Pertamina Rugi Vs. AKR Laba: Buka-bukaan, Siapa Takut?


Untuk mendapatkan bahan bakar minyak, masyarakat bisa mendapatkanya di SPBU Pertamina, Shell, BP, Total, Vivo,  dan AKR. Dengan demikian, di sektor ritel migas ini Pertamina adalah pesaing langsung Shell, BP dan AKR. Head to head.

Semua pesaing Pertamina di bisnis ritel  adalah perusahaan asing kecuali AKR. Maka, menarik sekali untuk membandingkan Pertamina dan AKR setelah sebelumnya saya membandingkannya dengan ExxonMobil. Memang selalu saja ada yang memprotes terhadap perbandingan seperti ini. Persis ketika indonesia sebagai  negara dibandingkan dengan negara lain. Si apel selalu dijadikan pembela. Tidak apple to apple katanya.

Indonesia dibandingkan dengan Singapura diprotes karena Singapura terlalu kecil sehingga mudah untuk dikelola. Tidak apple to apple.  Dibandingkan dengan RRC yang besar diprotes karena RRC menggunakan sistem komunis. Tidak apple to apple. Dibandingkan dengan USA yang demokratis diprotes karena USA sudah jauh lebih lama merdeka. Tidak apple to apple. Dibandingkan dengan Malaysia yang merdekanya lebih muda diprotes karena Malaysia tidak multietnis. Tidak apple to apple. Lagi-lagi si apel dijadikan pembela. Intinya tidak mau dibandingkan hehehehe

Padahal perbandingan alias benchmark sudah sangat dikenal dan umum dalam dunia manajemen modern. Pembanding dibutuhkan sebagai acuan dalam kerangka berfikir positif. Dalam rangka berkaca untuk memperbaiki diri. Dalam rangka strategi. Maka, mari kita berkaca.

&&&

PT AKR Corporindo Tbk adalah perusahaan di bidang logistik dan rantai pasokan  bahan bakar minyak dan bahan kimia dasar dengan jaringan tangki penyimpanan cair, gudang kering, fasilitas transportasi dan pelabuhan.  Pada bisnis SPBU, perusahaan yang berdiri sejak tahun 1960-an ini tampil dengan brand sendiri maupun bekerja sama dengan BP.

Semester pertama tahun 2020 ini AKR membukukan pendapatan Rp 10,001 triliun, naik 3% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Omzet perusahaan diperoleh dari empat segmen yaitu perdagangan dan distribusi BBM sebesar Rp 9,171 triliun, perdagangan bahan kimia dasar Rp 1,814 triliun, pabrikan Rp 180 miliar, jasa logistik (pelabuhan & penyewaan tangki penyimpanan) Rp 410 miliar,  serta kawasan industri dan lain lain sebesar Rp 240 miliar. Dengan demikian, peran bisnis perdagangan dan distribusi BBM adalah sebesar 92%. Maka, pantas jika perusahaan ini menjadi pembanding Pertamina. Melengkapi kenyataan di pasar bahwa SPBU AKR maupun BP-AKR juga langsung bersaing dengan SPBU Pertamina di pasar ritel BBM. Tentu saja kalau Anda tidak menjadikan si apel sebagai alasan hehehe.

Beban pokok penjualan untuk segmen perdagangan dan distribusi BBM adalah Rp 8,392 triliun. Dengan demikian margin kotor bisnis BBM adalah sebesar 8,5%. AKR sudah memasukkan penyusutan untuk aset terkait pada beban pokok penjualan ini. Hasilnya adalah laba kotor sebesar Rp 779 miliar. Laba kotor ini berkontribusi 76% terhadap total laba kotor perusahaan.

Beban umum dan administrasi perusahaan adalah Rp 345 miliar. Beban penjualan adalah Rp 29 miliar. Dengan demikian total beban usaha AKR adalah Rp 374 miliar. Artinya, seandainya tidak ada pendapatan dari 3 segmen lain, perusahaan yang tercatat di lantai bursa ini akan memperoleh laba (sebelum pajak) sebesar Rp Rp 454 miliar. Karena perusahaan masih  punya pendapatan dari 3 segmen diluar BBM plus masih ada pendapatan lain-lain maka akhirnya laba sebelum pajak adalah Rp 549 miliar. Dengan pajak Rp 97 miliar maka laba setelah pajak periode semester pertama 2020 ini adalah Rp 452 miliar. Setelah dikoreksi dengan berbagai faktor non operasional maka pendapatan komprehensif perusahaan adalah Rp 476 miliar.

