Merger: Kekacauan di Masjid Moeldoko


Perjalanan tol dari Caruban ke Surabaya 10 Desember 2023. Sekitar kilometer 650 saya minta si buah hati yang duduk di bangku samping saya untuk melihat jadwal salat. Waktu magrib sekitar 10 menit lagi. Maka, saya pun memutuskan untuk keluar tol Bandar KM 672 menuju masjid yang berposisi tepat di depan pintu keluar tol.

Persis kumandang adzan magrib berakhir saya memarkir mobil di halaman masjid Moeldoko. Dari halaman parkir masjid yang megah itu saya langsung masuk lantai 1. Begitu melewati pintu saya langsung mendapati ada beberapa imam sedang memimpin salat. Dari pintu masuk lantai 1 saya langsung belok kiri menuju tempat wudhu.

Selepas wudhu saya langsung naik tangga menuju ruang salat utama di lantai 2. Saya masih santai karena seruan ikamat belum berkumandang. Begitu menginjakkan kaki di lantai 2, tampak seorang imam sedang memimpin salat di bagian belakang ruang utama. Perkiraan ada 20-an orang yang mengikutinya. Saya tidak bergabung ke jamaah itu karena ikamat belum dikumandangkan.

Begitu ikamat berkumandang, saya langsung gabung masuk saf kedua di belakang imam yang berdiri persis di mihrab masjid. Karena di belakang imam resmi juga ada imam lain yang sedang salat, maka praktis bacaan dua imam bersahut-sahutan. Bacaan “aamin” dari makmum pun begitu. Mengikuti imam masing-masing.

Selepas salat magrib, saya segera mundur keluar dari saf dimana orang-orang masih berzikir selepas salat wajib. Salah satu rombongan semobil saya pun mengumandangkan ikamat. Saya menjadi imam untuk rombongan salat isya secara jamak.

Yang menarik, tidak lama setelah saya takbir permulaan salat, di lantai utama itu terdengar lagi beberapa orang mengumandangkan ikamah. Artinya, ada beberapa imam yang memimpin jamaah mereka sendiri-sendiri selain saya yang mengimami jamaah rombongan saya sendiri. Jadilah saya dan para imam itu bersahut-sahutan bertakbir dan mengumandangkan bacaan salat. Para makmum pun bersahut-sahutan dalam menjawab “aamin”. Satu masjid dengan beberapa jamaah dan beberapa imam.

&&&

Sesuai laporan keuangan teraudit 2020, posisi aset akhir tahun Bank Syariah Mandiri adalah Rp 126,9 triliun. Pada saat yang sama, BRI Syariah dan BNI Syariah masing-masing adalah Rp 57,7 triliun. dan Rp 55 triliun. Jumlah aset mereka adalah Rp 239,6 triliun.

Tahun 2021 ketiganya melakukan penggabungan (merger) menjadi Bank Syariah Indonesia. Merger artinya tiga entitas melebur menjadi satu dengan nama Bank Syariah Indonesia. Akhir tahun 2021 bank yang kemudian dikenal sebagai BSI ini asetnya adalah Rp 265,3 triliun.  Naik 10,7% dibanding jumlahan aset ketiga bank pada setahun sebelumnya.

Sebagian besar aset bank adalah berupa piutang kepada nasabahnya dengan berharap imbal hasil. Nilai imbal hasil jauh lebih kecil dari nilai piutangnya. Padahal piutang itu berisiko untuk tidak dibayar sesuai komitmen oleh nasabah. Muncullah pembiayaan bermasalah (non performing financing, NPF).

Cara menanggulangi risiko NPF adalah dengan membuat cadangan yang disebut pencadangan penghapusan aktiva produktif alias PPAP. Cadangan ini didasarkan pada angka historis NPF sebelumnya. Maka, akurasi angka NPF menjadi sangat-sangat krusial bagi bank.

Makin besar aset sebuah bank, makin stabil pula angka NPF nya. Logikanya, angka statistik dari sebuah populasi yang besar akan cenderung lebih stabil dari pada populasi yang kecil. Atas logika inilah maka OJK terus mendorong agar bank-bank makin membesar. Dibuat aturan modal minimum. Angka minimum pun terus diperbesar dari waktu ke waktu.  Bank yang tidak mampu memenuhi modal minimum diperintahkan untuk merger.

