Biaya Politik Mahal: Bukan Masalah!


Halaman resmi Federal Election Commision, FEC, menampilkan data dana kampanye pilpres USA tahun 2020 sebagai berikut. Donal Trump menerima total dana kampanye sebesar USD 811 898 514,36. Singkatnya: USD 811,8 juta. Dengan kurs saat ini nilainya setara dengan IDR 12,1 triliun. Sumber dana berasal dari dua kelompok. Dari kontribusi perorangan sebesar USD 486,9 alias IDR 7,1 triliun. Dari kontribusi kepanitiaan resmi sebesar USD 310,3 juta alias IDR 4,6 triliun. “KPU” nya Paman Sam ini menjelaskan bahwa dana tersebut diterima dari 6,7 juta pendonor dengan data detail siapa saja pendonornya dan berapa kontribusinya. Dengan demikian rata-rata tiap pendonor berkontribusi USD 120 ,9 alias IDR 1,8 juta rupiah. Lebih lanjut FEC menampilkan bahwa Trump telah membelanjakan dana sebesar USD 808,8 juta alias IDR 12,04 triliun untuk kepentingan kampanyenya.

FEC menampilkan juta bahwa Joe Biden menerima total dana kampanye sebesar USD 1 074 179 976,03. Singkatnya USD 1,07 miliar alias IDR 15,93 triliun. Kelompok perorangan berkontribusi USD 823,1 juta alias IDR 12,3 triliun. Dari kepanitiaan resmi berkontribusi USD 243 juta alias IDR 3,6 triliun. Dana tersebut diterima dari 11,86 juta pendonor. Dengan demikian tiap pendonor berkontribusi rata-rata USD 91,9 alias IDR 1,4 juta. Lebih lanjut FEC mencatat bahwa Biden telah membelanjakan USD 1,07 miliar alias USD 15,93 triliun untuk kepentingan kampanyenya.

&&&

“Biaya kampanye mahal. Biaya politik mahal. Maka, para pebisnis kaya saja lah yang layak menjadi politisi. Yang layak menjadi anggota dewan. Yang layak menjadi bupati, walikota, gubernur atau presiden”. Ini adalah ungkapan yang sering kita dengar. Dan nyatanya, di negeri ini para pebisnis memang banyak yang maju pada pemilihan umum untuk menjadi pejabat politik.  

Benarkah memang demikian? Mari kita belajar dari negeri yang telah terlebih dahulu mengenal sistem politik demokrasi dengan pemilihan umumnya. Adalah Joe Biden, presiden Amerika Serikat alias USA saat ini. Federal Ellection Commision mempublikasikan laporan tentang dana kampanaye tokoh politik yang pernah jadi wakil presiden ini. 

Perhatikan lagi angka di atas. Bahwa di negeri adi daya ini biaya kampanye juga sangat mahal. Biden menghabiskan Rp 15,93 triliun untuk sukses jadi presiden. Angka ini lebih besar dari rivalnya, Donal Trump, yang membelanjakan Rp 12,04 triliun. Dan, hasilnya seperti yang sudah terjadi saat ini. Biden jadi presiden mengalahkan Trump.

Paling tidak ada tiga pelajaran yang bisa kita ambil dari angka-angka terkait kemenangan Biden tersebut. Pelajaran pertama, bahwa memang benar biaya pemilihan umum itu besar.  Tidak bisa dipungkiri bahwa Biden membelanjakan dana kampanye yang jauh lebih besar dari Trump. Maka, mereka yang memiliki dana besar bisa lebih berharap untuk menang dalam kontestasi demokrasi. Tapi jangan berhenti pada pelajaran ini. Masih ada pelajaran berikutnya.

Pelajaran kedua, politisi itu memperjuangkan kepentingan banyak orang. Tanda sederhana bahwa seseorang merasa kepentingannya diperjuangkan oleh politisi adalah kontribusi finansial. Mari perhatikan sumber dana kampanya jumbo Biden dan Trump. Biden memperoleh dana dari sumbangan 11,86 juta pendonor dengan rata-rata Rp 1,4 juta. Trump memperoleh dana dari 6,7 juta pendonor dengan donasi rata-rata Rp 1,8 juta. Bahwa kemenangan Bidan sudah tercermin dari jumlah orang yang memberikan donasi untuk kemenangan presiden pilihannya. Kemampuan menggalang dukungan finansial dari belasan juta orang tentu tidak main-main. Pelajaran ketiga, bahwa latar belakang pebisnis Trump tidak bisa mengalahkan kemampuan Biden dalam menggalang dukungan finansial dari kalangan masyarakat banyak. Ini menjadi penguat bahwa politisi sejati bukanlah pebisnis yang bermetamorfosis menjadi politisi karena kekuatan pundi-pundi uangnya. Politisi sejati adalah mereka yang memang memilih berkarir di dunia politik sejak muda. Seperti Biden. Bukan seperti Trump. Para pendiri bangsa ini juga bertabur orang-orang yang memilih karier di bidang politik sejak muda. Kelebihan orang yang murni politisi adalah tidak adanya conflict of interest dalam berkeputusan. Tidak ada kepentingan bisnis dalam keputusan politiknya.

Pembaca yang baik, jika Anda adalah politisi, tiga pelajaran di atas bisa menginspirasi Anda untuk meniti sukses karier di dunia politik. Jika Anda pebisnis, lebih baik Anda tekuni karier bisnis. Cukup bantulah kawan-kawan yang berkarir di politik dengan sumbangan dana kampanye.  Anda sendiri tetap fokus di bisnis. Bangunlah korporasi besar seperti pengusaha-pengusaha AS. Seperti Bill Gates yang produknya saya pakai menulis artikel ini. Atau seperti Zuckerberg yang aplikasinya saya pakai untuk menyelesaikan tulisan yang Anda baca ini. Biaya politik mahal bukan masalah!

Tulisan ke-407 Iman Supriyono ini ditulis untuk dan dimuat di Majalah Matan, edisi Juli 2023terbit di Surabaya, dengan sedikit pengeditan

Diskusi lebih lanjut? Silakan bergabung Grup Telegram  atau Grup WA KORPORATISASI atau hadiri KELAS KORPORATISASI
Anda memahami korporasi? Klik untuk uji kelayakan Anda sebagai insan korporasi

Baca Juga:
Sukarno Hatta dan Nafkah Politisi

Haruskah Pengusaha Masuk Politik
Bisnis PCR dan Hipokrasi Pengusaha Masuk Politik
Korporasi Nasionalis Pancasilais
Bank Pengibar Merah Putih di 18 Negara
Pejuang Dulu Pejuang Kini: Samudera Indonesia

Korporasi Pejuang Rupiah
Investor Arab atau Cina
Asing Aseng dan Analosi Sepak Bola dalam Dunia Bisnis

3 responses to “Biaya Politik Mahal: Bukan Masalah!

  1. Inilah yang disebut akhir zaman amburadul semua sendi sendi bernegara dan berbangsa, maka tinggal menunggu kehancuran nya saja

    • sebenarnya sistem politk saat ini jauh lebih baik dari pada dulu saat masih kerajaan kerajaan. ketika itu pergantian pimpinan isinya adalah pembunuhan demi pembunuhan. belakangan ini sudah tidak seperti itu lagi

  2. Ping-balik: Sumber Duit Politisi Berintegritas | Korporatisasi

Tinggalkan Balasan ke RUSWANTO Batalkan balasan