Beasiswa LPDP: Dana Abadi atau Dana Menguap?


Menjadi lembaga pengelola dana bertaraf internasional guna menyiapkan SDM Indonesia yang berdaya saing global serta turut mendorong inovasi bagi terwujudnya Indonesia yang sejahtera, demokratis, dan berkeadilan. Itulah visi Lembaga Pengelola Dana Pendidikan alias LPDP sebagaimana yang dimuat dalam laporan keuangan teraudit tahun 2022. Mulia sekali. Bagus sekali. Sangat mungkin Anda atau orang-orang terdekat Anda adalah penerima beasiswa LPDP. Beasiswa belajar tingkat sarjana, master dan doktor baik di dalam maupun luar negeri.

Ada tiga poin misi LPDP. Pertama adalah mempersiapkan pemimpin dan profesional masa depan Indonesia melalui pembiayaan pendidikan. Kedua adalah mendorong riset strategis dan/atau inovatif yang implementatif dan menciptakan nilai tambah melalui pendanaan riset. Ketiga adalah menjamin keberlangsungan pendanaan pendidikan bagi generasi berikutnya melalui pengelolaan dana abadi pendidikan yang optimal

Sebuah organisasi bergerak sesuai visi dan misinya. Pergerakan organisasi tercermin dari laporan keuangannya. Mari kita lihat LPDP dari apa yang dilakukannya pada tahun 2022. Sudahkah bergerak sesuai visi dan misinya? Sudahkah LPDP mengelola dana abadi pendidikan dengan tepat sebagaimana layaknya institusi pengelola dana abadi internasional?  Mari kita cermati dari laporan keuangannya. Saya akan menuliskannya dalam format poin-poin. Angka-angka adalah pembulatan sesuai dengan aturan pembulatan matematika.

  1. Memperhatikan neracanya, aset terbesar LPDP adalah berupa investasi jangka panjang. Awal tahun 2022 (akhir tahun 2021) nilainya adalah Rp 99 triliun. Posisi akhir tahun adalah Rp 119 triliun. Aset pada posisi akhir ini adalah merupakan 94% dari total aset LPDP yang sebesar Rp 127 triliun.
  2. Aset lain yang signifikan adalah berupa investasi jangka pendek sebesar Rp 4 triliun pada akhir tahun. Angka tersebut naik dari Rp 3 triliun pada awal tahun. Dengan demikian total nilai investasi LPDP adalah Rp 123 triliun pada akhir tahun. Angka ini naik Rp 21 triliun dari  posisi awal tahun Rp 102 triliun. kenaikannya diperoleh dari diterimanya tambahan dana dari APBN.
  3. Ke mana aset-aset sebesar itu diinvestasikan? Investasi jangka panjang adalah berupa obligasi dan deposito. Rincianya, obligasi negara Rp 82 triliun, obligasi korporasi Rp 2 triliun dan deposito Rp 36 triliun. Investasi jangka pendek adalah berupa deposito senilai Rp 4 triliun. Dengan uraian ini maka bisa dikatakan bahwa seluruh dana abadi LPDP diinvestasikan dengan skema utang piutang.
  4. Ada dua kelompok utama dalam investasi yang tergambarkan dalam sisi kanan neraca entitas penerima dan investasi (investee). Sisi kanan neraca pada perusahaan atau entitas tempat dana diinvestasikan. Dua kelompok tersebut adalah utang piutang dan ekuitas.
  5. Karakteristik utama investasi skema utang piutang adalah tidak adanya pertumbuhan nilai aset yang diinvestasikan. Secara nominal nilainya konstan. Namun demikian karena nilai ditransaksikan dengan investee dalam bentuk mata uang maka ada variabel krusial yang mesti dipertimbangkan yaitu inflasi.
  6. Sepanjang tahun 2022 BPS mencatat bahwa nilai inflasi Rupiah adalah sebesar 5,51%. Dengan demikian total investasi BPJS Rp 102 triliun pada awal tahun 2022 secara nilai riil menyusut sebesar Rp 5,6 triliun. inilah nilai aset LPDP yang menguap sepanjang tahun 2022. Itu pun belum memperhitungkan dana investasi tambahan yang  LPDP sepanjang tahun 2022 yang sebesar Rp 21 triliun. Jika dianggap dana ini semua diterima di pertengahan tahun maka nilai yang digerogoti inflasi adalah 2,755% dari Rp 21 triliun yaitu Rp 578 miliar. Dengan demikian total penurunan nilai aset dari inflasi adalah  Rp 6,2 triliun
  7. Laporan laba rugi menunjukkan bahwa hasil investasi dana abadi sepanjang tahun 2022 adalah Rp 6,6 triliun. Dengan demikian hasil investasi bersih adalah Rp 6,6 dikurangi Rp 6,2 yaitu sebesar Rp 0,4 triliun alias Rp 400 miliar.
  8. Laporan laba rugi juga menunjukkan bahwa LPDP mengeluarkan dana untuk beasiswa senilai Rp 4,4 triliun. Beban lain yang signifikan adalah beban pegawai Rp 63 miliar dan beban perjalanan dinas Rp 27 miliar. Total beban adalah Rp 4,5 triliun.
  9. Dengan demikian hasil investasi bersih yang Rp 0,4 triliun tidak cukup untuk menanggung seluruh beban LPDP yang sebesar 4,5 triliun. Ada kekurangan Rp 4,1 triliun. Inilah hasil akhir kinerja pengelolaan dana abadi LPDP sepanjang tahun 2022 secara nilai riil (yaitu dengan memperhitungkan efek inflasi)
  10. Sejak LPDP berdiri tahun 2011 skema investasinya sama. Dengan demikian tiap tahun menguapnya dana abadi LPDP akibat inflasi itu juga terus menerus terjadi. Sesuaikah ini dengan visi LPDP? Visinya adalah menjadi pengelola dana abadi bertaraf internasional. Kinerja keuangannya justru nilai dana abadi menguap melalui inflasi. Jadinya bukan lagi dana abadi. Tapi dana menguap.
  11. Maka, andai pasokan dana dari APBN kepada LPDP dihentikan, secara riil tiap tahun kemampuan LPDP memberi beasiswa akan turun sebesar laju inflasi yang mana pada tahun 2022 adalah sebesar 5,51%. Nominalnya tetap. Tapi nilainya habis. Jumlah penerima beasiswa akan menurun sampai habis. Tidak lagi bisa disebut sebagai dana abadi
  12. Itulah kinerja pengelolaan dana abadi selama ini. Permasalahannya krusial dan sudah berlangsung selama 12 tahun. pertanyaannya, ke depan diperbaiki atau tidak? Harapannya tentu harus diperbaiki.
  13. Bagaimana perbaikannya? LPDP bisa belajar dari Harvard Management Company (HMC) yaitu lembaga pengelola dana abadi (endowment fund) milik Harvard University, USA.
  14. HMC berdiri tahun 1974 alias saat ini sudah berusia 49 tahun. Laporan keuangan tahun 2022 menunjukkan posisi aset investasi adalah USD 59,31 miliar alias Rp 889 triliun. Dari nilai tersebut yang ditempatkan melalui skema utang piutang yaitu berupa obligasi (bond) adalah USD 1,1 miliar (Rp 16 triliun) dan domestic fixed income USD 2,8 miliar (Rp 42 triliun). Total penempatan investasi berskema utang piutang (yang termakan inflasi) adalah USD 3,9 miliar alias 6,6% dari total aset investasi.  Selebihnya  penempatan pada aset yang tidak termakan inflasi. Target imbal hasil investasi HMC adalah 5%-5,5%  dari nilai pasar. Pencapaian tahun 2022 adalah 4,2%.
  15. HMC adalah pengelola dana abadi terbesar dunia. Mestinya ini menjadi benchmark bagi LPDP sesuai dengan visinya. Namun kenyataannya, sampai saat ini LPDP menempatkan seluruh aset investasinya dengan skema utang piutang yang termakan inflasi. Sementara HMC sebaliknya, sebagian besar asetnya ditempatkan melalui skema ekuitas alias saham yang tidak termakan inflasi. LPDP dan HMC berjalan ke arah yang berlawanan. HMC ke utara LPDP ke selatan. HMC ke timur LPDP ke barat. Seperti larik lagu “Pamit” nya Tulus….. kau menunggu datangnya malam saat ku menanti fajar….

