Pendidikan tidak boleh berkarakter transaksional. Penanda karakter transaksional adalah: Guru dibayari murid. Atau dosen dibayari mahasiswa di dunia perguruan tinggi. Atau Ustadz dibayari santri di dunia pondok pesantren.
Guru dibayari murid. Dosen dibayari mahasiswa. Atau ustadz dibayari santri. Tentu saja tidak bisa dilihat secara fisik: murid menyerakan uang fisik atau mentranfer uang ke rekening guru. Atau santri menyerahkan uang fisik ke ustad. Atau mahasiswa menyerahkan uang fisik maupun tranfer ke rekening dosen. Lalu bagaimana melihatnya? Tidak ada cara lain kecuali dengan membaca laporan keuangannya. Supaya lebih jelas saya akan mengambil contoh laporan keuangan Masachusets Instutute of Technologi. Kampus yang juga dikenal sebagai MIT ini pantas menjadi acuan paling tidak karena lima alasan.
Pertama, ini adalah kampus swasta murni berbadan hukum non profit corporation. Tidak diragukan lagi tentang misi sosial lembaga pendidikan ini. Dalam tata hukum Indonesia, non profit corporation adalah perkumpulan. Ini adalah badan hukum yang dipilih KH Hasyim Asyari dan KH Ahmad Dahlan ketika mendirikan NU dan Muhammadiyah. Keduanya berbadan hukum perkumpulan sampai saat ini. Bukan yayasan. Baca perbandingannya di sini.
Kedua, MIT adalah perguruan tinggi yang selalu berada pada ranking satu dalam QS University ranking. Semua perguruan tinggi dunia kalah oleh kampus yang luas lahannya hanya 68 hektar ini. Bandingkan misalnya dengan UI dengan luas lahan lebih dari 3x MIT tapi berada di rangking 189. NTU Singapura pada peringkat 12.
Ketiga, MIT telah menghasilkan 105 penerima hadiah nobel. Tentu ini bukan main-main. UI, ITB, ITS, Unair, IPB dan UGM misalnya, belum menghasilkan satu pun penerima hadiah nobel. NTU pun belum menghasilkan penerima nobel dari kalangan alumni atau dosen tetapnya.
Keempat, pada laporan keuangan 2024, uang kuliah mahasiswa (UKT, SPP, tuition) hanya berkontribusi 8% terhadap total pendapatan kampus. Dengan demikian ini adalah kampus yang tidak lagi terjebak pada paradigma dosen dibayari mahasiswa.
Kelima, MIT memperoleh pendapatan non SPP (non tuition) bukan dari berbisnis. Mengapa ini penting? jika dari non tuition diperoleh dari bisnis, kampus berubah dari institusi pendidikan yang berkarakter sosial menjadi organisasi bisnis seperti perusahaan. ini bahaya. Makanya MIT menghindarinya. Lalu bagaimana caranya? Saya akan menjelaskannya dengan format poin-poin.
- Untuk bisa menjawab pertanyaan di atas, kita harus mulai dengan mendefinisikan apa yang disebut sebagai Indeks Wakafisasi (IW). Sebuah terminologi yang mengukur kemampuan sebuah lembaga pendidikan (sekolah, kampus atau pondok pesantren) dalam mendayagunakan dana wakaf atau dana abadi (endowment fund) sebagai penopang utama pendapatan kampus. IW merupakan kebalikan dari Indeks ketergantungan lembaga pendidikan terhadap pendapatan dari murid (IK).
- Sumber pendapatan sebuah lembaga pendidikan bisa dibagi menjadi empat kelompok utama. Pertama adalah dari uang yang dibayarkan oleh peserta tidik. Secara teknis adalah berupa uang kuliah, uang sekolah, SPP, UKT, uang bulanan atau uang syahriah dari peserta didik.
- Kedua adalah dari proyek hasil dari mempraktekkan ilmu para pendidik di lembaga pendidikan itu. Contoh, kampus seperti MIT punya institusi riset yang bernama Lincoln Laboratory. Lembaga riset MIT ini mendapatkan proyek dari penjualan hasil-hasil riset kepada departemen pertahanan (oleh Trump diubah namanya menjadi departemen perang) pemerintah federal USA.
- Ketiga adalah pendapatan investasi dana abadi. MIT misalnya selalu mengumpulkan dana abadi (wakaf dalam terminologi Islam) dari masyarakat. Dana ini kemudian diinvestasikan dan hasilnya menjadi pendapatan kampus.
- Keempat adalah lain-lain. Yaitu pendapatan apapun yang sumbernya bukan dari ketiga sumber yang disebut sebelumnya
- IW dapat diukur melalui dua cara. Bisa melalui lag indicator. Atau melalui lead indicator. Lag indicator adalah hasil dari sebuah proses. Lead indicator adalah usaha yang bersifat proses. Untuk lag indicator, IW diukur dari persentase pendapatan dari hasil investasi dana abadi terhadap total pendapatan lembaga pendidikan. Untuk MIT, dalam laporan keuangan 2024, pendapatan dari hasil investasi dana abadi adalah USD 1,48 miliar (IDR 24,7 triliun. Total pendapatan kampus adalah USD 5,07 miliar (IDR 89,4 triliun). Dengan demikian IW MIT adalah 1,48 dibagi 5,07 yaitu 29%
- Sebagai catatan penting, pendapatan dana abadi tersebut diperolah melalui investasi, bukan bisnis. MIT mendirikan MIT Investment Management Company (MITIMCO), sebuah perusahaan berbadan hukum PT yang bekerja sebagai investing company, bukan operating company. Artinya, MIT tidak berbisnis. MIT terhindar dari persaingan dunia bisnis yang sangat bertentangan dengan karakter sosial sebuah lembaga pendidikan. Pada saat yang sama, dana investasi tersebut akan memperbesar perusahaan-perusahaan (operating company) yang berperan sebagai investee berkualitas. USA yang berkontribusi hampir 700 dari 2000 perusahaan terbesar dunia (berdasar omzet, laba, aset dan market cap) tidak bisa dilepaskan dari institusi pendikan seperti MIT melalui investasi endowment fund nya.
