Pernikahan Menawan: Tepat Waktu-Simple-Khidmat


Anwar djaelani edit1PENULIS TAMU. Penulis tamu kita kali ini adalah Cak Anwar Djaelani. Tulisan ini pertama kali dipublikasikan pada tanggal 24 juni 2018. Judul asli tulisan yang diunggah di http://www.anwardjaelani.com ini adalah “Pernikahan Menawan Putri Iman”. Tulisan gaya reportase ini viral dalam beberapa hari setelah diunggah. Selamat menikmati.


Iman menikahkan putri sulungnya di Masjid Manarul Ilmi ITS. Acara di Sabtu 23/06/2018 itu, berhasil “Mengembalikan kebersahajaan dan kejujuran dari sebuah prosesi pernikahan,” kata Ismail Nachu – Ketua ICMI Jatim. Kemudian, hadir di acara itu, “Terasa seperti dikembalikan ke zaman Rasulullah Saw,” kesan Ustadzah Yulyani – aktivis dakwah dan pengusaha. Tak berlebihan kah apresiasi itu?

Mudah dan Indah

Iman, sapaan dari  dri Iman Supriyono. Dia, Konsultan Manajemen Senior di SNF Consulting. Bagi sahabat dan relasinya, Iman –yang telah menulis 10 buku dan ratusan artikel itu- punya sisi menonjol: Agamis, menomorsatukan efisiensi, dan tak lelah berkampanye agar kita selalu tepat waktu.

Maka, seperti apakah konsep dan pelaksanaannya saat dia menikahkan Izza, putri sulungnya? Banyak ketidaklaziman yang Iman lakukan. Misal, cara mengundang. Iman tak mencetak kartu undangan. Sebagai gantinya, secara pribadi dia kirim via Whatsapp (WA) berupa Pdf dari kartu undangan. Formatnya, cukup menarik.

Di undangan itu, banyak tertera hal yang tak biasa. Misal, undangan ditulis dalam empat bahasa (Indonesia, Arab, Inggris, dan Cina). Digunakannya bahasa Cina karena Izza pernah kuliah S1 di “Chinese Literature Jiangxi Normal University”, setelah dia menyelesaikan SMP Luqman Al-Hakim Surabaya dan SMA Al-Hidayah di Johor – Malaysia.

Izza_Hadirin-memenuhi-masjid

Hadirin yang memenuhi masjid bahkan sampai ke teras

Di undangan, ada rincian acara dari menit ke menit. Juga, kabar bahwa tamu tak perlu membawa hadiah dalam bentuk apapun. Tak hanya itu, ada yang “mengejutkan”, yaitu adanya kalimat agar tamu datang sebelum acara dimulai pada pukul 7.00 dan Tuan Rumah sudah siap pada pukul 6.00.

Undangan yang “disebar” pertengahan Ramadhan 2018 itu, beberapa hari setelahnya, diikuti kiriman WA berikutnya. Bahwa. “Untuk membantu keluarga mempelai mengorganisasikan acara, mohon dibantu mengisi konfirmasi kehadiran pada link: https://goo.gl/forms/wxJO6UOQioU8w9zi2. Hasilnya?

Dari semua yang terundang, yang mengkonfirmasi kehadiran 517 orang dan dengan tambahan keterangan bahwa ada yang menyatakan akan hadir sendirian, berdua, bertiga, dan ada yang bersepuluh. Ada juga yang tidak memberikan konfirmasi, tetapi hadir yaitu dari kalangan keluarga dekat.

Lalu, tibalah, Sabtu 23 Juni 2018. Pukul 6.00, Iman, istri, dan sejumlah anaknya bersiap menerima tamu di tangga masjid ITS sisi utara. Masya-Allah, para tamu berangsur berdatangan. Setelah bersalaman, tamu melewati teras sebelum masuk ke Ruang Utama Masjid ITS. Di teras itu, tampak Photo Booth yang sederhana. Di semacam “pembatas ruang”, sehelai kain putih disampirkan. Di kain itu ditambahkan beberapa bunga dan tulisan “Izza dan Muchlis”, nama panggilan kedua calon mempelai.

Izza_Setelah-ijab-kabul

Mempelai setelah ijab qabul

Hadirin memenuhi masjid, terpisah laki dan perempuan Undangan laki-laki dan perempuan dipisah oleh pembatas. Sisi kanan atau utara untuk laki-laki dan di sisi sebelahnya untuk perempuan. Terlihat, rata-rata tamu, begitu masuk masjid langsung menunaikan shalat Tahiyatul Masjid dan Dhuha.

Sahabat dan relasi Iman memang banyak. Maka, tamu-pun terdiri dari banyak kalangan. Misal, ada yang berprofesi sebagai Satpam, pendidik, dan pengusaha. Tapi, dari sekitar 1400 orang yang hadir, yang banyak tampak -antara lain- adalah aktivis dakwah dan pendidik. Sekadar menyebut, ada Ustadz Abdurrahman – Hidayatullah dan Ustadz Nurcholis Huda – Muhammadiyah. Ada juga Prof. Triyogi Yuwono (Mantan Rektor ITS), Prof. Mukhtasor (Fakultas Kelautan ITS), Prof. Sutardi (Fakultas Teknik Mesin ITS), dan Prof. Zainuddin Maliki (Mantan Rektor UMS).

Izza_meja-jamuan

Meja hidangan dengan nasi bungkus daun

Kecuali itu, ada pula dari kalangan pengusaha. Misal, tampak Muh. Najikh (Dirut PT Kelola Mina Laut), Purnomo (Direktur PT Pertani Persero), Dothy (Direktur Pelabuhan Teluk Lamong) dan Ari Tri Priyono (Direktur PT Riscon Realty).

