Ada dua tugas direksi perusahaan. Tugas administratif dan tugas stratejik. Tugas administratif adalah mengelola pergerakan aset perusahaan satu demi satu eksternal maupun internal dan mencatatnya sesuai standar akuntansi. Tugas stratejik adalah menjaga dan meningkatkan eksistensi perusahaan yang diukur dengan pertumbuhan laba, omzet, aset dan nilai pasar. Inilah PR utama manajemen.
Kali ini, mari kita belajar Hermina, sebuah perusahaan rumah sakit. Omzet Hermina tahun 2018 adalah Rp 3,06 triliun. Tiga tahun berikutnya masing-masing adalah Rp 3,63 triliun, Rp 4,42 triliun, dan Rp 5,82 triliun. Tahun 2019 tumbuh 18% dari tahun sebelumnya. Tahun 2020 tumbuh 22% dari tahun sebelumnya. Tahun 2021 tumbuh 32%. Tahun 2022 sampai triwulan ketiga omzetnya adalah Rp 3,59 triliun. Turun 22% dibanding triwulan yang sama tahun sebelumnya.
Bagaimana pertumbuhan asetnya? Empat tahun terakhir posisi aset akhir tahun masing-masing adalah Rp 4,17 triliun, Rp 5,04 triliun, Rp 6,36 triliun, dan Rp 7,59 triliun. Apakah pertumbuhan itu sehat? Mari kita lihat labanya. Empat tahun terakhir labanya masing-masing adalah Rp 191 miliar, Rp 344 miliar, Rp 645 dan Rp 1,31 triliun. Rasio antara laba terhadap aset (ROA) empat tahun terakhir masing-masing adalah 4,6%, 6,8%, 10,1% dan 17,3%. Terlihat bahwa Hermina mampu mempertahankan dan bahkan meningkatkan ROA. Artinya, Hermina talah mampu mengonversi setiap pertambahan aset menjadi pertambahan laba. Bahkan makin lama makin bagus.

Pertumbuhan omzet selama empat tahun terakhir juga cukup bagus. Bahkan tahun 2022 ini sampai pada triwulan terakhir juga bagus. Rata-rata dalam 4 tahun terakhir tumbuh 25%. Bagus. Tapi pertanyaannya, bisakah Hermina tumbuh lebih tinggi dari angka tersebut? Tumbuh eksponensial?
Mari kita lihat. ROA yang stabil bahkan meningkat menandakan bahwa manajemen mampu menggunakan aset dengan baik. Mampu mengonversi setiap pertambahan aset menjadi laba. Ini adalah ciri sebuah perusahaan telah menemukan apa yang disebut sebagai revenue and profit driver alias RPD. RPD bagi Hermina adalah unit rumah sakit. Saat ini Hermina memiliki 34 rumah sakit. Per 30 september 2022 asetnya adalah Rp 7,54 triliun. Artinya rata-rata tiap unit rumah sakit membutuhkan aset Rp 221 miliar. Dengan laba 1,31 triliun, artinya tiap unit menghasilkan laba rata-rata Rp 38 miliar.
Mari kita cermati potensi tumbuhnya. Saat ini jumlah lembar saham yang telah diterbitkan adalah 14,9 miliar lembar. Harga per lembar sahan di pasar adalah Rp 1495. Jika misalnya perusahan menerbitkan 1,49 miliar lembar saham baru dan di lepas ke pasar, akan ada uang masuk Rp 2,23 triliun. Dengan nilai aset per unit rumah sakit Rp 221 miliar, maka perusahaan bisa membuat atau mengakuisisi 10 rumah sakit baru. Dengan rata-rata laba per unit Rp 38 miliar maka akan ada tambahan laba sebesar Rp 380 miliar.
&&&
Hermina mulai berdiri sebagai rumah sakit kecil tahun 1967. Usianya sudah 55 tahun. Dengan posisi saat ini memiliki 34 rumah sakit, maka rata-rata per tahun membangun 0,62 rumah sakit. Maka, andai Hermina tahun depan menerbitkan 10% saja saham baru seperti perhitungan di atas, akan mampu membangun dan atau mengakuisisi rumah sakit baru sebanyak 10 unit. Akan menjadi 44 unit. Jika ini digambar pada sebuah kurva dengan sumbu datar waktu dan sumbu tegak jumlah unit rumah sakit, Hermina akan memiliki kurva pertumbuhan eksponensial.
Bahkan akan makin eksponensial jika Hermina juga menyeimbangkan antara utang dengan ekuitas. Dengan utang posisi terakhir Rp 2,98 triliun, penerbitan saham di atas akan memberi kesempatan kepada Hermina untuk menambah utang Rp 3,82 triliun melalui penerbitan obligasi atau sukuk. Jika ini dilakukan, rasio utang masih berada pada angka 1. Utang sama dengan ekuitas (modal sendiri). Masih aman. Jika ini dilakukan, akan ada 17 rumah sakit yang bisa dibangun atau diakuisisi dari pihak lain. Total menjadi 61 rumah sakit. Terbesar di Indonesia. Pertumbuhan akan makin eksponensial. Dan…jangan kuatir, Hermina telah mampu menunjukkan bahwa setiap pertambahan aset mampu dikonversi menjadi pertambahan laba. Telah menemukan RPD.
Pembaca yang baik, setiap perusahaan memiliki peluang untuk tumbuh secara eksponensial. Syarat utamanya adalah telah menemukan revenue and profit driver alias RPD. Syarat berikutnya adalah mampu dan mau memasukkan modal baru baik melalui pintu ekuitas ataupun pintu utang lalu mengonversinya menjadi pertumbuhan laba dengan ROA yang stabil. Bagaimana perusahaan Anda?
Tulisan ke-393 Iman Supriyono di web ini. Artikel ini ditulis dan diterbitkan oleh majalah Matan, terbit di Surabaya, edisi Desember 2022.
Diskusi lebih lanjut? Silakan bergabung Grup Telegram atau Grup WA KORPORATISASI
Anda memahami korporasi? Klik untuk uji kelayakan Anda sebagai insan korporasi
Atau ikut KELAS KORPORATISASI
Baca Juga:
Mitra Keluarga Menyalip Siloam
Bisnis Rumah Sakit 2021
Vaksin Covid Astra Zeneca Versus Kima Farma