Sensei Munzaid: Obituari Untuk Seorang Guru Pengukir Jiwa


Ruang kelas IF SMP Negeri I Caruban pada suatu pagi tahun 1984. Saya duduk di bangku terdepan sayap kanan. Persis di dekat pintu keluar kelas. Bu Daliyanti sedang memberikan pelajaran Bahasa Indonesia. Suasana kelas agak gaduh karena suatu hal.

IMG-20190722-WA0026

Pak Munzaid bersama para muridnya. Foto kiriman Bu Handa, guru Bahasa Indonesia  yang juga banyak belajar dari Pak Munzaid

Tiba-tiba Bu Daliyanti yang sabar itu menunjukkan sedikit kemarahannya. Ketika itu saya juga terlarut pada suasana tidak konsen. Tiba-tiba seorang kawan yang duduk persis di belakang saya menyampaikan bahwa bu Daliyanti memanggil saya untuk maju. Karena tidak tahu, saya pun maju. Begitu tiba di dekatnya, Bu Daliyanti menanyakan untuk apa saya maju ke depan kelas. Kawan-kawan pun bersorak menertawai. Barulah saya sadar telah terperangkap keusilan kawan. Malu di depan kelas bermerah wajah. Maju di depan kelas padahal tidak dipanggil oleh bu guru. Malu diusili kawan belakang bangku.

•••

September 2012. Sore itu seorang kawan mengirim SMS. Ia menanyakan kebenaran sebuah berita duka. Pak Munzaid, guru kami saat di SMP, meninggal dunia. Segera saya crosscheck berita ini. Dan ternyata memang betul. Pak Munzaid telah berpulang menghadap-Nya.

Ingatan saya kembali menerawang di bangku kelas IF bersama kawan-kawan sekelas. Saat sering menjadi sasaran usil kawan-kawan. Masa-masa rendah diri sebagai anak desa sederhana. Saat sakit hati menjadi korban usil tanpa ada yang membela dan juga tidak bisa membela diri.

Orang bilang roda berputar. Suasana kelas IF saat awal awal berada di bangku SMP berubah 180 derajat pada saat-saat terakhir saya berada di sekolah terbaik di kota kecil Caruban ini. Pada hari-hari terakhir di kelas 3A, saya mendapatkan kehormatan luar biasa saat dipanggil maju di depan seluruh siswa sebagai peraih nilai ujian akhir (ketika itu namanya EBTANAS) tertinggi ke-2. Nomor 2 dari sekitar 300-an kawan seangkatan. Prestasi yang sangat melambungkan optimisme ketika itu.

Dihormati. Percaya diri. Tidak lagi menjadi sasaran usil. Tidak lagi menjadi bulan-bulanan. Bahkan bekal percaya diri ini berlanjut ketika berada di bangku SMA. Tahun pertama berseragam celana abu-abu saya dipiliha oleh kawan-kawan menjadi ketua kelas. Tahun kedua dipilih menjadi ketua OSIS. Tetap dengan prestasi akademik tinggi.

Siapa yang paling berjasa di balik proses pembelajaran dari minder menjadi percaya diri? Tidak lain adalah Pak Munzaid. Yaa… beliau adalah pembina ekstra kurikuler karate. Melalui sentuhan keguruan beliau di lapangan sekolah yang difungsikan sebagai dojo karate, rasa percaya diri saya tumbuh. Menggeser rasa minder dan pesimisme. Perlahan pula prestasi akademik terkerek secara menakjubkan.

karateka kecil editMental Karateka Mental Entrepreneur Dari Pak Munzaid

Sore itu, sosok guru olah raga berbadan tambun berambut ikal nan berwibawa itu seolah hadir kembali. Sosok yang ikhlas mengajar dalam kondisi keterbatasan ekonomi khas seorang guru jaman itu. Saya masih ingat, ekstra kurikuler karate ketika itu bisa diikuti oleh para siswa tanpa pungutan bayaran serupiah pun. Tentu tidak ada uang kami para murid yang mengalir ke Pak Munzaid sebagai pelatihnya.

