolong doa restunya agar saya sukses”.

Inilah yang kemudian berbuah luar biasa. Pak Dahlan Iskan misalnya dalam berbagai kesempatan  menunjukkan apresiasi tingginya untuk Pak Nadjikh. Bahkan menyatakan bahwa dirinya tidak ada apa apanya dalam dunia bisnis dibanding Pak Nadjikh. Orangnya lebih muda tetapi prestasi bisnisnya jauh lebih hebat dari pada dirinya. Saat berpulangnya Almarhum,  Pak Dahlan mengontak saya lewat WA untuk mendiskusikan tulisan obituari beliau untuk tokoh bisnis kelautan ini.

Lalu apa hubungan berani tanpa ragu dengan suportif? Dua hal itu ada pada satu pribadi. Ada pada Pak Nadjih yang diterapkan pada tempat yang berbeda. Keberanian tanpa ragu ditempatkan pada bidang yang dalam kendali. Sesuatu yang telah dipilih untuk ditangani dan dikelola. Bagi Pak Nadjikh tentu saja ini adalah dalam  mengelola perusahaan yang didirikan dan dipimpinnya. Juga terhadap bidang ekonomi yang menjadi amanatnya di Muhammadiyah.

Suportif adalah sesuatu yang diterapkan pada orang lain. Orang atau pihak lain yang tidak berada dalam jangkauan pengelolaan atau pengendalian. Contohnya terhadap saya atau Ahmad Dhani tadi. SNF Consulting yang saya dirikan berada di luar kendali Pak Nadjikh. Dewa-19 pun demikian. Disinilah jiwa suportif Pak Nadjikh muncul dengan kuat. Saya merasakannya sendiri.

Bahkan karyawan Kelola Group pun merasakan sifat suportif ini. Dalam urusan kerja namanya karyawan tentu akan mendapatkan tugas yang bersifat instruktiF dari Pak Nadjikh sebagai pimpinan perusahaan. Secara langsung maupun melalui hirarki manajemen yang ada. Tetapi karyawan juga punya keluarga. Terhadap keluarga ini  sifat suportif itu muncul. Mas Agus Widya Mustofa, salah satu anak buah beliau, sangat terkesan oleh hal ini. Pak Nadjikh sangat suportif terhadap pendidikan anak-anak beliau misalnya. Sesuatu yang dirasakan sangat mendalam hingga kapanpun. Itulah Pak Nadjikh. Suportif. Mari teladani.

Diskusi lebih lanjut? Gabung Grup Telegram  atau Grup WA SNF Consulting

*)Artikel ke-281 ini ditulis oleh Iman Supriyono, CEO SNF Consultinguntuk buku “Mohammad Nadjikh Penggerak Saudagar Muhammadiyah” yang diterbitkan oleh PWM Jawa Timur sebagai apresiasi dan memperpanjang manfaat dari apa yang telah diperankan oleh Almarhum. Bagi Iman Supriyono, ini adalah obituari kedua untuk Almarhum. Obituari pertamanya berjudul “Pak Nadjikh : Obituari untuk Sang Komandan Eksekusi“. Pertama kali Iman menulis dua obituari untuk satu orang yang sama.

One response to “Suportif: Obituari Kedua Pak Nadjikh

  1. Ping-balik: Intangible Asset Persyarikatan | Korporatisasi

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s