Kurangi jumlah entrepreneur! Di negeri ini sudah ada 57.895.721 orang entrepreneur UMKM alias 49% dari 118,19 juta angkatan kerja. Artinya, setiap perusahaan yang didirikan oleh para entrepreneur itu rata-rata hanya dijalankan oleh 2 orang. Satu si entrepreneur itu sendiri dan satu lagi karyawan. Perusahaan seperti ini tidak bisa diharapkan untuk menghasilkan produk yang selama ini dipenuhi oleh perusahaan asing seperti sampo, sabun, mobil, motor, gadged, pesawat terbang, dan sebagainya.
Kita tidak butuh lagi peningkatan jumlah atau persentase entrepreneur. Yang dibutuhkan adalah bagaimana membesarkan perusahaan-perusahaan gurem itu menjadi perusahaan- perusahaan besar. Perusahaan-perusahaan prinsipal yang karyawannya puluhan ribu bahkan ratusan ribu orang.
Untuk menyerap 118,19 juta angkatan kerja itu dibutuhkan 1.181 perusahaan yang karyawannya 100 ribu. Perusahaan seperti inilah yang memungkinkan untuk bisa memproduksi aneka barang dan jasa yang mampu bersaing dengan produk-produk perusahaan asing yang selama ini kita pakai. Perusahaan prinsipal besar.
Proses transformasi dari UMKM kelas gurem menjadi perusahaan prinsipal besar dengan merek mendunia disebut sebagai korporatisasi. Maka, kita tidak butuh entrepreneur yang mendirikan perusahaan baru lagi. Yang dibutuhkan adalah para corpopreneur. Corporatization entrepreneur. Orang yang mampu mengubah perusahaan dari mindset UMKM atau UKM menjadi korporat kelas dunia. Jangan pernah lagi menyebut diri sebagai UKM atau UMKM!
Siapa corpopreneur? Mereka adalah orang, bukan pendiri perusahaan, yang bekerja keras membesarkan perusahaan-perusahaan melalui proses korporatisasi. Dari perusahaan gurem dengan seorang karyawan menjadi perusahaan raksasa dengan merek kelas dunia berkaryawan 100 ribu orang bahkan lebih. Bisa jadi mereka bisa berasal dari anak atau keluarga pendiri perusahaan. Bisa juga dari karyawan yang merintis karir profesional selepas dari bangku sekolah atau kuliah.
Peran dalah membesarkan perusahaan. Melanjutkan peran entrepreneur pendiri perusahaan. Sekedar sebagai contoh, Howard Schultz adalah corpopreneur di balik suksesnya Starbucks menjadi perusahaan kedai kopi modern terbesar di dunia. Yang menjadi entrepreneur adalah Jerry Baldwin, Zev Siegl dan Gordon Bowker. Mereka bertiga lah yang mendirikan Starbucks. Mereka bertiga adalah entrepreneur. Tetapi, Howard Schultz lah yang berperan mengembangkan Starbucks menjadi penguasa bisnis kedai kopi modern dunia seperti saat ini. Anda tertarik menjadi corpopreneur? Berikut ini adalah lima poin penting corpopreneur.
Pertama, adanya perusahaan target. Yang dimaksud perusahaan target adalah perusahaan yang didirikan oleh seorang atau beberapa orang entrepreneur dengan produk sudah diterima pasar. Perusahaan seperti ini sudah bisa berjalan dengan baik, memiliki beberapa karyawan, dan memperoleh laba. Tetapi belum mampu tumbuh pesat.
Kedua, calon corpopreneur harus faham tentang korporatisasi. Salah satu aspek penting korporatisasi adalah bahwa si calon corpopreneur harus paham tentang apa yang disebut sebagai revenue and profit driver (RPD). Dengan demikian maka calon corpopreneur bisa memilih dengan tepat perusahaan mana yang bisa menjadi target untuk ditumbuhkan. Memilih perusahaan-perusahaan yang berpotensi atau bahkan sudah menemukan RPD. Perusahaan yang berpotensi bahkan sudah mampu tumbuh dengan mendayagunakan modal. Bukan hanya tumbuh melalui inovasi dan kreativitas SDM. Walaupun tentu saja belum tumbuh pesat.
Di bisnis kedai kopi modern misalnya, perusahaan target sudah mampu membuka gerai baru dengan dana lebih besar daripada laba. Misalkan saja laba per tahun Rp 10 M, perusahaan target sudah mampu berekspansi dengan dana paling tidak 2x laba alias 20 M. Maksudnya mampu adalah gerai yang didirikan harus mendapatkan omzet yang menghasilkan laba cukup dengan tingkat kegagalan kecil (dibawah 10%). Karena belum melakukan korporatisasi, modal untuk ekspansi lebih dari laba biasanya diperoleh dari utang.