Saat menyelesaikan tulisan ini, saya sempat berkomunikasi dengan seorang adik kelas yang juga siswi beliau baik melalui mata pelajaran olah raga maupun dojo karate. Komentarnya, “Pak Munzaid menjalankan perannya sebagai guru dengan pendekatan yang sangat disukai murid-muridnya. Beliau bisa memposisikan diri sejajar dengan murid utamanya yang kurang perhatian atau bandel. Kalo bercanda dengan kami-kami para muridnya, beliau tidak pernah marah walaupun dianggap setara layaknya seorang kawan bermain. Tapi kalau sedang mengajar, beliau serius dan berwibawa. Beliau serius saat latihan karate. Bahkan kesukaan bercanda yang sangat khas Pak Munzaid tidak pernah terlihat di dojo karate. Kami merasakannya sebagai pendidikan mental. Murid-muridnya para karateka bukanlah orang sembarangan”

Sebuah kesan yang tetap terukir di sanubari setelah seperempat abad terpisah waktu. Bagi siswi yang kini Bu Notaris ini, Pak Munzaid tentu bukan sembarang guru. Pilihan karir sebagai notaris yang pastilah membutuhkan keberanian khas seorang entrepreneur ini tentu tidak bisa lepas dari pendidikan mental karate Pak Munzaid.

Saya sendiri bukan termasuk murid istimewa bagi beliau. Murid kebanyakan saja. Tetapi, jiwa keguruan beliau telah menyentuh sanubari saya secara mendalam. Sentuhan itu telah mengikis rasa rendah diri dan menggantinya dengan percaya diri. Sebuah modal luar biasa untuk prestasi di bangku sekolah. Juga modal luar biasa bagi kehidupan di kemudian hari sebagai seorang entrepreneur melalui SNF Consulting tempat saya berkarya hingga kini. Saya merasakannya sebagai sentuhan edukatif luar biasa dari Pak Munzaid. Sentuhan mental karateka dari Sensei Munzaid. Saya yakin, kini semuanya telah menjadi kiriman pahala yang tidak pernah terputus dalam belaian kasih sayang-Nya. Ilmu yang bermanfaat sebagai amal jariyah. Doa kami para murid untukmu Sensei Munzaid. Aamiin.

Bacaan-bacaan pemicu amal jariyah Anda
Wakaf Korporat
Peredam Risiko Investasi Wakaf
Wakaf Modern Untuk Keabadian Amal & Kemerdekaan Ekonomi
Konversi Kotak Infaq ke Kotak Wakaf
Kesalahan Wakaf Saham Dan Perbaikannya
Wakaf Untuk Beasiswa: Fulbright Dari Timur
Wakaf Moncer dengan Puasa Infaq
Wakaf Para Alumni untuk Adik Kelasnya
Wakaf Agar Rp 10 Triliun Tidak Melayang Tiap Tahun
Wakaf Uang
Enam Pilar Kemerdekaan Ekonomi Umat dan Bangsa
Korporatisasi: Asal Muasal

Klik untuk bergabung Grup Telegram  atau Grup WA KORPORATISASI

Tulisan Iman Supriyono ini juga dimuat di Majalah Baz, terbit di Surabaya, dengan judul “Sensei Munzaid”

4 responses to “Sensei Munzaid: Obituari Untuk Seorang Guru Pengukir Jiwa

  1. Semoga amal ibadah beliau diterima di sisi Allah SWT….

  2. Makasih dik Iman informasinya, saya kok baru baca ya…kalau Bp. Monzaid telah berpulang, saya pribadi juga sangat berkesan di ajar beliau, saya juga ikut karate lo, Semoga arwah beliau diterima di sisi Allah SWT, Amin Yra. Kalau bagi saya masa smp lah yg paling berkesan dari guru guru nya sampai temen temen, Bahkan kalau saya telp ke smp 1 dengan bu handa, bu samuti, alhamdulilah beliau masih ingat. Apakah akan ada acara di SMP 1 caruban untuk lebaran th dpan pak, saya kangen kepingin lihat situasi sekolah saat ini. Terima kasih.

    • terimakasih kembali. saya masih ingat mba mudi adalah salah satu murid karate almarhum. saya juga masih menjaga kontak silaturahim dgn bu handa, pak towik, pak tris, bu prayogo, pak kuntijo…lebaran tahun lalu angkatan saya reuni di sekolah…kalo lebaran taun depan sampe hari ini belum ada kepanitian yg terbantuk u reuni. tapi kan ini memang masih panjang waktunya….mungkin nanti kalo sudah dekat baru ada inisiatif

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s