Ghost Flight: Autopilot Bisnis?


Athena, tanggal 14 Agustus 2005. Jam 09.37  waktu setempat Boeing 737 Helios dengan nomor penerbangan 522 telah terpantau radar memasuki wilayah kontrol penerbangan Athena. Pesawat mengitari Athena dengan autopilot.  ATC Nikosia, Ciprus, bandara asal penerbangan pesawat tersebut telah melaporkan kepada Athena bahwa kontrol radio terputus. Antara jam 10.12 sampai jam 10.50 panggilan dari ATC Athena tidak direspon oleh pilot. Jam 10.45 adalah jadwal pendaratan pesawat tersebut.  Jam 10.54 Joint Rescue Coordination Center mencurigai kemungkinan pesawat telah dibajak. Jam 11.05 dua pesawat tempur F16 pun diterbangkan untuk memantau penerbangan 522. Jam 11.23 F16 telah menemukan posisi 522 di atas pulau Aegean. Jam 11.32 pilot F16 melihat kopilot 522 terduduk lemas, masker oksigen di kabin keluar, tidak ada tanda-tanda terorisme. Jam 11.49 pilot F16 melihat ada seorang di kokpit tampaknya sedang mencoba mengendalikan pesawat. Jam 11.49 mesin kiri pesawat berhenti karena kehabisan bahan bakar. Jam 11.59 mesin kanan pesawat berhenti. Jam 12.03 pesawat 522 jatuh di pegunungan wilayah Grammatiko, Yunani.

&&&

Bisnis autopilot. Bosnya jalan-jalan, bisnisnya jalan. Jargon ini populer sekali di kalangan entrepreneur. Mungkinkah sebuah bisnis menjadi autopilot? Mungkin, jika yang dimaksud adalah usaha kecil perorangan yang tidak dikembangkan. Contohnya adalah resto-resto legendaris lokal yang biasanya menulis “Resto Lezat tidak membuka cabang”.  Tidak mungkin, jika yang dimaksud adalah sebuah bisnis yang berproses menjalani langkah demi langkah dari 8 langkah corporate life cycle sampai menjadi korporasi sejati.

Salah satu kebutuhan perusahaan yang seperti ini adalah terus menerus mendapatkan investor karena terus menerus menerbitkan saham. Kuncinya adalah menemukan apa yang disebut revenue and profit driver alias RPD. Proses ini saja sudah membutuhkan waktu tenaga pikiran dan energi besar dari “sang pilot”. Pada sebuah perusahaan berbadan hukum PT pilotnya adalah direktur utama alias dirut. Dalam keseharian agar lebih keren kalangan bisnis sering menyebutnya dengan istilah CEO.

Menemukan RPD butuh proses trial and error. Butuh proses iterasi berbagai variabel. Butuh ukuran secara statistik. Karena variabelnya banyak maka proses iterasinya tidak bisa dilepaskan begitu saja dari pantauan serius dirut. Bahkan karena RPD ini adalah mesin pertumbuhan perusahaan, sang dirut harus siap sewaktu waktu untuk melakukan deep dive. Bahkan butuh konsultan manajemen sebagai sparring partner agar perusahaan tidak menelan biaya kebodohan.

Setelah RPD ketemu tugas dirut adalah terus menerus menerbitkan saham. diawali dari private placement di luar lantai bursa secara terus-menerus. Pada titik tertentu perusahaan harus melakukan IPO. Salah satu penanda titik tertentu tersebut adalah ukuran yang cukup. Angka kecukupannya adalah market value alias market cap sekitar Rp 10 triliun. Jika kurang dari Rp 10 triliun perusahaan akan seperti sampan yang berlayar di samudera Atlantik dengan gelombang setinggi 10 meter. Terombang ambing dalam ombak besar dan rawan menjadi mangsa empuk para perampok budiman. Setelah IPO mesti terus-menerus melakukan penerbitan saham baru lagi yang disebut rights issue. Mengikuti pola gergaji korporatisasi sampai menjadi korporasi sejati.

Menerbitkan saham terus-menerus baik secara private placement, IPO maupun righst issue artinya perusahaan terus-menerus membutuhkan investor. Investornya umumnya adalah perusahaan-perusahaan investasi. Bos-bos perusahaan investasi tentu tidak mau ditemui anak buah. Seperti dalam diplomasi negara. Presiden mestilah ditemui oleh presiden. Jadilah si dirut terus sibuk bekerja full time. Tidak bisa menyerahkan kendali perusahaan pada autopilot. Jika dipaksakan maka musibah ghost flght Helios 522 seperti di atas akan terjadi pada perusahaan. Memang pesawat ada fasilitas autopilot. Tapi bukan berarti tidak dibutuhkan pilot yang bekerja penuh waktu. Bahkan Boeing 737 penerbangan 522 itu pun ada pilot dan kopilot. Tapi keduanya lemas tak sadarkan diri karena kekurangan oksigen. Sebelum hilang kesadaran pilot sempat menekan tombol autopilot. Pesawat berjalan dengan autopilot dari Nikosia ke Athena.  Dan kecelakaan terparah di Yunani itu pun terjadi. Menewaskan seluruh 121 penumpang dan awak pesawat. Semoga keluarga yang ditinggalkan tabah menerimanya. Semoga kita para pelaku bisnis mengambil pelajaran.

Artikel ke-412 karya Iman Supriyono ini ditulis di Jakarta pada tanggal 16 Agustus 2023

Diskusi lebih lanjut? Silakan bergabung Grup Telegram  atau Grup WA KORPORATISASI atau hadiri KELAS KORPORATISASI
Anda memahami korporasi? Klik untuk uji kelayakan Anda sebagai insan korporasi

Tinggalkan komentar