Ketiga, calon corporeneur memulai aktivitasnya dengan menjadi karyawan perusahaan target. Pintunya bisa menjadi karyawan profesional atau bisa juga karena hubungan kekeluargaan seperti anak, adik, keponakan atau keluarga pendiri.
Dengan menjadi karyawan, si corpopreneur benar-benar belajar secara total. Belajar tentang seluk-beluk bisnis perusahaan. Belajar menghasilkan omzet, menghasilkan laba, menata legalitas perusahaan, meng-handle pajak, memimpin orang, mengelola uang, memasarkan, dan menguasai seluruh keahlian yang dibutuhkan untuk mengelola dan membesarkan perusahaan.
Proses pembelajarannya pun harus menghasilkan sesuatu yang nyata. menghasilkan uang. Inilah satu-satunya pintu yang akan menjadikan para pendiri perusahaan mempercayainya. Jika misalnya ditugasi memimpin gerai kopi misalnya, buktikan bahwa gerai tersebut berkinerja bagus. Omzetnya bagus. Labanya bagus. Operasionalnya bagus. Laporan keuangannya bagus. Tidak ada cacat.
Catatan kinerja bagus akan berbuah kepercayaaan yang lebih besar. Jika semula dipercaya memegang satu gerai misalnya, selanjutnya akan dipercaya memegang dua gerai, tiga gerai, empat gerai dan seterusnya. Bahkan akan diangkat menjadi direksi. Tentu saja akan diikuti dengan gaji yang lebih tinggi. Inilah yang akan menjadi modal bagi proses tumbuh dan membesarnya perusahaan.
Keempat, corpopreneur harus bekerja keras agar perusahaan memiliki RPD. Kembali dengan contoh sebuah perusahaan kedai kopi modern, RPD-nya adalah jumlah gerai. Artinya, jika ingin tumbuh maka caranya adalah menambah jumlah gerai. Bukan sembarang gerai, tetapi gerai yang menghasilkan omzet dan laba yang memadai.
Jika perusahaan target baru pada level memiliki potensi RPD, si corpopreneur harus bekerja keras membuktikan bahwa potensi tersebut bisa menjadi kenyataan. Artinya, kembali dengan contoh sebuah perusahaan kedai kopi modern di atas, penambahan gerai adalah sebuah keharusan. Corpopreneur harus bekerja keras agar perusahaan tempatnya bekerja terus-menerus menambah gerai yang menghasilkan omzet dan laba memadai.
Kelima, corpopreneur menyiapkan dan memulai proses korporatisasi. Caranya adalah dengan penguatan tripod manajemen perusahaan: marketing, keuangan dan operasional. Marketing yang mampu memastikan perusahaan memperoleh omset sesuai target. Keuangan yang mampu membuat laporan keuangan sesuai standard akuntansi. Operasional yang mampu melayani customer seperti yang dijanjikan oleh marketing. Tripod yang mampu memastikan bahwa aset, omzet, laba, legalitas dan perpajakan perusahaan sudah clear dan klop. Tripod yang menjamin perusahaan bisa menjalankan tata kelola perusahaan sesuai dengan Undang-Undang Perseroan Terbatas.
Setelah itu, perusahaan harus memulai langkah pertama korporatisasi dengan menerbitkan saham baru sesuai ketentuan legal, formal dan perpajakan. Untuk keperluan ini si corpopreneur harus menguasai perhitungan agio saham. Menguasai perhitungan harga saham. Agio dan harga saham yang menguntungkan semua pihak: pendiri, pemegang saham lama maupun baru, karyawan, dan segenap pemangku kepentingan perusahaan.
Nah, jika kelima kunci tersebut sudah dimiliki dan dijalankan, perusahaan akan tumbuh pesat. Tiap tahun akan berekspansi menggelontorkan belanja modal berkali-kali lipat dari laba. Setiap tahun pemegang saham akan mendapatkan dividen yang menguntungkan. Harga saham juga terus-menerus naik seiring dengan pertumbuhan laba hasil dari agio saham yang besar.
Si corpopreneur yang mampu melakukan lima langkah seperti ini gajinya akan makin tinggi. Setiap tahun perusahaan menerbitkan saham baru maka ia akan selalu menjadi pembeli saham tersebut. Dengan demikian ia akan menikmati pertumbuhan perusahaan bukan hanya melalui pertumbuhan gaji. Tetapi juga pertumbuhan nilai (value) perusahaan yang secara teknis dirasakan melalui naiknya harga saham.
