Corona: Pit Stop atau New Normal?


PT Modern Internasional Tbk. Perusahaan yang di lantai bursa disebut MDRN ini mengalami kejayaan ketika masyarakat masih menggunakan foto dengan film untuk mengabadikan momen-momen pentingnya. Fuji image plaza atau Foto Modern hadir dimana-mana. Gerainya di tempat-tempat stratejik.

Tapi kemudian jaman berubah. Muncul kamera digital. Harganya pun murah. Fuji image plaza pun sepi. Tidak ada lagi orang beli film. Tidak ada lagi orang mencucikan film. Tidak ada lagi afdruk foto. Apalagi kemudian ketika kamera menyatu dengan gadget. Habislah bisnis berbasis foto berfilm.

Tahun 2016 MDRN mengembalikan lisensi merek kepada Fuji Film Jepang sebagai prinsipal. Perusahaan banting setir memanfaatkan gerai-gerainya di berbagai kota membuka Seven Eleven. Kedudukannya seperti dengan Fuji Film yaitu pemegang lisensi merek asal USA ini melalui skema waralaba.

Dalam waktu singkat dibukalah puluhan gerai. Bahkan pada puncaknya lebih dari 100 gerai telah dibuka dalam beberapa tahun. Seven eleven pun menjamur di kota-kota besar tanah air. Tetapi di pasar sudah ada Indomaret dan Alfamart yang gerainya masing-masing sudah belasan ribu. Singkat kata, MDRN kalah bersaing dan akhirnya menutup seluruh gerai Seven Eleven.

Bagaimana kondisinya saat ini? Laporan akhir tahun 2019 belum terbit. Laporan terbaru yang ditampilkan di laman  Bursa Efek Indonesia adalah triwulan ketiga 2019. Dilaporkan bahwa omzetnya selama tiga triwulan adalah Rp 96 miliar. Omzet sudah lumayan meningkat dari periode yang sama tahun sebelumnya yang Rp 63 miliar. Tetapi pendapatan tersebut tidak cukup untuk menanggung seluruh beban. Rugi Rp 26 miliar. Membengkak dari kerugian tahun sebelumnya yang Rp 3 miliar. Secara arus kas operasional juga minus Rp 19 miliar. Minusnya ditambal dengan utang sebesar Rp 34 miliar. Berat.

Pada masa jayanya, tahun 2006 misalnya, pendapatan perusahaan adalah Rp 1,256 triliun dengan laba Rp 1,8 miliar. Tahun 2009 mengantongi laba  Rp 12 miliar.

$$$

Bagi dunia bisnis, pandemi corona bisa berakibat tiga kemungkinan: terdampak negatif, netral, atau terdampak positif.  Yang terdampak negatif misalnya adalah perusahaan yang bergerak di bidang resto, warkop, maskapai penerbangan, dan hotel. Yang netral misalnya bisnis kebutuhan pokok seperti air minum, beras, sabun dan sejenisnya. Yang terdampak positif misalnya adalah bagi perusahaan yang bergerak di dunia online seperti aplikasi video conference Zoom, penyedia koneksi internet,  dan produsen alat kesehatan.

kesibukan sebuah pit stop

Kesibukan di sebuah pit stop; berhenti sejenak berbenah untuk perjalanan berikutnya

Yang terdampak negatif bisa dikelompokkan menjadi dua. Terdampak permanen dan terdampak sementara. Terdampak permanen terjadi karena memang  perilaku pasar berubah dipicu oleh pandemi dan tidak mau kembali lagi. Ataupun kembali tetapi tidak seratus persen.

Jika perusahaan Anda berada pada posisi terdampak negatif dan kelak kondisinya akan pulih seperti sedia kala, sikapi bahwa perusahaan sedang berada dalam  pit stop dalam balap motor atau mobil. Pemberhentian sesaat yang justru bermanfaat untuk memperbaiki segala sesuatunya. Menambah tekanan ban, menambah bahan bakar, dan sebagainya. Yang penting adalah menjaga nafas dengan berhemat agar tetap hidup.

Namun demikian bisa jadi perubahanya permanen alias akan muncul new normal. Bukan sekedar pit stop. Jika ini  yang terjadi maka MDRN menjadi pelajaran. MDRN mengubah bisnis film  menjadi convenience store. Bidang yang sama sekali baru. Sama sekali tanpa keahlian. Sementara di pasar ada dua raksasa Alfamart dan Indomaret. Persaingan super ketat.

Berbeda dengan Fuji Film, mitra MDRN sebagai prinsipal dari Jepang. Fuji Film mengubah bisnis dengan tetap mendayagunakan keahlian dasarnya di bidang pengolahan image. Yang dilakukan  hanya menggeser aplikasi keahlian itu. Dari fotografi populer menjadi fotografi medik. Maka, saat ini Fuji Film adalah raja bisnis rontgen dan medical image lain. Termasuk di Indonesia yang bekerja sama dengan mitra baru sebagai pengganti MDRN.
MSP1

Pelajaran pentingnya: Jika yang terjadi adalah new normal, jangan sampai salah langkah dalam mengubah haluan bisnis. Tetap daya gunakan keahlian dasar  alias core competence yang selama ini telah dipelajari bertahun-tahun. Ubah aplikasi keahlian dasar itu untuk bisnis baru dalam suasana new normal. Bisnis baru pada kehidupan baru. Semoga sukses.

Diskusi lebih lanjut? Gabung Grup Telegram SNF Consulting atau Gabung Grup WA SNF Consulting

*)Artikel ke-263 ini ditulis oleh Iman Supriyono dan dimuat  oleh Majalah Matan, terbit di Surabaya, edisi Juni 2020

3 responses to “Corona: Pit Stop atau New Normal?

  1. Subhanallah, pencerahan yang luar biasa dalam melihat gejala perubahan karena pandemi ini.
    Terimakasih pak Iman.

  2. Ping-balik: Bisnis Rumah Sakit: Bagaimana 2021? | Catatan Iman Supriyono

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s