Dalam kacamata manajemen, laba sebesar itu adalah bermakna return on equity (ROE) sebesar 4,7% karena nilai ekuitas (nilai buku) perusahaan adalah Rp 10,235  triliun. Dalam kacamata investor (pemegang saham yang membeli saham dengan harga pasar saat ini) laba tersebut bermakna return on investment (ROI) sebesar 4,1% karena nilai pasar saat ini adalah Rp 11,520 triliun. Dengan nilai pasar tersebut kita juga bisa menghitung nilai intangible asset AKR adalah Rp 1,285 triliun.

&&&

Semester pertama 2020 ini Pertamina memperoleh pendapatan USD 20,483 miliar alias menurun 20% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Pendapatan tersebut berasal dari empat  segmen yaitu penjualan (minyak mentah, gas bumi, energi panas bumi, dan produk minyak) dalam  negeri sebesar USD 15,567 miliar, penggantian biaya subsidi dari pemerintah USD 1,738 miliar, penjualan ekspor (minyak mentah, gas bumi, dan produk minyak) USD 1,764 milar, dan pendapatan lain-lain sebesar USD 415 juta. Dengan demikian segmen penjualan dalam negeri berkontribusi paling besar yaitu 76%. Subsidi dari pemerintah hanya berkontribusi 8%.

Bagaimana kontribusi masing-masing segmen tersebut terhadap laba kotor Pertamina? Sayangnya BUMN ini tidak mempublikasikan catatan laporan keuangannya seperti yang dilakukan oleh AKR. Dengan demikian kita tidak bisa melihatnya secara detail satu demi satu.

Yang dilaporkan Pertamina dalam laporan laba ruginya adalah beban pokok total sebesar USD 15,401 miliar, beban hulu & lifting USD 2,433 miliar, beban eksplorasi USD 79 juta dan beban lain-lain USD 961 juta. Total beban beban pokok penjualan biaya langsung adalah USD 18,874 miliar. Dengan demikian laba kotornya adalah USD 1,609 miliar.

Beban periodik Pertamina terdiri dari beban penjualan dan pemasaran USD 641 juta, umum dan administrasi USD 525 juta, beban selisih kurs USD 211 juta, serta beban keuangan USD 523 juta. Setelah dimasukan pendapatan lain-lain maka Pertamina mengalami kerugian sebelum pajak sebesar USD 58 juta. Dikenai beban pajak penghasilan USD 703 juta maka rugi bersih setelah pajak adalah USD 761 juta. Koreksi faktor-faktor non operasionalnya kecil sehingga rugi komprehensif tetap USD 761 juta

Bagaimana ROE Pertamina? Dengan nilai ekuitas (nilai buku) sebesar USD 29,662 milar maka ROI adalah minus 2,6%. Bagaimana ROI bagi pemegang saham yaitu pemerintah RI a.k.a. rakyat Indonesia? Tidak bisa diketahui karena Pertamina tidak tercatat di lantai bursa sedemikian hingga kita tidak bisa mengetahui berapa nilai intangible asset Pertamina dan akibatnya tidak diketahui berapa nilai pasar Pertamina sebagai sebuah perusahaan.

Beban keuangan menjadi beban besar yaitu USD 525 juta alias Rp 7,63 triliun. Dari mana saja beban keuangan ini? Tidak ada informasi lebih detail karena Pertamina tidak menampilkan catatan laporan keuangannya.

Memperhatikan  neracanya, utang Pertamina memang besar yaitu USD 40,568 miliar alias Rp 590 triliun. Utang itu adalah 1,36 kali (disebut juga DER) dibanding modal sendiri (ekuitas) yang sebesar USD 29,662 miliar. Karakter perusahaan seperti Pertamina ini DER seperti ini termasuk besar.  Bandingkan dengan AKR yang hanya 0,81.

Utang jangka panjang Pertamina adalah USD 27,424 miliar alias Rp 398 triliun. Utang inilah yang kemungkinan menjadi sumber utama beban keuangan (beban bunga). Tetapi sekali lagi karena Pertamina tidak menampilkan catatan laporan keuangannya maka tidak bisa diketahui kepada siapa saja utang sebesar itu. Selama ini memang Pertamina tidak pernah menampilkan catatan laporan keuangannya

Pertamina jangan kalah dengan AKR dong…..

