Bagi sebuah perusahaan, akhir tahun adalah saat penyusunan rencana bisnis. Salah satu tugas para direksi. Tugas administratif yang didalamnya mengandung konten stratatejik. Disebut tugas admistratif karena memang secara formal harus dilakukan. Undang-undang PT sebagai dasar berdirinya perusahaan mewajibkannya. Tidak melakukannya berarti melalaikan kewajiban. Bisa menjadi pintu masuk berbagai kesalahan-kesalahan berikutnya. Bahan bisa fatal.
Disebut mengandung konten stratejik karena rencana bisnis adalah bagian dari perencAnaan secara umum. Bagian dari planning. Planning adalah satu dari tiga tripod manejemen. Dua yang lainnya adalah executing dan controlling. Fungsinya persis seperti kaki-kaki sebuah tripot. Tidak adanya salah satu kaki mengakibatkan tripod tidak berfungsi. Lemahnya salah aatu kaki mengakibatkan kelemahan tripod secara keseluruhan.
Perencaan adalah berdiri diantara dua kutub waktu. Masa lalu dan masa yang akan datang. Ini yang menarik. Tahun 2020 dunia bisnis diobrak-abrik oleh pandemi. Ada yang menikmatinya sebagai durian runtuh. Ada yang datar-datar saja. Ada yang dihabisi. Bagimana tahun 2021?
$$$
Hingga triwulan ketiga tahun 2020, Siloam Hospital mencatatkan pendapatan Rp 5,00 triliun. Angka ini mengalami penurunan 4% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesaar Rp 5,22 triliun. Penurunan omzet ini sampai berakitbat perusahaan jaringan rumah sakit ini mengalami kerugian Rp 43 miliar. Periode yang sama tahun lalu mengantongi laba Rp 55 miliar.

Namun demikian, dalam kondisi yang merugi, Siloam tetap berivestasi. Laporan arus kas nya menunjukan besaran investasi sebesar Rp 177 miliar. Lebih dari 3x laba tahun sebelumnya. Tepatnya 3,2x laba tahun sebelumnya. Dari catatan laporan keuangannya, sebagaian besar investasinya adalah berupa pembelian aset tetap.
$$$
Belanja modal. Ini adalah isu paling stratejik dalam sebuah perencanaan bisnis. Stratejik karena ini adalah tentang eksistensi perusahaan. Belanja modal terkait erat dengan ekspansi pasar. Bagi sebuah perusahaan rumah sakit misalnya, belanja modal artinya adalah menambah rumah sakit baru. Menambah kapasitas.
Kemungkinannya bisa dua. Rumah sakit baru itu disambut baik oleh pasar. Menghasilkan pendapatan yang cukup umtuk menutup biaya dan menghasilkan laba. Jika ini yang terjadi maka sebuah perusahaan akan makin eksis di pasar. Jika pesaing-pesaingnya tidak melakukan hal yang sama artinya pangsa pasar perusahaan mengalami kenaikan. Makin mendominasi pasar.
Sebaliknya jika investasi gagal diterima baik oleh pasar, perusahaan akan mengalami kerugian. Jika volume investasinya sangat besar, maka efeknya pun akan sangat besar. Bisa mengganggu dan bahkan menghancurkan eksistensi perusahaan. Inilah risikonya.
Pertanyaannya, jika Anda adalah CEO alias direktur utama Siloam, perencanaan seperti apa yang akan Anda putuskan? Tetap seperti tahun 2020 yang walaupun rugi tetap menggelontorkan investasi lebih dari 3x laba tahun sebelumnya? Atau menahan diri tidak berinvestasi sambil menunggu apa yang terjadi. Sambil menunggu apa yang akan dilakukan oleh para pesaing?
Bagaimana perushaaan Anda? Apakah merencankan untuk verinvestasi? Atau masih menahan diri sambil menunggu perkembangan? Menunggu apa yang akan dilakukan oleh para pesaing? Membiarkan para pesaing menguasai pasar? Anda yang bergerak di sektor rumah sakit, bagaimana?
Diskusi lebih lanjut? Gabung Grup Telegram atau Grup WA SNF Consulting
Baca juga:
Corona Pits Stop atau New Normal
Pandemi dan Analogi Rata-rata Kelas
*)Artikel ke-306 karya Iman Supriyono ini ditulis pada akhir tahun 2020 untuk Majalah Matan yang terbit di Surabaya edisi Januari 2021
Ping-balik: Tumbuh Eksponensial Ala Hermina | Korporatisasi