Bu Prayogo: Obituari Guru Yang Membawa Visi Global Untuk Muridnya


Ruang kelas SD Kaliabu I, Kecamatan Mejayan, Kabupaten Madiun pada suatu pagi. Tidak baik ke sekolah dengan kaki bersandal. Itulah bunyi teks bacaan pada buku pelajaran sekolah saat itu. Demi membacanya, kawan-kawan langsung menyalahkan saya. Memang benar. Saya sehari-hari datang ke sekolah dengan kaki bersandal jepit.

paduan suara 88

Bu Prayogo di dengan seragam anggun di depan murid-muridnya dalam sebuah acara. Foto: diambil dari yang beredar luas di grup-grup alumni SMP.

Saya disalahkan atas kebiasaan ke sekolah bersandal jepit itu. Lalu bagaimana kawan kawan sekelas saya? Apakah mereka bersepatu sebagaimana yang dimaksud di teks bacaan itu?  Sunarto, Jani, Waimun, Yatimun, Marsidi, Saiman, Wakiman, Yasmin, Bandi, Jari, Tarmun, Mainah, dan Jinem ke sekolah tidak bersandal jepit. Tetapi juga tidak bersepatu. Kawan-kawan saya itu bertelanjang kaki.  Heheheheh.

Itulah gambaran suasana sekolah tempat saya belajar kala itu. Yang kalau buang hajat harus lari ke sungai karena tidak ada toilet. Yang sebagian berangkat sekolah berjalan kaki melalui pematang sawah dengan sungai tanpa jembatan. Yang hanya makan ikan sesekali dari memancing di sungai dekat rumah. Yang saat awal musim hujan sepulang sekolah pada pergi ke hutan mencari kepompong ulat jati di hutan untuk lauk-pauk.  Yang jika ingin nonton TV harus menempuh perjalanan jauh nebeng di rumah tetangga. Sebuah sekolah berada di desa tepi hutan yang berjarak sekitar 5 kilo meter dari jalan raya Surabaya-Madiun.

Seangkatan saya di SD itu ada 2 kelas paralel. Total murid seangkatan  sekitar 50-an siswa. Beruntung dari SD itu ada 2 siswanya yang kemudian diterima melanjutkan di SMP 1 Caruban, sekolah negeri terbaik di wilayah kota kecil Caruban dan sekitarnya. Salah satunya adalah saya.

Di SMP itulah saya bertemu dengan seorang guru luar biasa.  Awal-awal saya dan kawan-kawan kelas IF menyebutnya dengan bu TH. Memang namanya biasa ditulis sebagai Th. Sri Sumarmi. Th adalah singkatan dari Theresia. Belakangan saya dan kawan-kawan baru tahu nick name yang lebih populer yaitu Bu Prayogo. Prayogo adalah nama Suami beliau yang saat itu sudah meninggal.

Bu Prayogo mengajar Bahasa Inggris. Bagi anak desa tepi hutan  seperti saya, Bahasa Inggris adalah sesuatu yang sama sekali baru. Satu-satunya perkenalan dengan bahasa Inggris adalah melalui acara TV yang sesekali saya tonton di rumah tetangga.

Entah apa yang dihembuskan ke jiwa saya oleh guru yang rajin ke gereja itu. Tetapi efeknya begitu besar. Kontras dengan suasana saat saya di bangku SD. Saya sangat antusias belajar bahasa Inggris. Begitu semangatnya, saya selalu mengerjakan soal-soal latihan bahasa Inggris mendahului pelajaran di sekolah. Saat di kelas membahas soal latihan halaman 20 misalnya, saya selalu sudah mengerjakan halaman 22 atau 23. Jika ada kosa kata yang tidak saya pahami saya membuka kamus Wojowasito pemberian kakak yang  mahasiswa IKIP Surabaya ketika itu.

Bu Prayogo lah yang membuat saya rajin mendengarkan siaran bahasa inggris Radio BBC, Radio Australia dan Voice of America. Tiap hari menjelang tidur siaran radio-radio bergelombang SW yang suaranya timbul tenggelam  itu adalah menu wajib. Sampai-sampai demi menghemat baterai saya memasang alat sederhana agar radio bisa otomatis mati saat saya tertidur.