Pertamina sama dengan AKR dalam hal bahwa pendapatan keduanya diperoleh dari penjualan bahan bakar minyak dalam negeri. Dengan kondisi pasar yang sama-sama terpengaruh Covid-19, AKR tetap memperoleh laba. Pertamina menderita rugi.

&&&

Mengapa Pertamina tidak menampilkan catatan laporan keuangan? Ada yang menjawab. Kan pertamina bukan perusahaan publik. Kan Pertamina belum IPO. Pertanyaannya, mengapa kalah dengan AKR yang asetnya hanya ibarat setetes air dibanding pertamina yang ibarat lautan? Mengapa kalah dengan AKR yang pemegang sahamnya hanya segelintir dibanding sekitar 250 juta rakyat Indonesia yang merupakan pemegang saham sah dari Pertamina?

Mengapa Pertamina menggunakan laporan dengan mata uang USD? Sudah tidak relevankah bicara nasionalisme di dunia bisnis? Bukankah sebagian besar pendapatan Pertamina berasal dari dalam negeri dan dengan demikian bermata uang Rupiah? Mengapa BUMN justru tidak berkontribusi untuk menjayakan Rupiah? Mungkin akan dijawab bahwa komponen HPP Pertamina adalah impor minyak mentah dalam USD. Tapi sekali lagi ini hanya kira-kira karena Pertamina tidak berani buka-bukaan dengan mempublikasikan catatan laporan keuangannya semester ini kepada rakyat Indonesia yang merupakan pemegang saham sejatinya. Kalau memang jujur mengapa tidak berani buka-bukaan? Jangan kalah dengan pesaing kecil AKR. Pak komisaris utama, apakabar? Sudah baca tulisan tentang tugas komisaris ini belum? 🙂

Diskusi lebih lanjut? Gabung Grup Telegram  atau Grup WA SNF Consulting

*)Artikel ke-283 ini ditulis di Surabaya pada tanggal 30 Agustus 2020 oleh Iman Supriyono, CEO SNF Consulting.

21 responses to “Pertamina Rugi Vs. AKR Laba: Buka-bukaan, Siapa Takut?

  1. Sangat manarik . Tks

  2. Tulisan yang sangat menarik.
    Terima kasih telah berbagi pengetahuan.
    Sekedar saran, sebaiknya cukup menuliskan 1 digit setelah koma agar lebih mudah dipahami. Karena dengan 3 digit dibelakang koma mirip dengan unit ribuan dalam standar penulisan eropa atau amerika.

  3. Sip cak …. bisa buat bahan ngajar di sekolah nih … suwun cak

  4. Mas Iman
    AKR jga menjadi pemasok tunggal avtur loh skrang bekrjasama dg BP. Padahal sebelumnya pasokan avtur di dalam negeri adl monopoli Pertamina

  5. Keren. Jadi tambah wawasan.

  6. analisa menarik cak

  7. Beda lah cara pengelolaan BUMN dan Swasta, BUMN dg birokrasi yg berbelit, dg tot pegawainya banyak, operasional yg lebih tinggi, jika di banding dg persahaan swasta yg simple ringkes ga berbelit, perolehan laba pun pasti beda.

  8. harusnya anda menulis sumber data anda didapat dari mana.
    supaya apel to apel, antara anda yg mempertanyakan pertamina, dgn keabsahan data anda. Jaman skrg banyak berita HOAX, yg intinya pengen ikutan jd KOMISARIS.

  9. Assalamualaikum,,
    Semenjak di PHK saya Sekluarga sulit sekali mencari Pekrjaan apalagi Corona Blum jelas sampai kapan akan berakhir,, untuk makan saja saya harus pinjam uang sana sini belum lagi susu untuk bayi kecil.
    Semoga ada hamba Allah yang mau membantu keluarga saya. Siapapun yg membantu semoga Allah SWT membalas kebaikan di dunia maupun di akhirat. aamiiinn… 108-00-2037-22-40 mandiri
    Sebelum & Sesudah nya terima kasih.
    * Catatan: wifi Numpang*

  10. Kok bisa ya sekg pertamina rugi padahal harga minyak mentah turun drastis… Tapi semoga utk semester selanjutnya bisa untung ya

  11. Perlu didalami sedikit karena AKR adalah perusahaan dagang (trading) sementara Pertamina adalah perusahaan yang lebih kompleks

  12. Ping-balik: Garuda, Air Asia & SQ Era Pandemi: Siapa Paling Parah? | Catatan Iman Supriyono

Tinggalkan Balasan ke Rachmad Suharto Batalkan balasan