Investment Company on Waiting: Muhammadiyah Management Company


Muhammadiyah Management Company alias MMC. Judul tulisan ini sengaja saya miripkan dengan nama sebuah perusahaan investasi milik Harvard University. Harvard Management Company alias HMC. Mengapa? Karena menurut pendapat saya berdasarkan data, sejarah dan benchmark berbagai perusahaan berbagai bidang di berbagai negara, HMC adalah model yang paling tepat bagi Muhammadiyah. Tepat untuk membangun pilar ketiga setelah pendidikan dan kesehatan.

Hasil gambar untuk muhammadiyah

Muhammadiyah punya potensi besar untuk hadirnya investment company sekelas Temasek. Syaratnya: tidak terus menunggu.

Pilar ketiga adalah tentang next step bagi  Muhammadiyah sebagai sebuah organisasi. Pilar pendidikan manfaatnya sudah sangat rirarakan oleh negeri ini. Bahkan di luar negeri. Saya pernah mengunjungi sekolah Muhammadiyah di Singapura. Negeri maju ini pun merasakan manfaat dari keberadaan Muhammadiyah.

Tentang pilar kesehatan juga sudah dirasakan oleh negeri ini. Kehadiran rumah sakit maupun poliklinik Muhammadiyah sudah dirasakan manfaatnya oleh masyarakat tidak hanya di kota-kota besar. Tetapi juga hingga ke kampung-kampung. Pilar ini sudah mapan. Walaupun untuk saat ini pertumbuhannya kalah kencang dibanding Siloam yang menggunakan metode korporatisasi. Mendirikan rumah sakit dengan dana dari investor yang rela menerima dividen hanya sekitar 2% per tahun tanpa minta uangnya kembali.

Mengapa HMC paling tepat? Paling tidak ada dua kesamaan. Pertama, karena baik Muhammadiyah maupun Harvard University keduanya adalah sama-sama organisasi nirlaba. Organisasi yang didirikan sepenuhnya untuk misi sosial. Misi  membantu masyarakat. Pendirian HMC bagi Harvard University bukan untuk maksud menumpuk kekayaan. Bukan untuk maksud agar perguruan tinggi ternama dunia itu memperoleh laba. Tetapi untuk maksud mengokohkan Harvard University dalam menjalankan misi pendidikannya.
telur dalam sangkar

Kedua, Muhammadiyah dan Harvard merupakan institusi perintis dan terdepan dalam dunia pendidikan di negerinya masing-masing. Harvard University adalah perguruan tinggi tertua di USA. Sekolah-sekolah dan perguruan tinggi Muhammadiyah juga merupakan institusi pendidikan perintis dan terdepan di bumi pertiwi.

Lalu bagaimana agar Muhammadiyah memiliki sebuah perusahaan investasi dengan aset sekitar Rp 400 T seperti HMC?  Berikut ini adalah langkah-langkah yang harus ditempuhnya. Pertama tentu saja mendirikan badan hukum perseroan terbatas yang bergerak sebagai perusahaan investasi. Misalkan sebagaimana judul tulisan ini perusahaan tersebut diberi nama MMC. Sebagaimana HMC, 100% saham MMC harus dimiliki oleh Persyarikatan Muhammadiyah. Dengan demikian, Muhammadiyah  harus benar-benar memasukkan uang sebagai  modal disetor kepada MMC.

solusi utang dengan korporatisasi1

Wakaf adalah salah satu sumber dana pengganti utang dan riba melalui proses  korporatisasi

Secara teknis legal angkanya adalah 99,9999%. Sampai kapanpun, saham MMC tetap dipertahankan 100% milik Muhammadiyah sebagaimana Temasek dan Khazanah, sesama perusahaan investasi yang 100% sahamnya masing-masing tetap 100%  dimiliki oleh pemerintah Singapura dan Malaysia.