Sambil menunggu acara dimulai, antara para tamu akrab berbincang-bincang. Ada suasana “Halal biHalal” karena memang masih di pekan kedua bulan Syawal.

Pada pukul 7.00, Iman-pun masuk Ruang Utama masjid. Dia duduk di depan mihrab tempat akad-nikah akan dilakukan. Lalu, tepat pk 7.10 Pembawa Acara memulai.

“Kepada Bina Izzatu Dini binti Iman Supriyono dan Muchlis Munibullah bin Slamet Riyadi, ketahuilah! Bagi pengantin baru, perlahan mulai terbuka berbagai kelemahan pasangannya. Ini, bisa menjadi masalah besar. Maka, agar menjadi pasangan yang beruntung, senantiasalah ingat niat awal. Bahwa, niat menikah itu semata-mata untuk mendapat ridho Allah”, nasihat Ustadz Amun Rowie dari Pesantren Hidayatullah. Setelah itu, tepat pukul 7.30, ijab-kabul berlangsung. Ringkas, total hanya 20 menit.

Setelah itu, dua sambutan, dari keluarga mempelai laki-laki dan perempuan. Dari perempuan, Iman sendiri yang menyambut.  Iman berharap kepada mempelai dan yang hadir, agar bisa “Melanjutkan pertemanan atau persaudaraan antar-orangtua yang hadir dengan generasi baru yaitu kedua mempelai”.

Pukul 7.55 Pembawa Acara menyilakan hadirin untuk menikmati jamuan yang disediakan di teras sisi timur masjid. Ada sejumlah meja dengan aneka makanan sederhana. Nasi dan lauknya, disediakan dalam kemasan terbungkus: Ada yang berbungkus daun, mika, dan kertas bungkus coklat seperti yang biasa kita lihat. Menunya, ada nasi krawu, nasi campur, nasi uduk, nasi jagung, nasi jajan, dan nasi bakar. Ada juga penganan seperti kacang rebus, pisang rebus, lemper, dan lain-lain. Untuk minum, ada air mineral gelas ber-merk “Santri” dan Sari Apel ukuran kecil. Kesemuanya, ditata rapi di atas tampah bambu, memberikan kesan tradisional.

Atas jamuan itu, para tamu sangat menikmatinya. Setelah mengambil menu, mereka duduk dalam lingkaran-lingkaran kecil. Rata-rata mereka makan dengan tangan, tanpa sendok. Sambil makan, mereka bertukar bicara ringan. Sesekali tampak, sebagian lalu pindah ke lingkaran yang lain untuk meluaskan silaturrahim. Akrab!

“Nuansa kebersamaan kuat karena banyak Ustadz, Guru Besar, aktivis, mahasiswa, dan masyarakat umum makan bersama. Mereka lesehan di teras masjid.  Sungguh pemandangan yang jarang kita temukan di Walimahan pada biasanya,” kata Misbahul Huda – penulis buku “Bukan Sekadar Ayah Biasa” dan Motivator Leadership Spiritual.

Meski masih ada sedikit catatan korektif, namun secara keseluruhan acara telah berlangsung sangat baik. Islami, sebab –misalnya- tak ada yang makan sambil berdiri. Tak ada yang mengambil makanan lebih dari yang dibutuhkannya. Tak ada sisa makanan yang terbuang. Juga, terasa beradab, sebab tamu bisa rileks berbicara –menyambung silaturahim- karena tak ada gangguan suara musik yang menggelegar.

Berkah, Berkah!

Banyak tamu yang terkesan dengan format acara pernikahan putri Iman. “Konsep acaranya sangat efektif, khusyu’, penuh khidmat, dan berusaha secara maksimal menerapkan prinsip-prinsip pernikahan secara syar’i,” tutur Ustadz Jauhari Sani – Direktur Yayasan Dana Sosial al-Falah (YDSF).

Izza_Keluarga-Iman-bersama-mempelai

Mempelai bersama adik kakak dan ayah ibu mempelai putri berpose di photo booth

Kembali ke paragraf pertama tulisan ini. Berikut kutipan lengkap dari Ismail Nachu, Ketua ICMI Jatim. Bahwa, acara itu berhasil “Mengembalikan kebersahajaan dan kejujuran dari sebuah prosesi pernikahan sebagai pondasi penting dalam membangun rumah tangga, yang selama ini terasa hilang terseret budaya populer yang hedonistik dan penuh pencitraan alias tak sejati”.

“Saya bahagia dan terharu hadir di pernikahan ini. Hadir di acara ini serasa dikembalikan ke masa-masa Rasulullah Saw, sederhana dan penuh kekhusyu’an. Damai dalam keberkahan. Tuan Rumah telah menghadirkan konsep pernikahan yang Islami. Saya suka sekali dan kabar tentang ini langsung saya kirim ke anak-anak saya yang masuk usia pernikahan. Bagaimana respon mereka? Suka,” kata Yulyani – Muslimah yang aktif di dunia usaha, sosial, dan politik ini.

Alhasil, “Acara pernikahan yang saya hadiri hari ini sangat berkesan dan bisa memberikan inspirasi bagi banyak orang. Bagi yang belum menikah, jangan takut menikah karena tidak mampu menyelenggarakan resepsi yang megah, misalnya. Menikah itu mudah dan murah. Hal yang penting, kita hanya berharap berlimpah berkah,” simpul Ustadzah Anandyah Retno Cahyaningrum – pengamat masalah pendidikan dan keluarga.

*)Artikel ini ditulis oleh Anwar Djaelani sebagai penulis tamu di web ini.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s