Banyak entrepreneur yang bangga menyebut diri sebagai owner. Menjadi owner dari bisnis yang dirintis dan ditekuninya. Banyak juga yang bangga saat disebut sebagai owner oleh orang lain. Fotonya dipajang besar-besar dimana-mana. Ditampilkan dalam publikasi seminar atau sejenisnya sebagai owner. Apa salahnya menjadi owner? Mengapa tidak boleh dilakukan? Berikut ini penjelasannya:
- Menyebut diri atau disebut sebagai owner menunjukkan bahwa bisnis yang Anda tekuni masih bersifat perorangan alias belum korporat. Sebagai contoh, warung sate di di sebuah kampung yang dimiliki oleh si Anu. Maka, si Anu disebut sebagai pemilik alias owner warung sate tersebut. Dan tentunya warung sate tersebut masih menjadi satu dengan si Anu. Sama sekali tidak terpisah
- Apa salahnya dengan bisnis perorangan? Tidak ada yang salah. Hanya saja jika nanti ternyata bisnis perorangan dibabat oleh pesaingnya yang korporat yang jangan marah. Seperti dibabatnya toko kelontong perorangan oleh toko kelontong korporat seperti Indomaret dan Alfamart.
Korporatisasi adalah transformasi dari perusahaan perseorangan menjadi korporasi dengan tata kelola dan manajemen modern
- sebenarnya, tidak masalah bisnis perorangan sebagai langkah awal. Yang masalah adalah apabila bisnis perorangan menjadi mindset atau visi. Mempertahankan selama-lamanya bisnis perorangan. Stagnan. Jika orang seindonesia mindset dan visi bisnisnya perorangan, maka sektor-sektor ekonomi yang memproduksi barang dan jasa kebutuhan orang banyak akan dikuasai asing. Mengapa? Karena nyaris semua sektor ekonomi utama tidak mungkin dilakukan oleh perorangan. Jangan harapkan ada merek mobil nasional, sekedar sebagai contoh, selama mindset dan aktivitas pebisnis kita masih perorangan. Butuh aset sekitar Rp 2 240 T untuk menjadi perusahaan prinsipal mobil seperti Hyundai. Tidak mungkin perorangan memiliki aset sebesar itu.
- Dalam perusahaan atau korporasi, Perseroan Terbatas adalah format badan hukum yang mendominasi dunia bisnis global. Di berbagai negara sebutannya berbeda-beda. Di Malaysia disebut Sendirian Berhad (Sdn Bhd), di Inggris disebut Ltd, GmbH di Jerman, Pte Ltd di Singapura dan sebagainya. Maka, gunakan sebutan yang sesuai dengan format PT.
- Sebuah badan hukum PT dilahirkan oleh para pendiri atau founder. Merekalah yang memiliki inisiatif untuk kehadiran sebuah PT di dunia bisnis. PT dikelola oleh direktur atau direksi (bila direkturnya lebih dari satu orang dan salah satunya disebut sebagai direktur utama). Dalam menjalankan tugasnya direktur atau direksi diawasi oleh komisaris atau dewan komisaris jika komisarisnya lebih dari satu orang. Dewan komisaris dipimpin oleh seorang komisaris utama. Pada sistem hukum PT satu tier seperti di USA direksi dan komisaris dilebur jadi satu dan disebut sebagai board of director (BOD). BOD terdiri dari direktur dengan tugas eksekutif (executive director) dan direktur tanpa tugas eksekutif (non executive director). Para direktur eksekutif dipimpin oleh seorang chief executive officer (CEO). BOD dipimpin oleh seorang president. Gunakan istilah-istilah itu dalam kosa kata keseharian bisnis Anda. Direktur, direktur utama (agar keren disebut CEO hehehe…. Hanya beda bahasa), pendiri (founder) atau pemegang saham. Dalam konteks bisnis yang berperan paling stratejik adalah CEO. Pendiri hanya bersifat historis. Maka jika Anda merangkap beberapa posisi, pilih direktur direktur atau direktur utama atau CEO sebagai sebutan.
Lakukan korporatisasi secara terencana dan jangka panjang sebelum kondisi memaksanya
- Mungkin Anda akan ada yang berdalih, “lho, faktanya usaha saya kan masih perorangan?” Okey… Fakta boleh perorangan. Tetapi mindset, paradigma dan visi tidak boleh perorangan. Menggunakan sebutan-sebutan PT akan membangun visi dan mindset yang positif. Visi dan mindset adalah modal awal lahirnya sebuah perusahaan besar yang menguasai pasar berbagai bangsa melalui proses korporatisasi berkelanjutan. Korporatisasi adalah proses transformasi bisnis dari personal (perorangan) menjadi korporat untuk pertumbuhan perusahaan yang akhirnya melampaui sekat-sekat negara.
Larry Page, pendiri Google. Tidak disebut sebagai owner Google.
Bagaimana? Masih sudah siap disebut sebagai direktur atau direktur utama atau CEO? Mari kita mulai langkah strategis untuk menumbuhkan perusahaan melampaui sekat-sekat negara. Mengibarkan tinggi-tinggi sang Merah Putih di berbagai negara. memompakan kesejahteraan untuk masyarakat negeri ini dari berbagai negara. Menguatkan Rupiah dengan kiriman kekuatan dari berbagai mata uang dunia dimana perusahaan kita beroperasi. Bisa!
Diskusi lebih lanjut? Gabung Grup Telegram atau Grup WA SNF Consulting
Ditulis di SNF House of Management, 24 Februari 2019
Ping-balik: Garuda Masker Lima: Masalah Tata Kelola | Korporatisasi
Ping-balik: Tinggalkan Mentalitas Business Owner | Korporatisasi
Ping-balik: Tinggalkan Mentalitas Business Owner - SMN Digest
Hebat sekali