Ekonomi Berjamaah: Makna di Balik Angka Uang


Surabaya tahun 1993.  Kala itu saya mengikuti mata kuliah Analisis Teknik dan Biaya. Sesuai namanya, matakuliah di jurusan Teknik Mesin ITS itu adalah tentang hubungan antara ilmu engineering dengan biaya. Dengan uang. Sebagai mata kuliah wajib, saya memang harus mengikutinya. Tidak ada ketertarikan khusus terhadap mata kuliah itu.

Apa isinya? Kurang lebih adalah penerapan ilmu matematika di bidang keuangan. Nah, sebagai mahasiswa teknik mesin yang memang sehari-hari berkutat dengan persamaan matematika, mata kuliah itu bisa saya lalui dengan baik. Lulus dengan hasil yang cukup menyenangkan.

Apa daya tarik mata kuliah tentang keuangan itu? Sama sekali tidak ada.  Sekedar menjadi kewajiban sebagai seorang mahasiswa. Uang hanya sebatas angka. Itulah kesan pertama saya mempelajari ilmu keuangan.

&&&

Surabaya 25 Agustus 2020. Hari ini saya menulis artikel ke 1879 untuk buletin elektronik bertajuk “Korporatisasi”. Karena temanya adalah tentang strategi korporasi, tulisan-tulisan yang bisa dibaca di www.korporatisasi.com itu tentu saja juga mengupas tentang uang. Karena buletin itu terbit harian, artinya saya sudah menulis 1879 hari alias lebih dari 5 tahun tanpa berhenti.

Apa energi untuk itu? Menulis tentang uang dalam waktu yang panjang tanpa jenuh? Jawabnya: ada makna di balik uang. Bukan uangnya itu sendiri. Tetapi apa yang ada di balik uang itu. Itulah daya tariknya.

Misalnya saja, hari ini saya menulis tentang Toyota. Aset perusahaan otomotif terbesar dunia isu saat ini adalah JPY 55,9 triliun alias IDR 7 664 triliun. Bagaimana sebuah perusahaan bisa memiliki aset yang nilainya lebih besar dari pada aset pemerintah RI? Ini adalah salah satu pertanyaan menarik tentang apa yang ada dibalik angka.

Di balik uang lebih dari tujuh ribu triliun Rupiah itu ada hal yang sangat menarik: ekonomi berjamaah. Tidak mungkin satu orang atau satu keluarga pendiri Toyota mampu mengumpulkan aset sebesar itu. Angka itu adalah hasil dari pengumpulan aset milik banyak sekali orang. Jutaan orang.

Mari kita lihat daftar pemegang saham Toyota Motor Corporation, demikian nama resminya. Pemegang saham terbesarnya adalah Toyota Motor Corporation dengan 14,3%. Ini artinya adalah saham yang dipegang sendiri oleh perusahaan. Caranya dengan buy back. Terbesar kedua dipegang oleh Toyota Industries Corporation sebesar 7,31%. Kedua pemegang saham ini bisa dihitung sebagai kontribusi pendiri dalam mengumpulkan aset hampir 8 ribu triliun itu. Total sebesar 21,61%. Dengan kata lain, selebihnya, yaitu 78,39%, adalah peran pihak lain diluar  keluarga pendiri.

Shalat berjamaah, ekonomi pun berjamaah

Nippon Life Insurance Co dengan 3,89% adalah kontributor terbesar ketiga. Karena ini adalah perusahan asuransi, tentu saja uangnya berasal dari para nasabah yang jumlahnya jutaan orang. Disinilah pelajaran tentang ekonomi berjamaah muncul. Bahwa perusahaan powerful itu tidak bisa hanya berdiri pada kekuatan pendiri atau keluarga pendiri. Butuh pihak lain. Butuh jutaan orang lain.

Bahkan berjamaahnya bukan hanya orang satu negara.  Pemegang saham terbesar ketujuh adalah The Vanguard Group Inc. dengan 2,14%. Vanguard adalah sebuah perusahaan investasi dari USA. Aset yang ditanamkan oleh Vanguard itu adalah sebagian kecil dari  aset kelolaan USD 6,2 triliun. Aset yang dalam Rupiah bernilai 90 486 triliun itu bukan milik seorang dua orang. Tetapi miliki jutaan orang dari berbagai negara.

Itulah makna dibalik angka uang. Makna ekonomi berjamaah dari angka angka uang. Bahwa sebuah perusahaan besar yang produknya dipakai masyarakat seluruh dunia lahir tidak dengan kekuatan satu orang atau satu keluarga. Tetapi lahir dari berkumpulnya uang milik jutaan orang dari berbagai negara.

Kembali ke certa mata kuliah Analisa Teknik Biaya tahun 1993. Jika hanya dipandang sebagai angka, uang tidak menarik. Hambar. Tetapi jika dipandang dengan apa yang ada dibalik angka, uang menjadi sangat menarik. Menjadi energi untuk menulis tiap hari selama 5 tahun lebih. Tulisannya menjadi energi bari SNF Consulting, kantor konsultan manajemen tempat saya berkarya, untuk menarik masuknya klien-klien baru. Hanya itulah makna di balik angka-angka uang? Tidak! Masih banyak lagi.

Diskusi lebih lanjut? Gabung Grup Telegram  atau Grup WA SNF Consulting

*)Artikel ke-286 ini ditulis oleh Iman Supriyono, CEO SNF Consulting, sebagai pengantar buku “Filosofi Uang” yang diterbitkan oleh Penerbit Rejeki Baru, 2020

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s