Raya Caruban Orchard Road


Kalau pulang ke rumah ayah ibu sendirian, saya lebih suka naik bus. Sangat tidak praktis dan tidak ekonomis bawa mobil untuk perjalanan sendirian seperti ini. Ada banyak bus yang melayani jalur Surabaya-Caruban 24 jam. Maka, jika hendak pulang ke kampung halaman di wilayah kabupaten Madiun ini, jam berapapun saya cukup pergi ke terminal Bungurasih dan kemudian memilih bus yang saya suka. Duduk di bangku bus sambil membaca buku atau menulis artikel di tombol qwerty handphone dan sekitar 3 jam kemudian saya sudah tiba di Caruban.

Langganan saya adalah bus Eka Patas. Bus bertujuan akhir Magelang ini saya pilih karena supirnya yang santun dan sopan di jalan. Tidak suka kebut kebutan, main serobot, ugal ugalan sebagaimana citra bus selama ini. Maka, di peron Bungurasih saya selalu memilih naik Eka walaupun untuk itu saya harus menunggu beberapa lama sampai bus berangkat. Bus ini berangkat sekitar setiap setengah sampai satu jam.

Saat pulangpun saya tetap setia dengan Eka. Bedanya, saya tidak bisa naik bus dari terminal seperti ketika berangkat. Bus Patas tidak berhenti di terminal. Maka, jika hendak pulang, saya berdiri di tepi jalan Raya Caruban yang dilalui Eka. Perhatian saya harus selalu tercurah pada bus yang lewat. Saat ada sebuah bus nampak dari kejauhan, saya harus dengan cermat menebak, yang lewat ini bus langganan saya atau bukan. Saya tidak boleh memberhentikan bus lain yang pada umumnya supirnya ugal ugalan dan menakutkan. Tetapi saya saya juga tidak boleh membiarkan begitu saja bus langganan saya terlewatkan. Harus benar benar cermat. Terlewat sekali saja bus langganan saya lewat, artinya saya harus menambah waktu setengah sampai satu jam berdiri manyun di tepi jalan raya. Sesuatu yang sangat tidak nyaman.


Halte Bus Orchard Road di suatu siang. Di jalan tersibuk Singapura ini, orang orang naik dan turun bus dengan rapi. Yang lain berdiri atau duduk menunggu bus yang akan dinaikinya datang. Sesekali mereka melihat layar display dengan tulisan warna merah menyala. Seluruh nomor rute bus yang melalui halte itu tertulis besar besar. Lengkap dengan hitungan mundur. Angka angka menunjukkan berapa menit lagi setiap nomor rute bus akan datang di halte itu. Maka, saya pun menunggu dengan santai. Tidak perlu kuatir nomor rute bus yang saya tunggu akan terlewat. Juga tidak perlu berkonsentrasi penuh memperhatikan setiap bus yang lewat. Cukup perhatikan layar display yang ada. Jika waktu yang tertulis mendekati angka nol, saya tinggal berdiri bersiap naik bus. Begitu papan display menampilkan angka nol, bus yang saya tunggu pun datang. Saya dan para penumpang lain naik bus dengan tertib. Tidak perlu berebut. Yang berdiri paling dekat dengan bus naik terlebih dahulu. Disusul dengan orang dibelakangnya dan seterusnya sampai seluruh orang berada di dalam bus.


Sama sama menunggu bus. Sama sama tidak ingin tertinggal bus. Tetapi suasananya sangat berbeda. Di Raya Caruban, saya harus berdiri di jalanan dengan perhatian penuh dalam waktu lama. Di Orchard Road saya bisa santai tanpa takut tertinggal bus yang akan saya naiki. Perbedaan suasana dan kenyamanan yang muncul karena perbedaan alat bantu. Perbedaan fasilitas.

Ya… kemudahan di halte bus Orchard road terjadi karena penggunaan alat berteknologi terkini. Papan display bisa memberi informasi kedatangan bus dengan menggunakan alat bantu GPS, geo positioning system. Dengan alat ini, keberadaan bus bisa dimonitor dari waktu ke waktu melalui perantara satelit. Posisi ini kemudian diproses oleh sistem informasi berbasis komputer dan dilaporkan melalui papan display berupa perkiraan waktu kedatangan bus. Sebuah inforamasi yang sangat akurat karena data bisa dikirim dan diproses secara real time. Dikirim, diproses dan dilaporkan setiap saat. Kita tinggal membacanya lewat layar display yang ada.

