Mengapa Crowdfunding Bermasalah?


Kredit Macet 70%, TaniHub Dulu Disebut Jokowi Kini Menyerah. Ini adalah judul berita di cnbcindonesia.com yang diunggah pada tanggal 9 Juni 2023. Menarik. Sebuah perusahaan start up yang digadang-gadang bisa berkembang menjadi korporasi besar ternyata bermasalah. Dan masalahnya cukup akut. Bahkan penyelenggara crowdfunding berskema utang-piutang ini sampai digugat pailit.

Crowdfunding Santara Kena Sanksi OJK, Mardigu: Kami akan Delisting Banyak Penerbit.  Yang ini adalah judul berita bisnis.com yang diunggah pada tanggal 9 Januari 2023. Ini juga menarik. Santara yang juga digadang-gadang menjadi solusi pendanaan pelaku bisnis ternyata juga menyimpan masalah. Baru saja saya coba akses web resmi perusahaan equity crowdfunding ini. Tampaknya sudah lama tidak ada update.

Mengapa crowdfunding bermasalah? Saya akan menuliskannya dalam bentuk poin-poin

  1. Setidaknya ada empat  penjelasan mengapa crowdfunding bermasalah. Yang pertama adalah bahwa perusahaan yang didanai ukurannya masih terlalu kecil. Perusahaan yang ukurannya masih terlalu kecil ini cenderung tidak stabil. Dalam kerangka corporate life cycle masih belum sampai pada tahap menemukan revenue and profit driver (RPD).  Perusahaan seperti ini belum memiliki kemampuan yang aman untuk digelontor modal. Baik modal dengan skema utang maupun skema ekuitas. Belum layak scale up. Jika dipaksakan, scale up pada perusahaan seperti ini adalah langkah memfotokopi kegagalan.
  2. Kedua, sebuah perusahaan dengan market value kecil masuk lantai bursa itu ibarat perahu sampan berlayar di samudera Atlantik yang ombaknya setinggi 1o meter. Bahaya. Tanihub maupun Santara bisa disebut lantai bursa mini. Sedangkan yang di BEI saja sebagai lantai bursa bukan mini banyak masalah. Apalagi yang mini. Baca tulisan saya tentang bahaya IPO UKM.  Perusahaan baru aman masuk lantai bursa jika market valuenya minimal sekitar Rp 10 triliun. Baca juga tulisan saya tentang perampok budiman
  3. Penjelasan ketiga adalah tentang risiko. Narasinya, misalkan Anda memiliki uang Rp 100 juta dan Anda investasikan melalui deposito bank umum, katakan bank BRI. Oleh BRI uang Anda dijadikan satu kesatuan dengan aset seluruh deposan dan penabung lain bersama dengan ekuitas bank sehingga total menjadi Rp 1600 triliun lebih. Setelah menjadi satu kesatuan, uang itu kemudian dipinjamkan kepada lebih dari 30 juta debitur bank pelat merah itu. Di antara dana pada puluhan ribu debitur itu ada 2% lebih yang bermasalah. Tapi uang Anda tetap aman karena setiap kredit bermasalah sudah disiapkan cadangan dananya di awal sebagai PPAP (pencadangan penghapusan aktiva produktif). Dengan kata lain, setiap kreditur bermasalah sudah ditanggulangi di depan secara statistik dengan margin of error yang rendah sebagaimana dalam konsep RPD. Maka, uang Rp 100 juta Anda dijamin aman. Ini yang tidak terjadi pada platform crowdfunding. Uang para investor langsung dimasukkan pada sebuah perusahaan. Tidak ada penyatuan dana seluruh investor seperti di bank. Tidak ada penyebaran dana kepada puluhan ribu perusahaan seperti BRI. Tidak ada pencadangan seperti PPAP. Risikonya sangat-sangat tinggi. Jadi gagal bayar pada Tanihub itu sudah merupakan sesuatu yang logis. Sesuatu yang sunnatullah dalam terminologi bahasa arab.
  4. Keempat, dengan risiko tinggi, maka secara alami para investor akan minta ROI (return on ivesment) yang super tinggi. Bayak investor yang minta 3 tahun balik modal alias ROI 33%.  Tinggi sekali. ROI bagi investor adalah cost of capital bagi perusahaan yang menerimanya. Cost of capital sebuah korporasi sejati hanya 2-3% (per tahun). Perusahaan mau menerima dana dengan cost of capital tinggi kemungkinan besar karena tidak ada alternatif yang lain. Ini membentuk sebuah lingkaran setan yang membahayakan perusahaan. Seperti orang haus yang minum air laut.

Itulah empat masalah besar crowdfunding. Lalu, tidak adakah solusi? Jangan kuatir. Selalu ada solusi untuk setiap masalah apapun. Pelajari ilmunya dengan baik.  Pendanaan itu adalah langkah keenam dalam siklus hidup perusahaan. Perusahaan itu seperti mahluk hidup yang juga memiliki siklus hidup. Jangan tiba-tiba mengambil langkah keenam. Ikuti tahap tahapnya dari langkah pertama, kedua, ketiga, keempat dan kelima. Setelah itu baru pendanaan sebagai langkah keenam. Pelajari baik-baik tahapan-tahapannya. Itulah yang akan menjamin keunggulan perusahaan dari generasi ke generasi. Menjadi sebuah korporasi sejati. Itulah yang akan menjamin keamanan dana investor. Bisa!

Artikel ke-415 karya Iman Supriyono ini ditulis di atas gerbong kereta api Blambangan Ekspres dalam perjalanan dari Semarang ke Surabaya pada tanggal 22 Agustus 2022

Diskusi lebih lanjut? Silakan bergabung Grup Telegram  atau Grup WA KORPORATISASI atau hadiri KELAS KORPORATISASI
Anda memahami korporasi? Klik untuk uji kelayakan Anda sebagai insan korporasi

3 responses to “Mengapa Crowdfunding Bermasalah?

  1. Ping-balik: ZATA, Mengapa Gocap? | Korporatisasi

  2. Ping-balik: IPO Ayam Nelongso: Tanda Tanya Besar | Korporatisasi

  3. Ping-balik: Avian: Mengapa Nilainya Merosot Pasca IPO? | Korporatisasi

Tinggalkan komentar