PT Pioneerindo Gourmet International Tbk. alias CFC IPO pada tahun 1994. Saat itu perusahaan yang semula terwaralaba dari Pioneer Take Out USA ini menerbitkan 9 juta lembar saham nilai nominal Rp 1000 dengan harga Rp 5 100 per lembar sehingga mengantongi dana Rp 45,9 miliar. Dana yang cukup besar ketika itu. Kini, 30 tahun setelah IPO, bagaimana prestasi CFC? Mari kita lihat beberapa poin penting atas kinerjanya. Saya akan menuliskannya dalam format poin-poin:
- Data yang masih tersedia cukup lengkap dari berbagai sumber adalah tahun 2007. Laporan keuangan teraudit tahun tersebut menyebut aset Rp 74 miliar dengan nilai buku Rp 1 miliar, saldo rugi Rp 116 miliar, omzet Rp 160 miliar, laba Rp 163 juta, nilai pasar per lembar saham Rp 116, nilai pasar perusahaan Rp 27 miliar. Saldo rugi yang besar ini mencerminkan bahwa sepanjang perjalanan perusahaan sejak berdiri pada tahun 1983 diwarnai dengan prestasi yang tidak menyenangkan.
- Tahun 2023 aset Rp 329 miliar, nilai buku Rp 151 miliar, saldo laba Rp 22 miliar, omzet Rp 624 miliar, laba tahun berjalan Rp 18 miliar, nilai pasar per lembar saham (akhir tahun) Rp 2 590 dan nilai pasar perusahaan Rp 572 miliar. Saldo laba yang semula minus sudah berubah menjadi positif.
- Berdasarkan data tersebut, dapat diketahui bahwa pertumbuhan rata-rata majemuk (CAGR) selama 16 tahun (2007-2023) untuk aset adalah 9,8%, nilai buku 36,8%, omzet 8,9%, laba 34,2%, nilai pasar 21%. Angka-angkanya tidak sinkron antara satu indikator dengan indikator lain. Ini mengindikasikan perusahaan belum menemukan model bisnis yang tepat. Dalam kerangka SNF Consulting RPD (revenue and profit driver) perusahaan ini masih lemah.
- Untuk nilai pasar per lembar saham CAGR sejak IPO (1994) sampai saat ini (nilai per lembar saham Rp 1 395 dengan koreksi stock split) adalah minus 1,99%. Pertumbuhan minus artinya adalah penurunan.
- Investor yang masuk pada saat IPO hari ini mendapatkan hak laba per lembar saham (dengan koreksi stock split) sebesar Rp 36,355. Maka ROI investor IPO berdasar kinerja tahun 2023 adalah 0,7%. ROI nol koma setelah menunggu 30 tahun tentu bukan sesuatu yang menggembirakan. Apalagi nilainya justru menyusut.
Hari ini nilai pasar CFC adalah Rp 304 miliar. Dengan nilai buku sebagaimana tersebut di atas sebesar Rp 151 miliar maka nilai intangible aset CFC adalah 153 miliar. Dilihat dari sejarah perusahaan yang sudah berusia 41 tahun (CFC berdiri tahun 1883) maka angka itu kecil sekali. Tapi jika dilihat sebagai modal untuk melangkah ke depan angka itu adalah potensi yang sangat bernilai. Mampu eksis 41 tahun adalah prestasi tersendiri. Tapi, tantangannya adalah bagaimana mengoreksi strategi CFC yang selama ini dijalankan. Mesti dikoreksi karena terbukti mencatatkan kinerja tidak bagus sebagaimana pada angka-angka di atas. Untuk koreksi strategi, tentu dibutuhkan data internal yang cukup. Tapi paling tidak bagi Anda para pembaca ini adalah sebuah pelajaran bisnis yang sangat bernilai.
Artikel ke-447 karya Iman Supriyono ditulis di kantor pusat SNF Consulting, Sinarmas Land Plaza lantai 9, Jalan Pemuda 60-70 Surabaya, pada tanggal 18 April 2024
Diskusi lebih lanjut? Silakan bergabung Grup Telegram atau Grup WA KORPORATISASI atau hadiri KELAS KORPORATISASI
Anda memahami korporasi? Klik untuk uji kelayakan Anda sebagai insan korporasi