Pembaca yang budiman, alat seperti ini memang sangat membantu. Mengapa di Raya Caruban dan kota kota lain di negeri ini tidak tertarik memasangnya? Tentu bukan masalah kecanggihannya. GPS dan alat pendukungnya bisa dibeli. Saya kira juga bukan masalah harga. Harga sebuah pesawat GPS tidak mahal mahal amat. Tidak jauh berbeda dengan harga sebuah pesawat handphone. Harga komputer lengkap dengan software pemrosesan datanya pun juga tidak mahal mahal amat. Hanya satu saja yang dibutuhkan: responsif. Orchard Road dan Singapura sangat responsif. Raya Caruban dan kota kota lain di negeri ini terbukti kalah responsif. Anda bagaimana? Seperti Raya Caruban atau Seperti Orchard Road?

Tulisan Iman Supriyono ini pernah dimuat di Majalah Matan, terbit di Surabaya, tahun 2010

Diskusi lebih lanjut? Silakan bergabung Grup Telegram  atau Grup WA KORPORATISASI atau hadiri KELAS KORPORATISASI
Anda memahami korporasi? Klik untuk uji kelayakan Anda sebagai insan korporasi

Baca juga catatan perjalanan inspiratif lainya:
Jamaah Salahuddin: Intangible Asset
Sudu: Miri Municipal Council
Manokwari: Menang Tanpa Pesaing
Moscow: Korporasi USA
Osh: Pasar Tradisional Kyrgistan
Uzbekistan: Agar Rupiah Laku Dimana-Mana
Ho Chi Minh: Kota Tanpa Mal
Pnom Penh: Hyundai
Makkah: Koperasi KPF
Singapura: Totalitas Melayani
Kuala Lumpur: TKI
Anjing Bangkok: Sahabat atau Musuh
Khao San Road: 7 Pagi 11 Malam
Palembang: Kewaspadaan Korporat
Nha Hang: Hijrah Tumbuh Berpresati
Tanjung Selor Tarakan: Cessna Grand Caravan
Simpadan Ligitan: Tuban

7 responses to “Raya Caruban Orchard Road

  1. wah kesempatan bagus ini,
    kira-kira lebih baik membeli alatnya (lalu mungkin di-kanibalisiasi), paten-nya atau mengembangkan sendiri, Pak?

  2. Tulisannya bagus pak,menginspirasi dan memberikan perbaikan bagi hal2 yg akan kami kerjakan….atur nuwun….

  3. @AR: beli n install sambil dipelajari terus. lebih cepat! @M: maturnuwun dah baca. moga bermanfaat n aplikatif

  4. sangat tertarik utk mengomentari, spendapat yg disampaikan penulis, responsif, tentu bukan hanya dikalangan pemerintah atau penyedia saja, tapi juga masyarakat yg menyeluruh, perlu proses juga penyesuaian masyarakat dalam menggunakan tehnologi tsb, contoh lain, di beberapa negara lain tlp umum di berbagai tmpat sangat efektif, bahkan utk menelpon internasional, sayang sbagian t4 di Indonesia alat ini hancur tak tersisa, atau sperti halte bus yg akhirnya tak berfungsi karena dipenuhi pedagang kaki 5 didepannya, atau sperti jalur khusus busway yg ttp dipenuhi kendaraan lain dan mmbuat macet laju busway. Tapi, Toh memulai berbuat tetap saja lebih baik..

  5. PR-PR pembenahan yang seharusnya tadi disarankan, “Responsif”. Bukan “kapan-kapanlah”. Ah, setidaknya untuk diri sendiri dan keluarga dulu. Menghadirkan tekhnologi modern untuk kenyamanan.

  6. tulisan ini diposting 2o11 bagaimana progres 2020//? di indonesia

Tinggalkan Balasan ke Emha saif Batalkan balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s