&&&

Hari pertama bulan Agustus  2018. Berita duka datang melalui media sosial. Bu Prayogo berpulang. Kenangan saya terbawa jauh ke masa-masa berseragam putih biru. Terbayang sosok  yang seragam warna abu-abunya selalu tampil dengan hem putih nan anggun itu. Guru bahasa Inggris yang hadir dengan apa yang kemudian saya kenal sebagai  hidden curriculum. Vocabulary dan grammer bahasa inggris adalah alatnya. Kurikulumnya. Mindset lintas bangsa adalah hidden curriculumnya. Itulah yang menghujam dalam dalam ke sanubari saya hingga kini.

Dididkan guru yang di mata murid-muridnya dikenal anggun, ramah, charming, berbudi pekerti tinggi juga terbawa dalam karir.  Hidden curriculum beliau adalah bagian penting dari jati diri SNF Consulting, perusahaan konsultan manajemen yang saya pimpin.  Melakukan perjalanan bisnis ke berbagai belahan dunia, bekerja dengan mitra luar negeri, menugaskan team konsultan manca negara, bergulat dengan obyek penelitian perusahaan berbagai bangsa dan menuliskannya. Semuanya tidak bisa dilepaskan dari hidden curriculum yang dibawa oleh bu Prayogo melalui pelajaran bahasa Inggrisnya.

FB_IMG_1563274056657

Saya saat bertandang ke rumah Bu Prayogo bersama si buah  hati nomor 7, tidak lama sebelum beliau berpulang.  Pengambilan gambar dilakukan oleh Anni Muttamimah, istri saya.

Dididikan beliau  bahkan dirasakan anak-anak saya yang tidak lain adalah cucu didik beliau. Hidden curriculum-nya menginspirasi untuk menyekolahkan delapan anak-anak saya ke luar negeri sejak remaja. Si sulung yang menempuh bangku SMA di Malaysia tahun lalu sudah  lulus dari jurusan sastra mandarin dari Jiangxi University, Tiongkok. Si nomor dua yang sudah 6 tahun belajar di Malaysia kini sedang menyelesaikan tahun terakhirnya sebagai sarjana aktuaria. Si nomor tiga belajar di Vietnam. Si nomor empat merasakan belajar bahasa Thailand di Bangkok. Insyaallah adik-adiknya juga akan menyusul. Ibu…. Itulah cucu-cucu didikmu. Jasa besarmu selalu kukenang. Menjadi bagian penting dari kehidupan kami murid-muridmu. Selamat jalan ibu…..

Klik untuk bergabung Grup Telegram  atau Grup WA pembaca Korporatisasi

Bacaan-bacaan pemicu amal jariyah Anda
Wakaf Korporat
Peredam Risiko Investasi Wakaf
Wakaf Modern Untuk Keabadian Amal & Kemerdekaan Ekonomi
Konversi Kotak Infaq ke Kotak Wakaf
Kesalahan Wakaf Saham Dan Perbaikannya
Wakaf Untuk Beasiswa: Fulbright Dari Timur
Wakaf Moncer dengan Puasa Infaq
Wakaf Para Alumni untuk Adik Kelasnya
Wakaf Agar Rp 10 Triliun Tidak Melayang Tiap Tahun
Wakaf Uang
Enam Pilar Kemerdekaan Ekonomi Umat dan Bangsa
Korporatisasi: Asal Muasal

*)Ditulis pada tanggal 16 Juli 2019 oleh Iman Supriyono, konsultan senior dan direktur SNF Consulting, http://www.snfconsulting.com, perusahaan konsultan manajemen berbasis di Surabaya. Obituari ini terlambat hampir setahun. Tetapi hasrat menuliskannya tidak  pernah reda. Bahkan makin menguat.  Alhamdulillah hari ini tertunaikan. Semoga bermanfaat.

3 responses to “Bu Prayogo: Obituari Guru Yang Membawa Visi Global Untuk Muridnya

  1. Mantapp. Semoga jadi inspirasi para orang tua

  2. Titing wahjuningsih

    Kesan saya ibu TH selalu berpenampilan ala dosen, ramah , penuh kasih, suka cerita , memotivasi, cantik ,anggun.

  3. Jagoan — wanita
    (Sayang guru bahas Inggris saya Nasrani)

    Visioner dan semoga mendapatkan syurga ..

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s