Pada artikel terdahulu, saya menulis tentang tiga kemungkinan efek corona bagi sebuah perusahaan. Perusahan besar ataupun kecil. Yang sering kita dengar adalah efek buruk. Bisnis melambat. Bahkan berhenti sama sekali. Kali ini saya akan menulis tentang perusahaan yang justru seperti mendapat durian runtuh. Dan bukan sembarang durian. Tapi durian musang king. Atau durian super tembaga. Atau montong. Atau durian super yang lain.

Corona adalah ibarat durian runtuh bagi Zoom. Bukan durian biasa. Tapi durian montong atau musang king super
Zoom. Lengkapnya Video Communications Inc. Perusahaan yang didirikan oleh Eric Yuan pada tahun 2011 ini benar-benar menerima durian runtuh saat pandemi corona. Berbagai negara menerapkan lock down. Atau paling tidak social distancing ketat. Dimana-mana orang melakukan pekerjaan atau sekolah dan kuliah dari rumah. Mereka membutuhkan sarana komunikasi. Dan Zoom telah siap dengan kebutuhan itu.
Di Google Play, saat ini sudah lebih dari 50 juta orang mengunduh Zoom. Jurnalis Bloomberg Emily Chang dalam wawancara dengan CFO Zoom Kelly Steckelberg minggu lalu menyebut bahwa pengguna Zoom naik dua kali lipat minggu sebelumnya. Peningkatan ini tertangkap oleh para investor dengan kenaikan harga saham.
Perusahaan ini melantai tahun lalu dengan perolehan dana USD 356,8 juta (IDR 5,7 triliun, kurs hari ini). Harga saham hari ini adalah USD 135,18. Angka itu adalah naik dari posisi akhir januari sebesar IDR 76,30 alias naik 77% dalam waktu tidak sampai 2 bulan.

Dengan harga saham tersebut maka nilai (sering disebut salah kaprah sebagai valuasi) Zoom saat ini adalah USD 37,72 miliar (IDR 608 triliun). Maka, seandainya Zoom perlu meningkatkan kapasitas maka dana murah akan dengan mudah didapat. Dengan menerbitkan saham 10% saja, Zoom akan mendapatkan dana sekitar USD 3,772 milar (IDR 60,8 triliun). Dana tersebut sangat murah karena investor hanya mengharapkan ROI sebesar 0,06% (per tahun). Itulah korporatisasi. Bandingkan misalnya dengan tingkat bunga pinjaman di negeri ini yang sekitar 10% persen (per tahun).

Murahnya dana ini adalah pintu lebar bagi perusahaan yang kini telah memiliki 19 data center di berbagai negara ini untuk berekspansi. Inilah durian runtuh yang luar biasa di tengah penyebaran wabah corona yang ditakuti masyarakat dunia. Itulah krisis. Menjadi penderitaan bagi sebagian masyarakat. Mungkin sebagian besar. Tetapi juga menjadi berkah bagi sebagian yang lain.
Diskusi lebih lanjut? Gabung Grup Telegram atau Grup WA SNF Consulting
*)Artikel ke-256 ini ditulis pada tanggal 25 Maret 2020 di Surabaya dalam suasana work form home akibat wabah corona oleh Iman Supriyono, CEO SNF Consulting.
Apakah artinya semua bisnis saat inii harus going digital? karena sulit mendekati konsumen via offline maka via online jadi satu-satunya jalan keluar.
iya dengan variasi pendekatan yang berbeda2
Ping-balik: Bisnis Rumah Sakit: Bagaimana 2021? | Catatan Iman Supriyono