Perusahaan yang membesar maka mereknya akan makin kuat. Kemampuannya untuk memperoleh modal murah pun akan makin meningkat. Saat seperti ini, perusahaan akan memiliki kemampuan untuk tumbuh pesat melampaui sekat-sekat negara melalui akuisisi. Berinvestasi di berbagai negara. Menjadi perusahaan prinsipal yang hadir di berbagai negara. Memompakan rupiah dari berbagai negara. Menguatkan rupiah dan menguatkan ekonomi. Dan yang tidak kalah menarik, menjadikan mental dan moral bangsa penguasa ekonomi dunia.
Bangsa ini butuh hadirnya para corpopreneur. Corporeneur yes, entrepreneur no! Kita tidak butuh lagi entrepreneur. Tentu saja kecuali entrepreneur yang memiliki ide bisnis sama sekali baru. Bisnis yang selama ini belum pernah ada di dunia. Seperti Nadiem Makarim yang mendirikan Gojek yang fenomenal itu.

Ikuti KELAS CORPOPRENEUR minggu ini. Daftar https://wa.me/6281358447267
Bagaimana, Anda para generasi milenial tertarik menjadi corpopreneur? Tertarik menjadi seperti Howard Schultz yang kini memiliki sekitar 3% saham Starbucks senilai Rp 35T? Anda para pendiri perusahaan tertarik merekrut corpopreneur? Tertarik menjadi seperti Jerry Baldwin, Zev Siegl dan Gordon Bowker yang perusahaannya tumbuh mendunia senilai lebih dari Rp 1100 T? Ayo bangun ekonomi bangsa ini. Mari merdekakan ekonomi bangsa ini. Bisa!
Diskusi lebih lanjut? Gabung Grup Telegram atau Grup WA SNF Consulting
Ditulis oleh Iman Supriyono dari kantor pusat SNF Consulting di Jalan Pemuda Surabaya, 20 Desember 2018.
Mantap, terinspirasi utk angkat Snack lokal ke pasar halal regional dulu … Ada saran?
PR pertama: kuatkan tripod manajemennya: pemasaran, operasional, keuangan
Keren Cak Iman… Yah maklum saja lebih banyak entrepreneur daripada corpopreneur. Pertama, Orang Indonesia kalau tidak show-off dan terlihat jadi pengusaha walaupun gurem tidak menarik. Lebih baik jd UMKM daripada punya majikan/boss/atasan. Yang kedua, benchmark di negeri jiran maju “idealnya” 14%, kalau di Indo hanya 3% karena petani, peternak, nelayan dan sektor informal lain tidak dihitung.
Qeren pk, sangat inspiratif n sy yakin akan banyak generasi muda yg ingin sukses tp tdk memiliki jiwa entrepenuer mk corpopreneur adalah pilihan yg tepat…so peluang bagus u buka kelas or workshop or training u jd corpoprenuer pk….n sy daftar ya…
Ping-balik: Korporatisasi Langkah Demi Langkah | Catatan Iman Supriyono
Ping-balik: SNF Consulting: Peran Sosial & Pembiayaannya | Catatan Iman Supriyono
Ping-balik: SNF Consulting: Peran Kemasyarakatan & Pembiayaannya | Catatan Iman Supriyono
Ping-balik: SNF Consulting: Budaya, Peran Kemasyarkatan & Pembiayaannya | Catatan Iman Supriyono
Ping-balik: Sequoia: Jangan Jadi Entrepreneur Tanpa Ide Baru | Catatan Iman Supriyono
Ping-balik: Perusahaan Dakwah | Catatan Iman Supriyono
Ping-balik: SunRice: Korporasi Beras dari Negeri Gandum | Catatan Iman Supriyono
Ping-balik: Bekerja di Perusahaan Kecil, Bisakah Kaya Raya? | Catatan Iman Supriyono
Ping-balik: Kanzen: Melawan Dominasi Motor Asing…. Jangan Menyerah! | Catatan Iman Supriyono
Ping-balik: Sequoia: Jangan Jadi Entrepreneur Tanpa Ide Baru – SNF Consulting
Ping-balik: BTS Meal McD: Tantangan Langkah Kedelapan CLC | Korporatisasi
Ping-balik: Entrepreneur CEO Komisaris, Amankan Uang Investor! | Korporatisasi
Ping-balik: Glorifikasi IPO Kioson: Lunglai Dalam Badai | Korporatisasi
data jumlah entreprenuer nya dari mana ya ?
BPS