Demikianlah kinerja LPDP.  Visinya mengelola dana abadi. Minimal nilainya tetap. Syukur-syukur bisa tumbuh seperti HMC. Moga LPDP segera bisa memperbaiki portofolio penempatan investasinya. Agar asetnya benar-benar menjadi dana abadi. Bukan dana menguap. Aamin.

Artikel ke-408 karya Iman Supriyono ini ditulis di bangku Kereta Sancaka dalam perjalanan Surabaya-Jogjakarta pada tanggal 19 Juli 2022.

Diskusi lebih lanjut? Silakan bergabung Grup Telegram  atau Grup WA KORPORATISASI atau hadiri KELAS KORPORATISASI
Anda memahami korporasi? Klik untuk uji kelayakan Anda sebagai insan korporasi

Baca Juga:
Dana Abadi Beasiswa ACR: RUPS dan Dividen Pertama

Hayyu x ACR: Perusahaan Dakwah
Peredam Risiko Investasi Wakaf
Wakaf Modern Untuk Keabadian Amal dan Kemerdekaan Ekonomi
Konversi Kotak Infaq ke Kotak Wakaf
Kesalahan Wakaf Saham Dan Perbaikannya
Wakaf Untuk Beasiswa: Fulbright Dari Timur
Wakaf Moncer dengan Puasa Infaq
Wakaf Para Alumni untuk Adik Kelasnya
Wakaf Agar Rp 10 Triliun Tidak Melayang Tiap Tahun
Wakaf Uang
Enam Pilar Kemerdekaan Ekonomi Umat dan Bangsa
Korporatisasi: Asal Muasal

10 responses to “Beasiswa LPDP: Dana Abadi atau Dana Menguap?

  1. Keren kali pemaparannya om. Terus kenapa jarang terdengar di usut ke publik perihal ini ya om?

  2. Ping-balik: Wakaf ACR: Fulbright Dari Timur | Korporatisasi

  3. Ping-balik: Wakaf Korporat: Model Bisnis Sociopreneur | Korporatisasi

  4. Ping-balik: RPD: Peredam Risiko Investasi – Wakaf | Korporatisasi

  5. Ping-balik: Wakaf ACR: Sahabat Sekolah Sahabat Surga | Korporatisasi

  6. Ping-balik: ACR x Hayyu: RUPS & Dividen Pertama | Korporatisasi

  7. Ping-balik: MIT: Guru Dibayari Murid? | Korporatisasi

  8. Ping-balik: Harvard University Versus Presiden Trump | Korporatisasi

  9. Ping-balik: Yayasan Paripurna: Siklus Hidup | Korporatisasi

Tinggalkan komentar