Rp 3 M: Mas Kawin Sang Teladan


Apa maskawin yang paling populer di sekitar Anda saat ini? Saya yakin Anda akan menjawab ini: seperangkat alat sholat. Ini pulalah jawaban jamaah pengajian di halaman masjid kampus Unmuh Ponorogo pagi itu. Saya mananyakannya dari mimbar yang persis membelakangi masjid. Sebuah kesempatan pada acara rutin mingguan yang selalu dihadiri oleh dua ribuan jamaah.

Pertanyaan lanjutannya: kenapa memilih seperangkat alat sholat? Jawaban standarnya: karena ingin menjadi kelaurga yang sakinah mawaddah wa rohmah. Pasangan suami istri manapun tentu mengharapkan ini. Seperangkat alas sholat diharapkan menjadi simbul visi bersama untuk mencapainya. Semangat berdua untuk tujuan yang mulia dunia akhirat.

Sekarang coba pertanyaan ini Anda jawab: pasangan siapa yang sepanjang sejarah umat manusia bisa menjadi teladan dalam mencapai sakiah wawaddah wa rohmah? Saya yakin jawabnya juga akan kompak: Muhammad SAW dan Khodijah Al Kubro.

Pertanyaan lanjutan untuk Anda: apa mas kawin pasangan Muhammad SAW Khodijah al Kubro saat menikah? Nah…menurut Syafi’i Antonio dalam bukunya Muhammad Supermanager Superleader maskawinnya adalah 100 ekor onta dan 2 kg emas. Jika dinilai dengan uang sekarang, onta muda besar jantan harganya sekitar Rp 25 juta. Emas per gram anggap saja Rp 250 ribu. Maka total onta senilai Rp 2,5 Milyar dan Emas Rp 500 juta. Total maskawin senilai Rp 3 Milyar. Itulah teladan dari keluarga yang diakui oleh penghuni bumi dan langit sebagai keluarga sakinah mawaddah warohmah. Bukan seperangkat alat sholat.

Maka…Anda para gadis atau yang memiliki anak gadis, nanti kalau ada calon suami atau calon menantu bertanya tentang mas kawin, jawab saja begini. Wahai calon suami/menantuku, tentunya engaku mengiginkan keluarga sakinah mawaddah wa rohmah seperti keluarga Muhammad SAW dan Khodijah Al Kubro. Maka untuk urusan maskawin, kalian bertanyalah pada para ulama apa maskawin sejoli idola dunia akhirat itu. Contoh saja maskawin itu ndak perlu ditambah tambah. Hehehehe…. para hadirin yang memadati halaman kampus itu pun pada ketawa lebar

•••

“….Saya Adi di Malang punya anak Putri berumur 6 tahun daputra 3 tahun. Saya sebagai bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil. Melalui rubrik ini saya ingin bertanya: bagaimana cara membimbing anak-anak kami agar kelak nanti mereka bisa cerdas secara finansial. Apa yang harus kami lakukan?”. Kisah tentang maskawin Nabi di atas bisa menjadi inspirasi bagi pertanyaan salah seorang pembaca majalah ini.

Gambar berikut tidak memiliki atribut alt; nama berkasnya adalah onta-kawanan.jpg

Maskawin nabi: 100 ekor onta alias kendaraan terbaik ketika itu plus 2 kg emas

Sungguh, tulisan di atas serius. Jadi kalau ingin kelaurga sakinah mawaddah wa rohmah, meneladani Nabi adalah kuncinya. Meneladani kelaurga nabi adalah kuncinya. Meneladani proses pernikahan nabi adalah kuncinya. Dan tentu….meneladani maskawin pernikahan juga bagian dari kuncinya.

Mungkin Anda, khusunya para pemuda, akan keberatan. Uang dalam ukuran juta saja rasanya sudah berat bagi seorang pemuda lajang. Apalagi harus ukuran milyard. Tiga milyard lagi. Tentu sangat berat. Benarkah memberatkan? Saya yakin kisah pernikahan Muhammad SAW itu bukan tanpa pelajaran. Setiap detik kehidupan teladan agung ini adalah pelajaran bagi kita para pengikutnya. Maka…pelajarannya adalah bagaimana saat masih pemuda umur 25 tahun bisa memberi maskawin dengan nilai Rp 3 M. Pelajaran berharga tentang pendidikan anak. Muhammad SAW memulai belajar mencari nafkah saat umur sekitar 8 tahun. Mencari nafkah dnegan memelihara kambing dalam bimbingan pamannya.

Saya pernah bertanya ke kawan-kawan ITS yang sangat menguasai matematika untuk menghitung. Seorang anak pada umur 8 tahun membeli sepasang kambing jantan betina dari uang saku yang dikumpulkannya. Kambing itu dipelihara dan beranak pinak tanpa disembelih atau dijual. Pada umur 25 tahun, si anak menikah. Bisakah anak ini membayar maskawin senilai Rp 3 Milyar? Hitungan matematika dengan memperhatikan seluruh risiko termasuk sakit, mati dan mandulnya kambing menjawab kompak: Bisa. Bahkan: keciiiiil….

Maka…jawaban untuk pertanyaan pak Adi adalah: ajari anak anak untuk mencari nafkah dengan cara sederhana sejak dini. Apa saja yang penting tidak membuatnya merasa terbebani. Seandainya hidup di desa, memelihara dan menggembalakan kambing adalah aktivitas sederhana yang menghasilkan uang sekaligus sangat menyenangkan. Kita bisa mencari cara lain sesuai dengan situasi dan kondisi sekitar.

Sejak kapan? Sejak umur 8 tahun kalau meneladani Muhammad SAW. Bahkan pada umur 12 tahun beliau belajar berdagang ke Syam. Sebuah negeri yang jaraknya sekitar 3 bulan pejalanan naik onta saat itu alias sekitar 2 jam dengan pesawat terbang jaman sekarang. Inilah pelajaran keteladanan Muhammad SAW yang pagi itu saya sampaikan di halaman masjid kampus terbesar di Ponorogo. Pelajaran untuk pak Adi pembaca majalah ini. Pelajaran untuk kita semua: berbisnis sejak dini dan memperluas cakrawala perdagangan ke luar negeri. Jauh meninggalkan negeri dan kota kelahirannya di Makkah. Rp 3 M untuk meneladani Muhammad SAW ….bukan dengan seperangkat alat sholat…..bisa kan?

Tulisan Iman Supriyono ini pernah dimuat di majalah Mulia, terbit di Surabaya

One response to “Rp 3 M: Mas Kawin Sang Teladan

  1. Tulisan ini perlu disosialisasikan lebih gencar deh. Islam memang agama mudah. Tapi bukan pula agama meremehkan. Si calon suami, tak berjuang lebih untuk urusan maharnya. sah-sah saja mahar mushaf, kerudung, sehelai kain. Tapi kalau sampai “asal-asalan”, saya rasa agama ini tak menuntunkan “asal-asalan”. Sampe urusan mahar. Top.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s