Kedua, modal disetor untuk tahap pertama adalah senilai aset investasi yang hasilnya cukup untuk biaya operasional MMC. Contoh aset yang paling aman adalah properti di kawasan bisnis. Misalnya berupa tanah atau gedung di kawasan bisnis yang bisa disewakan dengan harga sekitar Rp 500 juta per tahun. Rp 500 juta bisa digunakan untuk menggaji seorang staf legal merangkap administrasi dan biaya perjalanan direktur selama setahun. Gedung atau properti seperti ini nilainya adalah sekitar Rp 10 M. Inilah modal disetor pendirian MMC yang harus disediakan oleh Muhammadiyah.

Ketiga, secara paralel, Muhammadiyah harus mengurus sertifikat sebagai nadzir wakaf. Nadzir ini selanjutnya akan bekerja mengumpulkan dana warga persyarikatan secara terus menerus melalui program wakaf untuk amal jariyah. Persis seperti Harvard University yang juga menerima dana endowment fund terus menerus. Sebagai aset, endowment fund berkarakter sama dengan wakaf. Uang ini selanjutnya dimasukkan sebagai modal setor untuk MMC. Dividen MMC akan digunakan oleh Muhammadiyah untuk membiayai kegiatan sosial dan dakwah sebagai mauquf ilaihi alias penerima manfaat wakaf.

Logo SNF Consulting dengan tagline korporatisasi efek star

Korporatisasi adalah syarat agar dana wakaf mendapatkan peran besar dalam produksi barang dan jasa

Keempat, dana yang terus menerus ditambah dan meningkatkan modal sator MMC akan dikelola sebagai investasi dengan konsep portofolio. Tidak menaruh telor dalam satu keranjang. Sebagaimana HMC, MMC mesti menginvestasikan dananya sekitar 50% berupa saham di berbagai perusahaan, listed maupun non listed company. Sekitar 15% untuk aset properti yang disewakan. Dan selebihnya sekitar 35% untuk sukuk (obligasi syariah) dan lain-lain. Khusus tentang portofolio ini bisa dipelajari secara lebih detail melalui apa-apa yang telah dilakukan oleh HMC, Temasek dan Khazanah.

Jika empat langkah ini terus-menerus dilakukan, MMC bisa lebih cepat tumbuh daripada HMC. Mengapa? Karena MMC memiliki basis jamaah yang jauh lebih banyak daripada HMC. Jika HMC memiliki aset sekitar Rp 400 T dengan imbal hasil (return tahunan) sekitar Rp 40T saat usianya 45 tahun, Muhammadiyah saya kira bisa mencapainya dalam 30 tahun saja. Yang penting harus segera dimulai. Tidak terus-menerus menunggu. Semoga.

Diskusi lebih lanjut? Gabung Grup Telegram  atau Grup WA SNF Consulting

Tulisan ini pernah dimuat di Majalah Matan, terbit di Surabaya

10 responses to “Investment Company on Waiting: Muhammadiyah Management Company

  1. Ping-balik: 212 | Catatan Iman Supriyono

  2. Ping-balik: Investment Company: Memulainya? | Catatan Iman Supriyono

  3. Di tengah hegemoni expansi RS swasta “Siloam” Dan di tengah Muslim mayoritas harusnya mampu u punya RS yg Islamic di seluruh Kota yg di back up lembaga ic Dr Dana umat, Bismillah Ayo pk Kita pancing n dorong tokoh2 or ulama u care terkait Hal diatas

  4. Ping-balik: Wakaf: Agar Rp 10 Triliun Tidak Melayang Tiap Tahun | Catatan Iman Supriyono

  5. Ping-balik: Sejarah Heineken: Kekuasan Belanda & Raja Miras RI | Catatan Iman Supriyono

  6. Ping-balik: Sejarah Heineken: Kekuasaan Belanda & Raja Miras RI | Catatan Iman Supriyono

  7. Ping-balik: Zakat Mal Era Korporasi: Menjadi Bangsa Produsen | Korporatisasi

  8. Ping-balik: Kumowani: Blunder Nazir Menjadi Startup | Korporatisasi

  9. Ping-balik: Intangible Asset Persyarikatan | Korporatisasi

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s