- Berapa IK MIT? Pendapatan dari tuition fee adalah USD 428 juta (IDR 72 miliar). Dengan demikian nilai IK adalah 428 juta dibagi 5,07 miliar alias 8%. Makin tinggi angka IW akan diikuti dengan makin rendahnya skor IK. IW berlawanan dengan IK itulah IW MIT diukur dari lag indicator.
- Jika diukur melalui lead indicator, IW adalah persentase aset investasi dana abadi (dana wakaf) dibanding dengan total aset lembaga pendidikan. Dalam laporan keuangan MIT tahun 2024, nilai aset investasi endowment fund adalah USD 31,76 miliar (IDR 532 triliun). Total aset kampus adalah USD 39,98 miliar (IDR 670 triliun). Dengan demikian IW adalah 31,76 dibagi 39,98 alias 79%.
- Lawan dari IW dengan pendekatan lead indicator adalah Indeks Aset Operasional (IO). Dari total aset MIT yang 39,98 miliar, yang berupa aset operasional (tanah, gedung dan peralatan pendidikan) adalah USD 5,43 miliar (IDR 100 triliun). Dengan demikian IO MIT adalah 5,43 dibagi 39,98 yaitu 14%. Artinya, aset operasional MIT hanya sebesar 14% dari total aset kampus. Makin rendah IO akan makin tinggi IW suatu kampus. IO dan IW bersifat berlawanan
- Anda pengelola lembaga pendidikan? Coba hitung, berapa IW lembaga pendidikan yang Anda kelola? Berapa IW jika diukur dengan lag indicator? Berapa jika diukur dengan lead indicator? IW yang rendah ( di bawah 50% jika diukur dari lead indicator) menandakan bahwa lembaga pendidikan yang Anda kelola butuh upaya besar untuk mendayagunakan wakaf atau endowement fund.
- Bagaimana untuk menjadi lebih baik? Tentu saja dengan menyusun strategi yang tepat untuk meningkatkan IW. Secara komprehensif strategi tersebut harus dituangkan dalam roadmap lembaga pendidikan. Bermula dari angka IW saat ini menuju angka IW di atas 50% dan selanjutnya bisa seperti MIT yang IW berbasis lead indicatornya adalah 79%.
- Coba buka link berikut. Lihatlah betapa MIT yang IWnya sudah 79% pun masih gencar menggali donasi. Dengan demikian angka IW MIT (lead indicator) ke depan akan terus naik. Dan yang lebih penting, sumbangan endowment fund (wakaf) yang terus mengalir kepada MIT menunjukkan bahwa masyarakat masih memandang MIT sebagai lembaga pendidikan yang berkarakter sosial. Bukan bisnis. Perlu ditekankan, IW didorong dengan menggalang donasi dari masyarakat, bukan dengan menyisihkan laba operasional .
- Bagaimana lembaga pendidikan yang Anda pimpin? Sudahkah masyarakat berbondong-bondong menyumbang untuk endowment fund atau aset wakaf? jika belum, artinya adalah bahwa masyarakat belum memandang lembaga pendidikan yang Anda pimpin sebagai institusi sosial. Jangan-jangan, masyarakat memandang lembaga yang Anda pimpin sebagai institusi bisnis. Tidak ada yang mau menyumbang institusi bisnis. Secara akuntansi, IK yang tinggi, apalagi 100%, adalah penanda bahwa lembaga pendidikan yang Anda pimpin perlu upaya besar untuk menuju yang ideal.
- Mengapa harus berfokus pada IW berbasis lead indicator? Karena itulah yang lebih tepat untuk dikontrol. Jika IW berbasis lead indicator tinggi, berikutnya tinggal bagaimana fund manager bekerja untuk mengkonversinya menjadi IW berbasis lag indicator. Kerja fund manager adalah persis seperti sebuah perusahaan investasi. Kalau di Indonesia seperti Saratoga.

Bagaimana lembaga pendidikan yang Anda kelola? Apa yang akan Anda lakukan? Atau mungkin butuh bantuan untuk menyusun roadmap atau strategi wakaf/endowment fund? SNF Consulting siap membantu. Semoga kita semua bisa berkontribusi mengembangkan aset wakaf untuk dunia pendidikan. Berkontribusi mengubah kondisi pendidikan yang transaksional menjadi berjiwa sosial. Semoga kita bisa berperan maksimal. Berperan membangun amal jariah. Bukan hanya untuk kehidupan dunia, lebih dari itu adalah untuk kehidupan sesudah kematian. Semoga.
Karya ke-492 Iman Supriyono yang ditulis kantor pusat SNF Consulting di jantung kota pahlawan pada tanggal 18 November 2025.
Diskusi lebih lanjut? Silakan bergabung Grup Telegram atau Grup WA KORPORATISASI atau hadiri KELAS KORPORATISASI
Anda memahami korporasi? Klik untuk uji kelayakan Anda sebagai insan korporasi
Keren banget ini cak Iman, jadi pengen mempraktekkannya, namun saya bukan praktisi pendidikan.