Nah, inilah urgensi merger BSM, BNI Syariah dan BRI Syariah menjadi BSI.  Menjadi bank yang lebih besar. Dengan demikian portofolio pembiayaannya akan makin besar. Angka-angka statistiknya makin stabil. Angka NPF nya juga makin stabil. Dan dengan demikian PPAP yang disiapkan berdasarkan data historis akan terus menerus sesuai dengan NPF periode berjalan. Risiko pun mengecil. Bank pun makin aman dan kokoh.

&&&

Pembaca yang baik, perusahaan alias korporasi adalah ekonomi berjamaah di era modern. Prinsipnya sejalan dengan prinsip salat berjamaah. Bahwa salat berjamaah itu pahalanya 27 derajat lebih tinggi dari pada salat sendirian.

Dalam waktu yang sama pada sebuah masjid mestinya hanya ada satu jamaah. Maka, apa yang terjadi di masjid Moeldoko sebagaimana saya tulis di atas adalah sebuah kesalahan. Mestinya semua jamaah masuk lantai utama. Di lantai utama juga hanya ada satu imam. Tidak boleh ada lebih dari satu imam pada saat yang bersamaan. Takmir masjid bisa menyampaikan hal ini melalui tulisan di dinding masjid. Bisa juga menyediakan petugas untuk mengedukasi jamaah.

Bagaimana bagi orang yang salat jamak seperti saya? Tidak ada kendala karena imam dan makmum boleh berbeda niat. Maka, saat Anda masuk masjid ikuti saja imam yang ada. Tidak perlu bertanya kepada imam tentang salat yang dikerjakannya.

Dengan demikian hanya ada imam tunggal pada sebuah masjid pada saat bersamaan. Tidak ada imam yang bersaing memperkeras suara dengan imam lain. Tidak ada jamaah yang bingung mengidentifikasi apakah bacaan takbir yang didengar berasal dari imamnya atau imam yang lain. Satu masjid satu komando. Salat berjamaah berjalan secara khusuk.

Sebagaimana di masjid, demikian pula di dunia bisnis. Perusahaan yang bergerak pada bidang yang sama mesti melakukan merger atau akuisisi. Dan itulah yang terjadi di dunia bisnis global. Unilever hari ini adalah hasil merger dan akuisisi lebih dari 100 perusahaan termasuk teh Sariwangi dan kecap Bango di Indonesia. Danone pun rajin melakukan akuisisi termasuk Aqua dan susu SGM melalui Nutricia Belanda.  Rumah sakit Mount Elizabeth Singapura pun diakuisisi oleh IHH dari Kuala Lumpur. Koperasi susu Fonterra adalah hasil dari merger ratusan koperasi di New Zealand.

Mengapa mereka mudah untuk merger? Tidak lain adalah kesadaran bahwa perusahaan besar jauh lebih kokoh, efisien, kuat dan rendah risiko dari pada yang kecil. Lebih diminati oleh para kandidat karyawan berkualitas tinggi. Lebih kuat saat negosiasi harga dengan termin pembayaran dengan pemasok. Lebih murah dalam cost of capital. Serba lebih dibanding yang kecil. Di laut, ikan kecil akan menjadi mangsa ikan besar.

Tentu saja butuh pemahaman cukup tentang par value, book value, market value, intangible asset, dan besaran-besaran terkait untuk bisa menerima dan melakukannya dengan baik. Besaran-besaran korporasi. Anda pelaku bisnis? Sudah memahami besaran-besaran itu? Siap membangun korporasi besar?

Artikel ke-434 karya Iman Supriyono ini ditulis SNF Consulting House of Management, Surabaya, pada tanggal 11 Desember 2023

Diskusi lebih lanjut? Silakan bergabung Grup Telegram  atau Grup WA KORPORATISASI atau hadiri KELAS KORPORATISASI
Anda memahami korporasi? Klik untuk uji kelayakan Anda sebagai insan korporasi

Tinggalkan komentar